Chapter 9.6 - Numb
"Mengapa kau lemas dan mati rasa sekarang karena pengaruh racun dan obat tersebut. Tubuhmu telah berubah menjadi medan pertempuran, menang atau kalah tergantung dari kondisi fisikmu sendiri, Nona." Alfred berdiri dan berjalan menuju sebuah meja kecil yang di atasnya diletakkan sebaki kendi kaca bening berisi air mineral dan empat gelas.
"Monster air ... mereka benar-benar berniat mem ... bunuh ... ku ... tapi, tapi kenapa?" Ketakutan di mata Lysandra semakin pekat. Kegetiran menyelimuti hatinya karena ini kali kedua ia harus berurusan dengan makhluk dari perairan, ditambah serangan terakhir meski tidak langsung tapi jauh lebih mengancam dibanding yang pertama.
"Ada yang ini kau bagi, Nona?" Langkah Alfred terhenti dan menelengkan kepala ke arah Lysandra yang hanya mengangguk lemah.
Alfred membatalkan niat untuk mengambilkan segela air untuk Lysandra. Ia menarik bangku segi empat tanpa sandaran dan duduk sambil mencondongkan tubuh untuk mendengar kisah Lysandra. "Tubuhku ... sempat dibajak salah satu dari mereka ...."
Lysandra membiarkan Alfred mengetahui kemarahannya yang meluap-luap, tapi dalam sekejap meredup karena kata 'mati' yang terbit dalam benak menghantam sisi penakut yang selama ini bersembunyi di balik sikap sok berani.
"Benarkah? Boleh kulihat ruas tulang belakangmu?" Lysandra mengiyakan dan membiarkan Alfred mendorong tubuhnya dan menyingkirkan sejumput rambut untuk melihat setitik tanda merah yang mulai pudar di tengkuk.
"Apakah kau salah satu dari tiga klan, Nona?"
"Tiga klan ...?"
"Ya, Tiga Klan. Kau berasal dari Darat atau Udara?"
Lysandra makin tidak mengerti dengan arah pembicaraan Alfred. Mereka bertatapan dalam hening seraya menyimpan tujuan masing-masing. Bila Alfred berusaha menemukan bukti bila gadis di hadapannya tengah berbohong, maka Lysandra sendiri berharap lelaki tua ini kembali berbaik hati untuk membagi informasi berharga.
Wajah Schifar membayang. "Vyraswulf—Apakah Vyraswulf ... termasuk dari topik yang kau bicarakan sekarang?" Schifar seperti menjadi pembangkit keberanian Lysandra. Entah mengapa hanya dengan mengingat wajah dan nama lelaki itu, hatinya kembali damai dan tahu semua akan aman-aman saja.
"Ya. Apa yang Anda ketahui tentang mereka, Nona?" Alfred memancing Lysandra untuk bicara lebih banyak lagi.
"Mereka ... bisa berubah menjadi serigala, hanya itu yang kutahu." Lysandra mengurungkan niat untuk membagi informasi lebih lanjut karena menyadari sebaik apa pun perlakuan Alfred, ia memiliki hubungan erat dengan Wyfrien.
Lysandra tidak tahu jati diri kedua orang yang baru ditemuinya ini. Mungkin saja mereka memiliki niat buruk terhadap Vyraswulf. Ia percaya memiliki kewajiban untuk melindungi apa pun yang berkaitan dengan Schifar.
"Aku mencium ketidakjujuran di sini." Intonasi Alfred berubah tidak ramah, jelas menunjukkan bahwa ia tidak mudah dibohongi.
Lysandra memiringkan kepala untuk menangkap tatapan Alfred. "Aku ... tidak merasa diuntungkan bila harus memberitahu apa yang kuketahui." Ketakutan masih membayang, tapi Lysandra berusaha terlihat kuat. "Perasaanku mengatakan kau tidak bisa dipercaya."
Alfred dapat menangkap penolakan sosok yang sekarang memejamkan mata. Apabila ia ingin mengorek lebih dalam, hal mutlak yang harus dilakukan adalah mendapatkan kepercayaan dari Lysandra. Membayangkan perkaranya tidak akan semudah membalik telapak tangan, napas berat langsung berembus. Sejak awal Alfred tidak berniat sedikit pun untuk mengenal lebih jauh sosok keras kepala seperti Lysandra. Semua sikap ramah yang selama ini tampak di permukaan adalah sisa-sisa peninggalan di masa lalu.
Sejak kematian si nona kecil di kediaman Sterling, Alfred tidak terlalu ingin berurusan dengan para Aether lain. Tugasnya sebagai pelayanlah yang membuatnya terus patuh terhadap perintah dan keinginan seorang majikan. Dalam hal ini, Wyfrien sendiri yang memberi perintah untuk memastikan Lysandra pulang dengan selamat.
