Chapter 2.1 - On FIRE!
Mata Greg dan Chris membentur sosok berkaos putih yang duduk membelakangi mereka di atas pasir dalam keadaan basah kuyup dan tengah memeluk objek yang belum bisa diidentifikasi. Jarak pandang mereka sangat terbatas meski sudah mendapatkan cahaya terbaik yang bisa ditawarkan oleh cahaya dari ponsel mereka yang dijadikan senter. Otak mereka hanya membentuk sosok patung model wanita yang biasa dipajang di etalase toko pakaian.
"Apa yang dilakukan Lay? Memeluk mannequin bekas yang hanyut?" Alis Greg sulit untuk tidak berliuk-liuk bila tengah berpikir dan bertanya di saat bersamaan.
Chris melipat tangannya di depan dada sambil menatap serius pada objek yang tengah mereka amati. "Semabuk itukah dia?"
"Apa itu tanda-tanda depresi karena ditinggal Lily?"
Pasangan psikolog dan detektif dadakan itu saling tatap. Greg yang pertama mendekati Lay. Awalnya Chris hanya ingin menonton saja, tapi kemudian memutuskan untuk mengekor di belakang Greg, firasatnya mengatakan ia harus segera menyelamatkan gitar yang masih tersandera di tangan si buta nada.
"Aw! Kenapa stop tiba-tiba, sih?" Chris mengelus-ngelus hidungnya setelah menabrak bagian belakang kepala Greg yang tiba-tiba berhenti.
"Li-lihat, jari-jari kakinya gerak-gerak, Chris!"
"Mungkin itu bukan mannequin, tapi Ronita." Chris merebut gitarnya dari tangan Greg dan langsung disampirkan di bahu.
"Hah? Bisa kasih alasan paling masuk akal bagaimana 'wanita eksklusif' itu sampai kemari atau kenapa si idiot tanpa harapan itu tidak pernah memamerkannya pada kita?" Greg terdiam sebentar seperti tengah mendengarkan suara dalam benaknya, lalu melanjutkan, "iya, benar juga. Memangnya dia sanggup buat beli?"
Greg tidak mendapatkan respon apa pun karena Chris tengah berdiam diri sambil mencubit-cubit bibir bawahnya sendiri. Sel-sel otak Chris sibuk beroperasi saat ini. Pertama, bagi kaum miskin yang setiap hari bekerja lembur dan tetap belum memiliki uang yang cukup untuk menyewa sebuah apartemen yang layak huni seperti mereka, membeli Ronita secara kredit sama saja dengan menempatkan diri dalam daftar 'Orang Tanpa Otak Sepanjang Masa'. Kedua, memikirkan teori yang paling masuk akal dari kemunculan Ronita di tempat terpencil ini.
Ronita adalah nama produk dari sebuah robot yang dirakit oleh sebuah perusahaan terkenal di bidang riset dan teknologi. Robot yang sangat mirip dengan seorang wanita sungguhan itu dibanderol dengan harga yang sangat fantastis sehingga tidak sembarang orang yang bisa memilikinya.
Tak heran bila kemunculan robot-yang diciptakan untuk memenuhi fantasi para pria-di tempat terpencil yang terlihat sangat anti dengan teknologi modern terasa sangat janggal. Distrik Borealis memang terlihat sangat menyolok diantara distrik lain di kota Laneford Laguna karena kealergian mereka yang sangat tinggi terhadap teknologi modern. Menemukan telepon sama sulitnya dengan menemukan sebutir beras di tumpukan jerami. Chris menguji setiap teori masuk akal yang muncul di kepalanya, tapi tak satu pun lulus uji.
Greg tidak bereaksi apa-apa sewaktu mendengar dengusan beraroma putus asa dari arah belakang. Bila saja mereka taruhan, tentu ia menang telak karena kebiasaan Chris yang akan mendengus bila ia kehabisan akal.
Namun, ia juga tidak bisa merasa senang karena bila itu bukan Ronita, maka sosok tersebut adalah wanita sungguhan. Opsi terakhir langsung membangkitkan bulu di tengkuknya. Ia tidak diserang ketakutan, tapi murka karena merasa dikhianati. Mereka datang ke pantai ini memang untuk bersenang-senang, tapi bukan jenis bersenang-senang yang melibatkan wanita. Greg sulit untuk menyensor pikiran vulgar yang terus berdatangan seperti tagihan akhir bulan.
Kemarahannya naik satu oktaf.
***
"Tamaaaa ... I love you, Tama ...."
Greg dan Chris membeku di tempat sewaktu mendengar suara lembut Lay yang kelembutannya mengalahkan karpet bulu sintetis di apartemen mereka. Kedua pria tersebut melihat Lay tengah mengusap-usapkan pipinya ke pipi sosok yang sekarang terlihat jelas adalah seorang wanita berambut panjang, bukan binatang menggemaskan nan lucu.
