Satu

Melamun dan Menemukan
Plastik Misterius

Pertama, bagaimana bisa cowok setampan Eldric mendekati gadis kumal nan kucel seperti Violetta? Bukan sekedar mendekati, bahkan terang-terangan menungkapkan cintanya di depan umum.

Kejadian yang belum lama terjadi, tepatnya di awal bulan April. Ketika angin muson timur berembus dari benua Australia ke benua Asia, negara Violetta mulai mengalami musim kemarau. Sang surya semangat menyinari, tapi justru mematahkan semangat gadis itu.

Ayunan sepedanya melambat begitu sudah sampai di sebuah toko kelontong, dalam waktu yang bersamaan juga bau busuk menyeruak memasuki penciumannya. Ia memarkirkan sepeda tua yang beberapa bagiannya sudah berkarat ke beberapa tong yang berdiri sejajar.

Sebelum memutuskan untuk benar-benar masuk, Violetta mamantapkan tekadnya terlebih dulu. Dirasa siap, ia pun melangkahkan kaki lebih dekat menemui sosok pemilik kelontong. Engkoh, hanya terlihat kepala botaknya saja di antara kerumunan ibu-ibu.

"Engkoh." Gadis itu menyapa pelan, jelas suaranya tersamarkan.

Violetta mengembuskan napas kasar, harus memanggil lebih kencang dan lebih dekat menghampiri si Engkoh. Lantas, ia nekat menerobos kerumunan ibu-ibu. Tidak tahu apa penyebabnya, mereka justru menjauhi Violetta. Seolah memberi jalan untuk Violetta lewat.

"Maaf, Koh telat bayar." Violetta mengangkat suara, mengheningkan cipta untuk beberapa saat. Dalam suasana yang secanggung itu, benda di saku Violetta bergetar.

Bukan waktunya mengangkat panggilan yang masuk, lebih penting dari itu adalah menenangkan Engkoh yang wajahnya berubah menjadi merah padam. "Nanti dibayar besok," ucap Violetta berusaha meyakinkan lewat tatapan matanya.

Namun, sangat disayangkan tak ada yang mudah dibohongi oleh kalimat seperti itu. Hanya sebatas kalimat kosong yang di ulang setiap harinya, sampai bosan Engkoh mendengarnya.

"HP kau," pinta Engkoh sambil memajukan telapak tangan.

Violetta tak bisa berkutik, ia memang harus menggadai sesuatu terlebih dulu. Akhirnya, dengan berat hati Violetta menyerahkan satu-satunya benda berharga yang ia punya. Hasil kerja kerasnya selama ini, ponsel android yang tengah dinotif panggilan suara.

Engkoh merebut secara kasar, lalu mengibaskan tangan ke udara. Sudah tak ada keperluan lain, Violetta memutuskan untuk pulang. Ditolehkan kepalanya sebentar sebelum mengayuh sepeda. Toko itu selalu ramai, padahal barang-barang yang didagangkan bisa dibilang berkualitas buruk.

Pernah satu kali, Violetta melihat dengan mata kepalanya sendiri anak buah Engkoh tengah menyuntik sesuatu ke perut ikan. Jika tidak salah kejadian itu terjadi di suatu sore, bermula saat Violetta ingin mengambil pesanannya.

Tinnn

Suara klakson seseorang membuat Violetta tersentak dan keluar dari lamunannya. Menoleh refleks ke sumber suara, kemudian terdiam tak percaya. Lelaki di balik helm full face itu tak lain tak bukan adalah Eldric, entah sudah keberapa kalinya Violetta berjumpa di tempat yang sama.

Sebenarnya ada keperluan apa Eldric ke toko Engkoh, apa sama seperti dirinya yang ingin mengutang? Sangat tidak mungkin. Catat, Eldric orang kaya raya. Motornya saja sport, jaketnya brand ternama, sepatu kulit ular, hmm ... apalagi? Terlalu banyak untuk disebutkan satu-satu.

"Minggir!" seru Eldric begitu Violetta menghalangi jalan. Turun drastis image lelaki itu di mata Violetta, ternyata tidak sopan.

Biar apa penampilan setinggi lapisan troposfer kalau attitude sehorizon tanah R yang letaknya paling dasar?

First impression terhadap Eldirc, sombong. Demi apapun, wajah ingin meremehkan itu terlihat jelas tanpa harus menggunakan kaca pembesar.

"Salam kenal." Tanpa pernah diduga sebelumnya, sama sekali tidak terlintas di halusinasi Violetta. Ucapan perkenalan yang Eldric lontarkan membuat dirinya membatu tiba-tiba.

Tidak perlu ditanyakan lagi, Violetta sudah tahu paling hanya April Mop semata. Lagian, apa masih zamannya? Toh bukan kebudayaan negeri ini kan? Negeri ini budaya sangat banyak, tapi bukan April Mop salah satunya.

Lalu, hari itu pun menjadi sejarah dua insan yang dipertemukan kesekian kalinya di depan toko kelontong.

Sudah dua bulan Violetta mengenal Eldric dan kuantitas yang sama juga sebagai kekasih dari lelaki tersebut. Bukannya senang, Violetta malah sedih. Karena belakangan ini, Eldric sudah tak mau lagi mengantarnya pulang. Bahkan, terkesan menolak secara kasar.

Kringgg

Bel pulang berdering, anak-anak bersorak gembira mendengar suara itu. Violetta bergegas membereskan buku-bukunya yang masih tersusun rapi di atas meja, jam kosong pelajaran terakhir tadi ia gunakan untuk melamun.

"Pulang naik apa?" tanya seorang siswi dikucir kuda yang menghampirinya.

"Gak tahu, Mi." Violetta membalas lesu sambil menundukkan kepala, tampak murung.

Utami nama siswi itu, satu-satunya orang yang mau berteman dengan Violetta di sekolah sebesar ini. Yang lain? Malu. Malu karena Violetta kumal dan kalangan rendah dalam kehidupan sosial ekonomi.

"Kan ada Eldric," ucap Utami.

Violetta mengangguk kecil dan tersenyum tipis, ia tak mau membebani Utami dengan masalahnya. Ia ingin selalu tampak bahagia di hadapan sahabatnya itu. Memiliki Utami saja sudah sesuatu yang harus disyukuri, sepertinya tidak perlu ditambahi dengan Eldric lagi.

Utami membalikkan badan, lalu melenggang keluar sambil melambaikan tangan tanda perpisahan. Setelah kepergian Utami, kelas benar-benar kosong.

Ia mengedar ke sekeliling, memastikan ada kah barang temannya yang tertinggal. Pandangannya jatuh pada meja di pojok kiri kelas, ada sebongkah plastik hitam di atas mejanya.

Jantung Violetta berdebar begitu mendekat, seperti ada yang mengawasinya saat hendak meraih benda tersebut. Namun, karena rasa penasarannya yang lebih mendominasi akhirnya Violetta memutuskan untuk tetap ke sana.

"Apa ini?" gumam gadis itu sambil merasakan tekstur dari luar plastik.

Keras.

"Baik akan kubawa pulang," ucap Violetta sambil memasukkan ke tote bag merah dalam genggamannya.

Lalu, gadis itu pun berlalu pergi. Tak berpikir panjang sebelumnya, semua berawal dari sana. Plastik misterius yang entah berantah datang dari mana dan milik siapa.


















Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top