Dalam hati Lysandra menyoraki diri sendiri karena berhasil membebaskan diri perasaan tertekan sejak menerima intimidasi Wyfrien dan sekarang oleh Alfred. Padahal tanpa ia ketahui, Wyfrien sudah mendapatkan kesal awal ia tipe gadis yang sulit.
Gadis bertipe sulit dalam artian karakter kuat yang tidak takut ancaman dan mudah dikendalikan. Oleh karena itu ia menyerahkan Lysandra pada Alfred yang dirasa lebih bisa mengambil hati dibanding dirinya. Wyfrien sangat alergi untuk melibatkan diri lebih jauh dengan orang lain karena tidak ingin menciptakan tali tak kasatmata yang biasa disebut sebagai 'tali persahabatan' oleh kaum Aetherian.
***
"Nona. Bila Anda bagian dari Verx, maka aku tidak bisa melepasmu."
Verx? Apa lagi itu?
Alfred mengeluarkan jam saku yang terhubung dengan seuntai rantai, tidak menyangka telah menghabiskan waktu yang lebih lama dari perkiraan semula. Dalam hati ia berharap Wyfrien masih sabar menunggu karena tahu betul sikap sang majikan yang enggan memasukkan kata sabar dalam ensiklopedia kehidupannya.
"Siapa yang mengutusmu?"
Pertanyaan yang sama lagi ....
Lysandra seperti mengalami lingkaran deja vu karena selalu mendapatkan pertanyaan yang sama persis. "Tolonglah, kreatif sedikit dalam bertanya. Kau seperti hanya salin dan tempel seperti majikan Anda, Tuan Alfred."
"Kuulangi, Nona. Siapa yang mengutusmu?"
Sebilah logam tipis nan dingin menempel di leher Lysandra. "Tu—Tuan Alfred, apa yang—"
"Walaupun ini hanya pembuka surat, tapi benda ini mampu memisahkan jiwa dari ragamu, Nona."
Jantung dan napas Lysandra saling bersaing menjadi yang tercepat. Detakan yang terlalu cepat menyemburkan darah serasa seperti banjir bandang yang menerjang kepalanya. Cairan bening juga meluncur deras dari pelupuk mata hingga mengaburkan pandangan. "Aku tidak ingin ... mati ... kumohon ... Tuan Alfred, aku ti—"
"Tunjukkan wujud aslimu." Nada suara Alfred terdengar seperti seorang pembunuh berdarah dingin di film yang baru ditontonnya lima hari lalu.
"Wu—wujud? Wujud apa Tuan—ini ... ini—" Lysandra tercekat. Tetesan demi tetesan hangat masih berebut keluar dari sudut matanya.
Ketakutan bercampur bingung yang tampak membangkitkan hasrat Alfred untuk mempermainkan emosi Lysandra lebih jauh. Ia menambah sedikit tekanan di leher untuk melihat kefrustasian gadis yang praktis menggantungkan seutas tali kehidupan padanya.
"Schi—Pops! To—tolong aku, Pops! To—tolong ak—aku ...." Senggukan Lysandra menjadi-jadi. Namun Alfred justru mengangkat kepala dan berdiam diri seraya memasang telinga karena mendengar langkah berat seseorang yang tengah menuruni tangga.
"Alfred. Alfred?" Seseorang memanggil namanya dari luar ruangan.
"Tuan Besar." Tangan Alfred menjulur untuk meraih pegangan laci di meja lampu duduk untuk mengambil sesuatu—sebuah kotak kecil berlapis perak—dan membukanya lalu diletakkan di dekat kaki lampu duduk.
Tidak lama aroma manis dan sedikit memabukkan menggelitik hidung Lysandra yang nyaris gila akibat ulah si pria tua berwajah banyak. Sejenak Alfred memperhatikan reaksinya. Namun, derap langkah sepatu pantofel yang beradu dengan permukaan lantai semakin mendekat ke ruangan mereka sehingga Alfred buru-buru berdiri untuk menghampiri, lebih tepatnya mencegat di ambang pintu.
"Selamat malam, Tuan William. Ada yang Anda butuhkan?"
"Malam Alfred. Wyfrien—Mau ke mana dia malam-malam begini memanaskan mobil?"
"Tuan Muda hendak bertemu dengan beberapa klien untuk keperluan pameran, Tuan."
"Begitu. Kau yang mengantar?"
"Ya. Saya diminta mengambilkan barang yang tertinggal di ruang baca."
"Kalau begitu aku akan meminta Thomas menyiapkan mobil—ada jamuan membosankan yang harus dihadiri."