Mulut Greg terkatup kencang hingga hampir meremukkan seluruh geligi mungil di dalam rahang seluas samuderanya yang terkenal. Sekarang ia berharap kelopak matanya berubah menjadi pintu bergulir yang jatuh dan terbanting keras, menghalau pemandangan yang bukan hanya tidak, tetapi sangat, sangat dan sangat tidak menyenangkan.
Chris menyilangkan gitar dan menggeser ke belakang supaya tersembunyi dari Greg. Lebih baik berjaga-jaga daripada barang kesayangannya dimutilasi dan menjadi penghuni tempat sampah. Bila sudah kalap, Greg akan mencengkeram apa saja yang ada di dekatnya. Kekuatan cengkeraman pria satu ini sama sekali tidak boleh diremehkan karena dia pemegang rekor sebagai penghancur lima puluh apel dalam lomba meremas buah renyah tersebut.
Perkiraan Chris tidak meleset karena ia merasa seperti terjambak, meski helain-helaian halus di puncak kepala dalam kondisi baik-baik saja. Ia menunduk dan melihat sepasang tangan yang memutih dan gemetar tengah mencengkeram erat kerah bajunya.
"C-Chris! Ronita~? Buka~n! Itu wanita sungguhan, wanita sungguhan Chrisss ...!" Setiap geraman yang meluncur dari mulut Greg naik satu oktaf hingga pada akhirnya hanya menghasilkan lengkingan tinggi yang mungkin bisa dipakai untuk berkomunikasi dengan lumba-lumba.
Telinga Chris sudah terbiasa dengan lengkingan lumba-lumba yang dihasilkan Greg. Satu tangan terus menahan supaya gitarnya tetap tersembunyi dari pandangan Greg. Namun, ia sangat pesimis bila bagian kerah baju akan selamat dari titisan Dewa Penghancur. Tubuh Greg memang yang paling kecil di antara mereka tapi tenaga badaknya terkenal mengerikan.
Greg menoleh pada Lay dan 'Tama' untuk meyakinkan bila matanya tidak sedang melakukan trik sulap. Semakin dilihat, wanita tersebut semakin cantik dan sekarang mendongak sambil mengerjap-ngerjap, bukan sedang melontarkan pesona tapi kebingungan. Greg berbalik lagi pada Chris, seolah dipenuhi api yang berkobar-kobar ganas.
Seperti terkena tatapan Medusa, seluruh tubuh Chris menjadi kaku dan hampir mengeras seperti patung.
"Kau tahu siapa dia? Sejak kapan Lay sampai di puncak tangga kedewasaaan? Kenapa dia tanpa busana, jawab Chris-kau kenal dia?" Terjangan pertanyaan yang tiada habisnya mendera telinga Chris.
Di tengah gelengan kepala Chris dan kebisingan suara Greg yang berteriak-teriak gusar, suara robekan kain terdengar. Seperti siap menghadapi pemenuhan ramalan sendiri, Chris melirik lirih ke bawah dan hanya bisa menarik napas dan mengembuskannya sepelan mungkin.
Pasrah, kata ampuh pelipur lara yang bisa mendamaikan perasaan Chris untuk mengucapkan selamat tinggal pada salah satu kemeja yang sudah menemaninya selama tiga tahun terakhir ini. Meski menyayangi kemeja tersebut, ia tidak bisa menyalahkan kecemburuan Chris yang meluap-luap hingga ke titik mendidih seperti sekarang. Sejujurnya tidak hanya penyakit yang mudah menular, rasa cemburu juga bisa menjadi momok yang menakutkan bila kaum berjakun terlalu lama menjomblo.
Sumber pencetus sekarang bertambah setelah Nick yang bertelanjang dada mendekati mereka. Ia tengah menggendong seorang wanita layaknya pengantin baru. Ya, wanita ini memakai kemeja bermotif bunga sepatu milik Nick.
Sekuat-kuatnya tekad Chris untuk tetap tenang dan berkepala dingin, urat sabarnya tetap putus juga. Hal yang membuat kedua jomblo mengenaskan ini meledak adalah ejekan Nick yang masih berada dibawah pengaruh alkohol. "Ihihi, ga punya pasangan. Mereka ga berpasangan seperti kita, ihihi ...."
Aura membunuh Greg dan Chris dengan cepat menyamai aura jahat meluap-luap hantu pendendam yang mati terbunuh di malam pengantinnya.
"PASANGAN KATAMU? BOSAN HIDUP, HAH!" sembur mereka bersamaan.
***
Note : Belum bosen lanjut baca,kan? Yuk mari jangan lupa vote dan komen ya. Maaciw very banyaks v^_^v
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top