Chapter 11.5 - Busted

Maeveen menurunkan Lysandra di trotoar yang mengarah ke pintu masuk perpustaan kota dan segera memacu kendaraannya menuju kawasan Hutan Eorwood. Jam menunjukkan pukul sembilan pagi, lewat satu jam dari jadwal buka perpustaan besar tersebut.

Lysandra segera bertemu muka dengan Nona Morales yang langsung menyapanya, "Selamat datang, ada yang bisa dibantu?"

"Selamat pagi, Nona Morales. Saya ingin mengembalikan buku dan meminjam lagi," balas Lysandra sambil mengeluarkan buku-buku tebal dari tas punggung dan menumpuknya di atas meja.

Martha melirik tumpukan buku dan jari-jarinya langsung sibuk di atas papan ketiknya. "Bisa pinjam kartu anggotamu?"

"Sebentar." Lysandra merogoh-rogoh tas lagi, mencari dompet kecilnya dan mencabut kartu anggota perpustakaan yang baru berusia sehari itu. "Ini." Sodornya.

Tidak sampai tiga menit, proses pengembalian rampung dan Martha menyatakan Lysandra bisa meminjam lagi. "Terima kasih." Lysandra mengambil kartu anggotanya dan segera berlalu menuju bagian Mitologi.

Sampai di bagian Mitologi, hologram yang sama kembali muncul dan menyapa Lysandra, "SELAMAT DATANG PENGUNJUNG 2.578.434, SILAKAN MASUKKAN KATA KUNCI YANG ANDA INGINKAN."

Lysandra sudah tidak canggung lagi dengan prosedurnya. Kata 'VAMPIRE' terbentuk di layar sentuh dan dilanjut dengan menekan tombol LANJUT. Judul buku yang memuat kata 'Vampire' jauh lebih berlimpah daripada 'Vyraswulf'. Bahkan, angka ribuan tercatat dalam hasil pencarian.

"Banyak sekali!" Lysandra langsung lemas melihat deretan judul buku yang tiada habisnya. Waktunya tidak banyak dan ia hanya bisa meminjam 4 buku dalam sehari.

Dalam kegalauan, wajah Maeveen terbayang. "Benar juga! Lysandra, diam-diam kau memang cerdas!" Ujung jari Lysandra kembali menari di atas layar sentuh untuk membentuk kata 'MERX' dan 'VERX'.

Dengan kunci khusus tersebut, jumlah pencarian berkurang drastis. Ada sekitar dua puluhan buku yang memuat kata yang dimasukkan. Lysandra menandai dua judul buku teratas dan memeriksa kontennya sekilas.

"Baiklah. Tuan Vlad yang baik hati, semoga informasi darimu berguna," gumam Lysandra pada satu judul buku yang ditulis oleh seseorang bernama I.M. Paler Vlad. Ia cukup yakin nama tersebut hanyalah nama pena.

Lysandra melanjutkan penelusurannya, kali ini memasukkan kata kunci 'MERPHANON' dan 'AECHID'. Ia mendapatkan dua kata ini dari ucapan Maeveen dan merasa dua kata tersebut memiliki hubungan erat dengan bangsa Air yang sering didengarnya belakangan ini.

***

Excelsis duduk sendirian di kantin sambil menggigit malas satu bola deepcy yang tertancap di ujung tusuk gigi.

"Hari yang indah tanpa tupai berisik, huffh ...." Bola deepcy kedua menghilang di balik pipi Excelsis yang menggembung.

Excelsis menyandarkan dagu di atas meja sambil membaca pesan Lysandra tiga jam yang lalu. "Perpustakaan, hah?" bisiknya malas.

Bayangan seseorang menaungi Excelsis sebelum matanya terpejam. Namun, ia terlalu malas untuk mendongak hingga hanya manik matanya yang bergerak ke atas untuk melihat siapa yang telah menginvasi wilayahnya.

"Maaf, tidak melayani tamu." Excelsis melipat tangan dan dijadikan tumpuan kepala, lalu memejamkan mata.