"Akan saya sampaikan pada Thomas. Tunggulah di sini, Tuan William." Alfred menuntun majikannya ke sebuah sofa besar yang terletak di ruang sebelah.
Derap langkah Alfred dan majikannya menjauh dan Lysandra memutuskan inilah saat yang tepat untuk melarikan diri. Ia memaksa sekuat tenaga supaya anggota tubuhnya dapat digerakkan. Namun, hanya bagian-bagian kecil yang merespon perintak sang otak.
Dirinya merasa seperti tengah terperangkap dalam jaring laba-laba dan menunggu sang predator datang untuk membungkusnya dan dijadikan santapan. Pikiran liar seperti Wyfrien dan Alfred bersekongkol memutilasi dan menggunakan mobil untuk membuang potongan-potongan tubuhnya di beberapa wilayah, datang merasuk.
Aku tidak ingin mati ditempat asing ini!
Teriakan batin Lysandra terus menggaung garang hingga rasa-rasanya Lysandra akan melompat ke wilayah histeris. "Sial!" Maki Lysandra, frustasi karena komunikasi antara otak dan otot-otot di bagian tubuh yang sangat ia butuhkan sekarang tetap tidak terjalin, sengotot apa pun perintah yang diberikan. Langkah kaki yang diperkirakan sebagai milik Alfred semakin mendekat dan ia masih terperangkap dalam tubuh seperti boneka yang nyaris kehabisan baterai.
***
Sudut mata Lysandra menangkap pergerakan dari arah perapian. Bukan hanya itu, ia juga meraskaan kehadiaran seseorang yang tidak asing tengah berada di sana. Namun, di dalam api?
Meski aneh, Lysandra tetap menoleh dan menyaksikan nyala api di perapian membesar diikuti satu letupan yang cukup untuk melontarkan serpihan-serpihan kayu yang telah menjadi bara api. Tahu-tahu, sosok Quentine sudah berdiri membelakangi perapian tersebut.
Pops ...? Pops!
Batin Lysandra melonjak girang, tapi sisi peragu kembali berulah dan mengacaukan kegembiraan yang langsung terhapus dari wajahnya. Sekarang ia tidak yakin bila sosok di sana adalah sungguh-sungguh Quentine. Halusinasi adalah kata yang terus berdengung.
"Hazel! Syukurlah, Nak!" Quentine berlari menjumpai putrinya yang masih terbaring.
"Pops." Kali ini Lysandra yakin pria yang tidak peduli dengan denyutan di lutut akibat hempasan kasar di lantai kayu, adalah benar sang ayah, bukan hasil halusinasi. Air mata kembali mengalir tak terbendung. Kelegaan langsung membanjiri hati Lysandra sewaktu sentuhan hangat Quentine menangkup tangannya.
Tidak butuh lama bagi Quentine untuk menyadari ketidakberesan pada diri Lysandra. Pria ini langsung diliputi kecemasan sewaktu tidak menerima reaksi apa pun. "Apa yang terjadi?"
Quentine mengangkat tangan Lysandra dan dilepas sambil berharap yang ia takutkan tidak terbukti. Namun, tangan yang terkulai lemas itu tidak menunjukkan perlawan terhadap gaya gravitasi sedikit pun hingga ia harus buru-buru menangkapnya kembali.
"Seluruh tubuhmu mati rasa?"
Lysandra mengangguk pelan di tengah senggukan tangisnya. "I—Iya, Pops ...."
***
Glossarium:
Verx: Salah satu golongan Vampire. Mereka tidak berkembang biak dengan cara mengawini sesamanya atau ras lain. Karena cara berkembang biak begini dianggap terlalu lama dan tidak efisien untuk menambah jumlah mereka. Jadi cara efisien mereka untuk menambah jumlah dengan cara menggigit korbannya dan mengubah mereka menjadi Vampire.
Verx dianggap golongan Vampire terburuk karena mereka sering menggigit ras lain untuk mendapatkan kekuatan mereka. Jadi, tidaklah mengherankan bila suatu waktu bertemu dengan Vampire yang bisa mengendalikan air seperti Merphanon ataupun Vampire sekuat Vyraswulf.
Ilustrasi:
1. Jam saku Alfred
2. Pembuka surat yang dipakai Alfred untuk menakut-nakuti Lysandra. Terbuat dari perak dan berbentuk bunga Lily.
Sekian dulu. Monggo dipencet tanda bintang + komen kalau kamyu suka dengan chapter ini + sebagai bentuk dukungan buat akyu donk tentunya. Silakan mo maki2 Alfred juga gpp, pengen jitak si Wy-fi juga boleh
//ga tanggung jawab kalo diapa2in sama Wy-fi tapinya//
Next >> 9.7 - Blast From The Past
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top