(SISIPAN) When It All Begins - Part 1

Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Spesies Langka, Selatan Wichzkita.


Tidak ada satu pun orang awam yang tahu mengenai sebuah bangunan yang didirikan di tengah-tengah Danau Marg, suatu wilayah yang diketahui sebagai cagar alam dengan akses terbatas. Sekitar 12 meter dari danau, pagar beraliran listrik terpasang dan ada enam pos penjagaan.

Setiap bangunan memiliki delapan kaki baja yang ditancapkan sedalam 18 kaki di dasar danau. Tiap-tiap bangunan berbentuk setengah bola ini dihubungkan dengan satu koridor sepanjang 15 meter. Uniknya, jika dilihat dari udara, seluruh bangunan tampak seperti susunan kimia air murni, hexagonal dengan banyak cabang yang saling terhubung.

Para staf yang terdiri dari peneliti, teknisi, dan belasan petugas keamanan harus menggunakan helikopter. Setelah mendarat pada dua helipad yang tersedia, mereka harus melewati tiga lapis pos pemeriksaan yang terletak di bagian utara dan selatan. Semua penghuni harus menutup mulut terhadap segala aktivitas di dalam laboratorium. Segala kebrutalan yang dialami oleh objek penelitian tidak pernah terendus media mana pun, sehingga tidak ada yang bisa memperjuangkan nasib mereka.

Namun, malam ini berbeda. Sejak 15 menit lalu, raungan nyaring alarm yang berasal dari bangunan bernomor 1, berhasil memecah kesunyian. Bangunan paling besar yang terletak di tengah-tengah bangunan setengah bola, justru meledak, padahal bagian ini berisi ruang penelitian dan menjadi jantung dari segala aktivitas.

Setelah ledakan pertama, ledakan susulan yang lebih besar kembali membahana. Kepulan asap hitam dan percikan api langsung membesar dan menyambar apa pun yang bisa dimangsa. Kertas-kertas hasil pencatatan penelitian berhamburan dan berserakan di mana-mana. Semua orang sibuk menyelamatkan diri sendiri.

Keadaan semakin rusuh dan tidak terkendali. Jerit tangis dan teriakan histeris mereka yang tersambar api terus menggetarkan gendang telinga mereka yang berada dalam radius ledakan. Sistem komputer bernama LUZ langsung menutup semua akses yang berfungsi sebagai pusat dan pengendali utama. Penutupan akses sama saja dengan menyegel nasib semua penghuni untuk turut jatuh dan tenggelam di dasar danau. Sebuah bayaran tragis untuk segala upaya dan kerja keras mereka selama ini.

Tindakan LUZ semata-mata agar objek penelitian mereka tidak melarikan diri, walaupun harus mengorbankan banyak jiwa.

Mengorbankan sedikit jauh lebih baik daripada mengorbankan seluruh dunia. Pemikiran egois, tapi rasional ini tercetus dari mulut pemimpin proyek bernama Aaron Sebatian Sterling, seorang ilmuwan yang tertarik dengan hasil penggalian para arkeolog. Ia memiliki koleksi berlimpah dari yang didapat secara legal maupun ilegal. Keserakahan menjadi akar dari segala transaksi ilegal yang lolos dari pantauan pihak berwenang.

Satu dari sekian banyak koleksi ilegal yang dimiliki Aaron Sterling, berada di fasilitas penelitian dan menjadi sumber kekacauan. Ia mengamati dari bangku kerja berbusa tebal di bangunan kapsul nomor 7. Beberapa layar menampilkan siaran-siaran hasil tangkapan kamera CCTV yang tersebar di tiap sudut bangunan. Matanya hanya terpaku pada sebuah monitor di sebelah kiri yang menyiarkan situasi bangunan kapsul nomor 1. Di sana, sesosok serigala berbulu hitam tampak gelisah dan menabrak-nabrakkan diri pada kaca tebal yang memenjaranya.