Suara kaki bangku yang beradu dengan lantai berbaur dengan keramaian suasana kantin. Merasa diawasi, Excelsis membuka satu mata. Benar saja, sosok yang pernah bertengkar dengannya beberapa hari lalu tengah duduk sambil menopang dagu, memperhatikan dalam diam.

Tanpa bersuara, Excelsis langsung merapikan bungkusan-bungkusan sisa makanannya dan berdiri meninggalkan sang senior. "Silakan, kakak senior yang terhormat."

"Dingin sekali," cibirnya sambil membuka tiga bungkusan deepcy yang sedari tadi dipegangnya.

 Mata Excelsis langsung terpaku pada tiga tumpuk kemasan makanan mahal itu, bukan karena ingin, tapi kesal merasa dikhianati oleh si penjual yang hanya menjual dua bungkus deepcy padanya.

"Kenapa? Aku tidak menyerobot, wanita itu yang menyimpankan untukku." Tebakan sang senior jitu sekali hingga Excelsis mendengus seperti banteng, makin kesal karena sekarang ada yang bisa membaca pikirannya.

"Permisi." Excelsis berdiri, berniat meninggalkan seniornya yang sibuk dengan deepcy.

"Buru-buru sekali. Takut kugigit? Tenang saja, semua gigiku rata." Sang senior memperlihatkan deretan giginya yang memang berderet rapi dan rata. "Aku bebas rabies," tambahnya sambil menyapukan lidah pada deretan gigi yang seputih salju itu.

Bukannya kagum, Excelsis malah merinding. Ia tidak peduli dengan suara-suara jeritan-jeritan centil para betina yang duduk tak jauh dari meja mereka sewaktu si pemilik iris biru terang di hadapannya menyunggingkan senyum pada mereka.Keinginan Excelsis untuk melarikan diri semakin kuat.

"Zev, duduklah bersama kami," panggil salah satu siswi yang tampaknya mengenal senior Excelsis.

Mata Excelsis bergerak pada papan nama sosok di hadapannya. Baru kali ini ingin mempelajari nama dari Zev.

Zeverick Urano Myers. Tunggu dulu, Myers?

"Tidak sekarang, Cinta. Kalian tidak lihat ada yang memintaku menemaninya hari ini?" Tunjuk Zev dengan anggukan dagu pada Excelsis yang sibuk dengan pikirannya sendiri.

Excelsis tidak bingung dengan perilaku Zev yang sangat berbeda dari pertemuan pertama mereka, tapi karena nama keluarga Zev.

"Ayolah, Zev. Bergabunglah ...." Zev ditarik oleh salah satu pejantan yang duduk di antara para betina. Mereka terkekeh-kekeh sambil menutup mulut.

"Maaf, Cinta. Mereka lebih butuh kehadiranku." Zev berdiri dan menyorong semua tumpukan Deep Blue Cheese pada Excelsis dan bergabung dengan sesama spesies kakak kelas, membiarkan Excelsis menatap makanan favoritnya dan Zev berulang kali hingga bel berbunyi.

Hanya karena menghormati pesan orang tuanya supaya tidak menyia-nyiakan makananlah yang membuat Excelsis menyambar bungkusan deepcy dan menentengnya ke kelas.

Zev melirik sejenak pada Excelsis dan menyunggingkan senyum puas.

***

Beberapa meter dari sekolah, Lysandra tengah duduk bersantai di sudut kafe sambil sesekali menyedot minuman dinginnya yang diberi taburan coklat serut.

"Ba~fas~tram!" rapal Lysandra sepelan mungkin lalu meletakkan bukunya di bangku sambil memiringkan badan supaya tidak ada satu pun yang melihat lembaran-lembaran buku membalik dengan cepat.

Ternyata, ada satu mata yang sudah memperhatikannya sejak tadi. Ia segera bangkit dan mendekati Lysandra. "Wow!"

Lysandra tersentak dan merasa jantungnya terlempar keluar dari mulut dan sekarang berdetak cepat di atas meja. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Nona Gale tengah berbinar memandangi lembaran buku miliknya yang masih bergerak hingga menutup sendiri.

"No—Nona Gale ... A—apa yang Anda lakukan di sini?" Lysandra gelagapan sambil berusaha menenangkan diri.

