Chapter 1.2 - Something Special About Her

Dalam keadaan panik dan bingung, embusan angin yang membawa sentira seseorang memalingkan kepala Aithne. Penciumannya mendeteksi keberadaan pemburu hadiah lain yang masih berkeras hati mengejar. Peraduan dasar sol sepatu dengan pasir dan kerikil, diikuti gemerisik dedaunan yang dilewati memberitahu kehadirannya.

Siluet hitam yang keluar dari kurungan pepohonan mengubah sikap tubuh Aithne menjadi waspada dan bersiap melarikan diri. Dari balik penutup mulutnya ia mengolok, "Rupanya kau masih hidup."

"Kau!" Tatapan Aithne berubah galak dan mengintimidasi.

"Segala usahamu sia-sia, kau tidak bisa lari dariku. Kalung yang kau curi dariku—Kembalikan."

"Tidak akan. Sekali kudapat, ini jadi milik klienku!" Aithne bangkit dan hendak mengayun langkah pertama, tapi tertahan akibat cengkeraman di pergelangan kakinya.

"Berjanjilah ... berjanjilah padaku. Pas—pastikan anak ini terus hi—hidup ...."

"Lepaskan kakiku!" Semakin Aithne meronta cengkeraman si wanita semakin erat. Untuk ukuran seseorang yang sekarat, kekuatan wanita tersebut terlalu besar.

"Selamatkan—"

"Siapa kau sebenarnya? Kekuatanmu melebih para Aether tidak berguna di luar sana!"

"Kumohon ... berjanjilah—"

"Ya, ya! Aku berjanji!" Aithne menendang-nendang. "Sekarang lepaskan kakiku!"

Tidak lama cengkeraman di kakinya mengendur.

"Akh! Apa yang kulakukan! Kenapa aku harus mengasuh anak yang bahkan tidak jelas asal-usulnya!" Aithne menatap nyalang pada bungkusan putih dalam dekapan si wanita sekarat dan kembali memaki, "Bagaimana kalau kau ternyata Vampire terkutuk, hah? Jangan salahkan aku, tapi nasib kalau kau kujemur hingga hangus terbakar!"

"Jaga bicaramu. Mereka bisa mendengarmu." Maeveen mendongak. Matanya bergerak-gerak karena medeteksi sesuatu yang bergerak ke arah mereka dengan cepat.

"Siapa?" Aithne mengendus-endus, tapi tidak berhasil menangkap sentira lemah yang tersamar bau lumut, kayu, dan pinus yang memenuhi udara. Merasa dipermainkan, ia mengambil bungkusan berisi bayi dan didekap erat. Baru juga akan mengambil langkah pertama, cakar besar dan bengkok tertancap di tanah, tepat di ujung sepatunya.

"Vampire!" Maeveen menoleh cepat pada Aithne. "Mereka mengincarmu. Cepat lari!"

"Kenapa mereka mengincarku? Jangan-jangan kau bersekongkol dengan mereka, ya? Jawab!"

"Tidak ada waktu untuk berdebat." Maeveen menarik tangan Aithne untuk bersembunyi di belakang semak belukar lebat di dekat mereka.

Dari tempat persembunyian, mereka menyaksikan semua kejadian. Wanita muda yang ternyata belum tewas, dirubungi oleh sekitar lima kawanan Vampire dan menganiayanya. Kawanan berperawakan buruk tersebut terus menanyakan keberadaan bayi yang sekarang dalam dekapan Aithne.

Ia menoleh pada Maeveen dan berbisik, "Dugaanmu salah. Mereka mengincar dia."

Sosok yang diajak bicara tidak menoleh dan terus mengawasi kawanan di depan mereka. "Jangan sampai dia menangis."

Spontan, Aithne menunduk dan membekap mulut si bayi, berjaga-jaga bila makhluk kecil dalam dekapannya tidak bisa bekerja sama.

"Kalian tidak akan berhasil sampai kapan pun ...!" Teriakan penghabisan dari wanita di depan sana membahana di seantero tempat.

"Besar mulut!" Salah satu Vampire yang masih berjongkok memungut pisau berujung lancip di dekatnya dan dihunjamkan di dekat tulang selangka sang korban dan ditekan kuat-kuat hingga ia menjerit kesakitan.

Jelas jeritan yang menusuk telinga membuat Aithne khawatir akan membangunkan si bayi dan membuatnya menangis. Namun, setelah diperhatikan tidak ada gelagat atau geliat yang menunjukkan ia terganggu dengan polusi suara tadi. Kegeraman yang menggumpal di dada, menggetarkan bibirnya. "Vampire sialan! Kenapa mereka masih menyiksanya?"

"Informasi. Mereka butuh informasi darinya."

"Aku tidak tahan lagi!" Bisik Aithne di antara embusan kasar napasnya. Ia menarik empat pisau kecil dari sabuk kulit yang melingkari paha dan dilempar ke arah sekumpulan Vampire di depan sana.

"Tindakanmu sia-sia. Dalam rupa mereka sekarang, senjatamu itu seperti tusukan peniti di kulit mereka."

Benar saja, alih-alih menancap di tubuh mereka, empat pisau lempar milik Aithne terpantul dan salah satunya teronggok di dekat Vampire yang masih berjongkok. Ia memungut bilah berkilau yang terkena sinar bulan dan memperkirakan arah lemparan. "Heh, ada tamu tidak diundang. Cari di sana!" perintahnya tegas sambil mengacungkan telunjuknya.

Aithne kembali berbisik, "Setidaknya berhasil mengalihkan perhatian mereka." Kakinya melakukan tolakan kuat dan mendarat di salah satu cabang pohon terdekat. Gemerisik daun yang beradu dari cabang yang bergoyang, mengalihkan perhatian tiga Vampire yang langsung terbang ke arahnya.

"Cih! Kalian pikir dengan sayap jelek itu bisa menandingi kecepatanku?" ejek Aithne sambil terus melompat dari satu cabang ke cabang lain tanpa sekali pun kehilangan keseimbangan. Pekerjaannya yang membutuhkan keterampilan dan kegesitan, sangat membantu dalam permainan kucing dan tikus ini.

Maeveen yang tetap tinggal, sudah membungkam dua Vampire lain dengan cara menusuk jantung dan diakhiri dengan memutar kepala mereka hingga terpisah. Selesai membereskan pengacau, sosok wanita muda yang tergeletak lemas sudah tidak ada. Hanya ada ada sesosok kuda laut berwarna emas yang teronggok di atas permukaan beralas kerikil dan ... pecah menjadi butiran-butiran air.

"Merphanon ...?" Maeveen memutar kepala, menatap jalur pelarian Aithne. "Vampire keparat ini menginginkan bayi itu?"

Apa yang terjadi dengan dunia Vampire? Sekutu terkuat Merphanon ingin membunuh bayi itu?

Jelas ada sesuatu yang spesial dari bayi tersebut hingga sekawanan Vampire dari golongan Verx dikirim untuk memburunya.

***



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top