Chapter 4.3 - Parasite
Selagi Excelsis bersimbah peluh dan tak sadarkan diri, pertarungan Aithne masih berlanjut. Seperti ikan yang dipisahkan dari air, sesuatu yang dikelilingi oleh kabut hitam tersebut perlahan membesar hingga seukuran bola golf dan menggelepar-gelepar di lantai. Hasil tangkapan kali ini lebih menyerupai kelomang yang kehilangan rumah—Excelsis.
Tidak seperti kelomang di alam liar yang terus mencari kulit kerang tak berpenghuni yang sesuai dengan ukuran tubuhnya, 'kelomang' dalam tubuh Excelsis adalah parasit yang menginvasi, mengambil alih, serta mengeksploitasi inangnya hingga mati. Persamaan kedua makhluk tersebut terletak pada bisa atau tidaknya mereka menemukan rumah. Kelomang di pinggir pantai, pasti akan mati bila tidak mendapatkan rumah. Panas matahari dengan mudah membakar kulit sensitif mereka.
Saat ini memang tidak ada matahari, tapi hanya seorang wanita yang hatinya panas membara seperti matahari. Cukup dengan satu percikan kecil dan ia terbakar. Kelomang parasit itu berhasil menjadi percikan kecil tersebut dengan menginvasi tubuh Excelsis, suatu kesalahan fatal yang tak terampuni.
Vonis telah dijatuhkan, dan pisau yang tergenggam di tangan Aithne siap mengeksekusi pelaku kejahatan tak terampuni itu. Kilatan di mata Aithne sedingin bilah perak berujung lancip yang tengah menyeruput genangan darahnya di lantai hingga tandas.
Permata ungu terang yang tersemat di pegangannya perlahan menggelap seturut perubahan pada bilahnya yang memerah seperti pijar lahar. Kelomang parasit yang masih terhubung dengan benang ungu Aithne meringsut mendekat untuk satu tujuan—mencoba menginvasi inang baru. Aithne menarik kasar benangnya hingga kelomang tak tahu diri itu tergantung.
Kaki-kaki kurus makhluk lunak tersebut bergerak-gerak di udara untuk mencari pijakan. "Heh! Makhluk rendahan!" Beruntung Excelsis masih pingsan, sebab dengan nada suara bengis, dingin dan sangat gelap, gadis berhati lembut itu akan akan mengira mamanya dirasuki setan.
Belas kasihan sudah tidak tersisa di hati Aithne untuk makhluk yang membuatnya mengumbar semua kemarahan. Aithne membanting keras makhluk tanpa cangkang itu hingga terpelanting dua kali dan mendarat di punggungnya, mengekspos bagian bertitik merah di tengah abdomen, titik yang memiliki fungsi yang sama dengan jantung.
Lagi, berpasang-pasang kaki kurusnya bergerak liar seperti menantang Aithne untuk berduel sehingga makin menyalakan kobaran api dalam diri Aithne. Mungkin bila tidak memerlukan pisau kecilnya, wanita itu sudah menginjak-injak kelomang parasit itu hingga hanya tertinggal gumpalan tanpa bentuk.
Jeritan panjang, melengking—tapi tidak cukup menyayat hati Aithne—membelah kesunyian di ruang rahasia tanpa saksi mata terhadap apa yang terjadi pada makhluk yang meregang nyawa.
Ujung pisau Aithne tertancap di abdomen kelomang parasit yang masih menggeliat sebelum akhirnya meledak seperti balon yang diisi air, meninggalkan titik-titik seperti embun di lantai.
***
Aithne kembali turun ke ruang rahasia setelah membaringkan Excelsis di kamarnya sendiri. Ia membuka sebuah kotak yang diambil dari laci meja kerja Maeveen. Di dalamnya berisi tiga pasang pipet, enam ampul berisi cairan yang masih tersegel dan sebuah papan pipih kecil yang berisi enam cekungan di tengahnya.
Tangannya meraih pipet kecil untuk mengambil sampel dari beberapa titik air serupa embun dan diteteskan pada cekungan di papan pipih yang sudah diletakkan di lantai. Selesai dengan proses pertama, Aithne mengambil ampul dan menggigit putus segelnya dan menumpahkan seluruh cairan pada sampel yang telah diambil hingga terjadi reaksi kimia.
Sambil menunggu reaksi kimia yang mirip air mendidih berakhir, Aithne membereskan semua perlengkapan yang terpakai. Pisau kecil miliknya sudah kembali ke wujudnya berupa cincin perak bermata merah keunguan yang selalu terlingkar di jari manis.
"Mari kita lihat kau berasal dari mana, parasit jahanam," gumam Aithne sambil mencocokkan warna di cekungan papan pipih dengan selembar kertas petunjuk.
Terdapat beberapa deretan warna dan keterangan singkat di kertas berpermukaan licin di tangannya. Warna akhir dari hasil reaksi menghasilkan warna hitam seperti oli bekas. "Sudah kuduga. Merphanon, hah?" Sudut bibir Aithne terangkat, sorot matanya masih dingin dan bengis, seperti ingin mengatakan 'kalian akan membayar mahal untuk ini'.
Aithne mengibaskan tangan dan seluruh sumber cahaya dalam ruangan langsung padam, meninggalkannya seorang diri dalam kegelapan pekat. Hanya sepasang cahaya ungu terang yang terlihat bergerak naik kemudian bergerak lurus menuju pintu keluar, seperti komet berekor.
Sepasang cahaya ungu yang mengumbar aura sinis dan berbahaya itu merupakan sepasang mata Aithne. Bola matanya seperti menjelma menjadi versi kecil dari permukaan bola api yang konstan menyala, siap membakar dan menghanguskan segalanya tanpa belas kasihan.
Rupanya melalui serangan Lysandra tadi siang yang merusak pelindung perut Excelsis, telur kelomang tersebut melompat masuk melalui pusarnya. Setelah menemukan inang, telur makhluk dunia perairan itu menetas dan menempel pada organ perut Excelsis dan siap memasuki tahap menjadi parasit sesungguhnya—membuat tubuh sang inang memiliki kekuatan super tapi otak mereka akan terus terdegradasi dan berakhir menjadi monster air yang hanya bergerak bila diperintahkan oleh pengendali mereka.
Para monster air biasa digunakan oleh bangsa Merphanon untuk memata-matai dunia darat dan memiliki kemampuan untuk meniru wujud inangnya dengan sempurna, kecuali bagian mata yang tetap berselaput. Beruntung bagi Excelsis, makhluk tersebut dengan cepat terdeteksi oleh Aithne dan dipancing keluar.
Seketika Aithne teringat untuk menanyakan keberadaan lempengan pelindung perut Excelsis yang raib bila gadis kecilnya siuman nanti.
***
Ilustrasi pisau (dagger) milik Aithne, berupa anting dan cincin. Permata pada cincin dapat berubah dari merah muda, ungu hingga merah, tergantung dari kondisi emosi Aithne sendiri. Aithne memiliki kecenderungan untuk memesan satu set perhiasan lengkap (kalung, anting, cincin, gelang), tapi hanya memakai anting dan cincin saja. Kalung jarang digunakan sehari-hari.
Right, ga bosan-bosannya akyu akan bilang jangan lupa vote + komen ya. Mo maki penulisnya juga ga apa, boleh donk memaki dengan cinta *asek* //nanti disayang sama Tante Aithne yang baik hati dan tidak sombong *ahay*
Kalau ga mau tersandung Intermezzo dan pengenalan tokoh, silakan skip dan langsung ke Chapter 5.0 - Children of The Moon.
Maaciw, semoga terhibur <3
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top