Si pria tua tidak peduli guncangan demi guncangan yang sedari tadi telah menjatuhkan pigura-pigura foto di dinding dan meja kerjanya. Ia hanya ingin memastikan, semua objek penelitian, terutama di bangunan utama bernomor 1, tetap dan terus terkurung.

"Profesor, sebaiknya Anda mengungsi sekarang! Tempat ini akan tenggelam!" Seorang wanita berperawakan tinggi, berkaca mata, serta membiarkan rambut panjang hitamnya tergerai, merangsek masuk ke ruangan Profesor Sterling. Jas putihnya dipenuhi noda merah dari beberapa korban yang berusaha ditolongnya.

"Pergilah, Alamea." Profesor Sterling menatap wajah cantik menantunya, lalu membuang muka. Ia tidak ingin menunjukkan ketakutan di depan istri putra bungsunya.

"Tapi ...." Alamea berniat mendekat, tapi Profesor Sterling melirik sesaat dan mencegahnya.

"Keluarlah. Pergilah dengan Bent. Kalian harus selamat dan meneruskan penelitianku!" perintahnya tegas.

Alamea sangat paham dengan kekeraskepalaan sang mertua hanya menunduk sedih dan hendak berbalik.

"Alamea," panggil Profesor Sterling sambil menarik laci dan mengeluarkan sebuah tabung kecil bersegel perak. "Bawalah ini," pintanya sebelum melempar tabung berisi cairan bening.

Alamea menangkap tabung tersebut setinggi mata dan menatapnya dengan seksama. "Profesor, apa ini ...?"

"Pergilah." Profesor Sterling duduk di kursinya dan berputar. Ia menghindari kontak mata, karena tidak ingin siapa pun melihatnya. Tidak dalam kondisi terendah dan terlemah seperti sekarang.

Alamea sempat berpaling untuk melihat ayah mertuanya untuk terakhir kali sebelum keluar. Butiran-butiran hangat meluncur jatuh dari sudut mata. Di ujung koridor, sosok pria berambut cokelat bersorot mata tajam, telah menunggu. Rahangnya mengatup kaku kala melihat sang istri hanya berjalan sendiri.

"Bent ...!" Alamea menghambur dalam pelukannya dan terisak.

"Sudah kuduga." Bent mengelus-elus punggung istrinya sambil mengembuskan napas berat. Tidak lama ia menggenggam tangan Alamea untuk menuntunnya menaiki tangga. Sebuah helikopter yang mengudara melemparkan tangga tali untuk mereka.

Selepas kepergian Alamea dan Bent, bangunan nomor 7 kembali bergetar.

"Profesor, objek melarikan diri!" Seorang kepala petugas keamanan tergesa-gesa melapor dan memberi sedikit perincian.

Kumis berwarna senada dengan jas laboratorium sang profesor bergerak-gerak akibat bibir yang berkedut menahan amarah. Ia menggebrak meja dan membentak, "Cari dan kurung dia!" Kegusarannya menjadi-jadi ketika objek yang disiarkan oleh monitor berlabel CCTV 1 tengah membantai beberapa peneliti dan petugas keamanan yang berusaha melumpuhkannya.

Profesor Sterling tidak ingin objek yang telah menyita seluruh perhatiannya selama lima tahun terakhir ini mati begitu saja.

Tiap peluru yang ditembakkan memang tertanam di balik bulu-bulu hitam tebal si objek. Anyir darah juga meruak seantero ruangan. Namun, upaya mereka tidak cukup ampuh membuatnya tersungkur. Ia justru semakin beringas dan terus bergerak mencari kebebasan, sehingga apa pun yang dianggap sebagai penghalang tidak segan-segan diterjang dan dicakar, ataupun digigit. Kondisi mereka sungguh memprihatinkan dan tidak ada yang mati dalam keadaan utuh atau tanpa menyemburkan darah.