"Menunggu seseorang, kau sendiri?"

"Sa—sama. Aku menunggu Excelsis."

"Oh." Nona Gale mengintip jam tangannya. "Tenang, sejam lagi dia pasti sudah di sini."

"I—iya." Lysandra senang sewaktu Nona Gale menjauh.

Namun, rasa senangnya segera menguap sewaktu secangkir kopi menabrak permukaan mejanya. "Boleh bergabung?"

Belum juga Lysandra mengiyakan, Nona Gale sudah menggeser bangku kosong dan duduk. Wajahnya sumrigah, seperti baru saja bertemu teman lama. Tak lama wanita itu sudah menggeser bangku kosong di hadapannya dan duduk. Wajahnya tampak sumrigah, seperti baru saja bertemu teman lama.

Tak lama Nona Gale mengeluarkan sebuah buku bersampul kulit yang tampak usang dan pulpen dari tasnya. "Apa nama mantra tadi?"

"Hah?"

"Mantra yang kau lempar buku itu." Nona Gale melirik buku yang hendak dimasukkan Lysandra ke tasnya. "Ayolah. Jangan pura-pura tidak tahu." Alis Nona Gale menjentik cepat.

"Ba ... Bafastram," bisik Lysandra, lemas diberondong oleh gurunya sendiri.

"Sebentar ... B, ya ... sebentar—" Nona Gale sibuk memeriksa catatan. Nah, ini dia!" Wajahnya semakin bersinar karena menemukan mantra yang disebut Lysandra sudah terdaftar di bukunya.

Lysandra masih belum mengerti dengan tindak-tanduk sosok yang menurutnya sok kenal, sok dekat. Iya, mereka memang saling kenal, tapi berlebihan bila dikatakan mereka dekat.

"Bafastram, Pixie. Mantra untuk memperoleh informasi dengan cepat dari sebuah buku, termasuk mantra kelas A. Hebat! Tidak kusangka akan melihat perwujudan dari mantra ini!"

"E~ng ... Nona Gale?"

"Ya? Ada apa?"

"Anda benar-benar Nona Gale yang itu? Guru Sejarahku?"

"Hm? Iya, memang ada berapa 'Nona Gale' yang kau tahu?"

"Benar? Anda tidak sedang cosplay jadi Nona Gale? Atau ... Anda kembarannya, mungkin?"

"Hazel Lysandra Zeafer. Nona mungil yang sering tidur di kelasku, di dunia ini hanya hidup satu Astera Gale yang cantik nan elegan. Mungkin ini sangat berat untukmu, tapi terimalah kenyataan." Nona Gale mengedipkan matanya.

Lysandra mengedipkan matanya berkali-kali dan mencubit lengan sendiri. Sakit. "Nona Gale—"

"Gale saja. Kita tidak sedang berada dalam lingkungan sekolah, bukan? Tahu tidak bila berpura-pura kaku sewaktu mengajar itu melelahkan? Tapi, aku harus berada dalam karakterku. Ha~h, kenapa aktingku begitu sempurna ...."

"Akting? Nona membosankan itu hanya akting dan sekarang ..."

"Ya, betul sekali. Inilah aku!" Gale mencondongkan tubuh ke arah Lysandra. "Inilah aku yang sesungguhnya," bisiknya sambil bertepuk tangan kecil.

***

Selesai mendapat terapi mengejutkan dari guru sejarah yang ternyata tidak hidup di zaman purba, Lysandra berhasil menyesuaikan diri dengan sisi lain Gale yang tidak pernah dilihatnya.

"No—maksudku, Gale—Apa itu mantra kelas A?"

"Hmm ... tingkat kesulitan sebuah mantra untuk dipelajari bangsa selain Pixie. Yang paling mudah itu kelas E. Paham maksudku?"

Mata Lysandra membesar sambil mengulas senyum puas, menyadari ia baru saja mempelajari sebuah mantra yang sulit dan langsung menguasainya.

"Berapa lama kau mempelajarinya?"

"Baru tadi pagi."

Lysandra melihat mulut Nona Gale bergerak membentuk kata 'WOW'.

***



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top