Dalam hati, Profesor Sterling terus bertanya-tanya letak kesalahan yang dilakukan para pekerja hingga menciptakan tragedi sebesar ini. Dunia akan akan dibuat jungkir balik jika mereka mengetahui ras yang dianggap isapan jempol belaka ternyata benar-benar ada karena dibangkitkan kembali oleh sebuah laboratorium. Semua pasti akan mengutuki mereka. Namun, di satu sisi ia tidak rela objek yang telah menjelma menjadi obsesinya dimusnahkan begitu saja. Berapa banyak waktu dan tenaga yang ia dedikasikan untuk proyek fenomenal ini? Ia tidak rela semua terenggut dalam sekejap mata.

Getaran di bawah kakinya semakin intens. Kaki-kaki baja yang menopang tiap bangunan tidak sanggup lagi menahan beban yang semakin miring. Koridor penghubung antara bangunan nomor 2 dan 3 bahkan sudah patah dan runtuh hingga tidak bisa digunakan lagi.

Bangunan utama bernomor 1 bergerak miring akibat ditarik bangunan bernomor 8. Kaki-kaki penopang mulai tercerabut dari dasar danau sehingga semakin kecil keseimbangannya. Semakin tidak stabil, lorong-lorong penghubung lain juga retak dan patah, menipiskan harapan hidup mereka yang masih beruntung bisa bernapas sampai detik ini. Untuk sementara waktu, objek terganas yang mereka punya dihambat proses pelariannya.

Dada Profesor Sterling mengencang sewaktu objek yang dipikirnya berhasil tertahan justru melompat dan mendarat di koridor seberang tanpa kesulitan. Si makhluk bermoncong kembali menerkam leher petugas keamanan. Tidak lama, seorang pria bertubuh kekar dengan sebuah senjata besar yang tersampir di bahu, menendang pintu hingga roboh. Dagunya mengatup kencang dengan sorot tajam mirip binatang buas.

"Profesor Sterling, sekarang saat yang tepat untuk berdongeng padaku, bukan?"

Nyali Profesor Sterling sempat menciut mendengar nada sinis diiringi seringai miring mengancam dari salah satu petugas keamanan terbaik yang pernah mereka rekrut. Ia menelan ludah sebelum berusaha mengembalikan tatapan tajam sosok di hadapannya. "Max, kau digaji untuk menjaga keamanan, bukan menggali informasi seperti wartawan. Cepat kau lumpuhkan dan tangkap dia!"

Napas kasar dan berat menyembur di antara bibir Max. "Aku ingin tahu makhluk apa yang bisa melakukan ini pada bawahanku!" Ia meletakkan kepala tanpa tubuh yang masih meneteskan darah ke atas meja.

Profesor Sterling bergidik dan menahan gemuruh di perutnya. Kondisi kepala tersebut terluka parah hingga sulit mengenali wajahnya akibat cakaran besar dan cabikan pada bagian pipi. Dari mata yang membeliak, jelas menunjukkan ia mengalami teror dan kesakitan tak tertanggungkan sebelum terpenggal mengenaskan.

"Profesor!" bentak Max. Ia tidak sabar menunggu pria bermata biru keruh di hadapannya membuka mulut. "Jelaskan! Makhluk apa yang telah kalian ciptakan di laboratorium ini?" desaknya dengan nada tinggi dan menuntut.

Profesor Sterling tertunduk dan berujar lemah, "Vyraswulf ...."

Mata Max memicing dan hampir memaki kasar.

"Ras purba." Masih dengan kepala tertunduk, Profesor Aaron menarik tumpukan kertas yang berisi keterangan dan detail lain mengenai penelitiannya selama bertahun-tahun. "Arkeolog kenalanku menemukan mumi yang terawetkan alam. Anak kecil yang ditemukan di kuil kuno."

"Apa hubungannya dengan subjek pembicaraan kita?" Max semakin tidak sabar karena semakin lama mereka tinggal, kesempatan mereka masih bernapas sampai besok semakin tipis.

Ketertarikan Profesor Sterling terhadap Vyraswulf bermula dari penemuan tersebut. Akibat kecerobohan tim yang kurang hati-hati, mumi yang akan dipindahkan tergores sesuatu dan berdarah layaknya seseorang yang masih hidup. Suatu anomali.

***



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top