VILLAIN 10 (a)
THE YELLOW DOLLAR menatap jenaka pada gumpalan asap hitam raksasa yang makin membumbung tinggi, dengan kobaran api terus melahap benda apa pun di sekitar di bawahnya. Bibir tuanya yang keriput dan agak pucat terus melebar, memperlihatkan senyum penuh kebahagiaan yang sudah lama tidak diperlihatkannya.
Setidaknya sejak tragedi beberapa tahun silam, ketika dirinya disalahkan atas tragedi pengeboman Kota Hiroshima.
"Luar biasa! Ternyata aku memang masih sekuat dulu," katanya lalu tertawa puas.
Dia berkacak pinggang. Seluruh tubuhnya seperti dialiri energi baru. Pun tentu, berselimut lapisan baja dari benda sekitar yang berhasil disedotnya.
The Yellow Dollar berbalik dan hendak pergi, meninggalkan keramaian yang disebabkan olehnya.
Di belakang sana, terlihat orang-orang yang sebagian besar penumpang kereta, mulai berbondong-bondong mencari tempat aman, dan dengan duka lagi ketakutan memandang bangkai gerbong-gerbong.
"Berhenti!"
Satu peluru memelesat. The Yellow Dollar dengan gesti menghindar. Peluru itu mengenai pohon pinus dan meledakannya.
The Yellow Dollar segera menggerakkan tubuh tuanya untuk mengecek siapa gerangan yang berani menyerangnya.
"Kau tak sopan, Nak, menyerang orang tua yang sudah hampir tak bisa bertarung ini," kata The Yellow Dollar setengah muak. Dia menepuk-nepuk setelan superhero (bikinan dadakannya) itu.
Pria tua itu lantas mengepalkan kedua tangan, pasang kuda-kuda. "Ayo, kau mau bertarung denganku?"
Dia menantang robot AI canggih yang punya tinggi dua kali lipat dari tubuhnya, dengan dilengkapi senjata lengkap, dan tentu saja tubuhnya berpelindung tinggi. Namun, The Yellow Dollar memang gila, sejak dulu.
Robot itu dominan punya warna merah dan dapat berubah bentuk. Saat ini, bentuknya menyerupai manusia, tentu dengan perintilan-perintilan senjata di tangan, kaki, dan pundaknya. Oleh karenanya, robot itu punya badan seperti bentuk love.
Feminim sekali.
Namun, saat mendengar suaranya, kesan itu lenyap. Suaranya perpaduan suara pria dan wanita, yang agak berdengung dalam, khas robot tetapi hampir menyerupai manusia. Bayangkan saja, kau mendengar suara tersebut lewat kaleng, sementara kau menenggelamkan kepalamu ke air.
Mecha Heart itulah nama robot tersebut. Robot AI keluaran terbaru yang dibuat dengan bahan serba canggih yang diproduksi oleh Tim Glade. Robot tersebut memang dikirim untuk bersilaturahmi kepada The Yellow Dollar.
"Aku akan menghancurkanmu," kata Mecha Heart sambil mengacungkan senjatanya tepat ke tubuh The Yellow Dollar.
The Yellow Dollar terkekeh untuk bermenit-menit. "Coba saja, Rongsokan! Tubuhku memang tua, tapi aku lebih berpengalaman daripada robot buatan manusia sepertimu!" balasnya dengan arogan.
Mecha Heart tak menjawab lagi, langsung memberondong The Yellow Dollar dengan peluru-peluru dari senjatanya.
The Yellow Dollar berhasil terus menghindar atau berlindung di balik pelindung baja yang dibuat dengan kekuatannya dalam waktu singkat.
Sial! Peluru-peluru ini tak bisa kukendalikan karena bukan terbuat dari besi. Dia mengomel dalam hati.
"Apa kau yakin bisa mengalahkan robot buatan sepertiku, Pria Tua?" Mecha Heart balas arogan. "Aku diprogram dengan kecanggihan tanpa cacat. Aku dapat mengetahui semua kelemahanmu, termasuk musuh-musuhku yang lain."
Segerombolan peluru menyasar dengan ganas. The Yellow Dollar menghindar dengan gesit sampai harus jumpalitan. Tubuhnya kotor, mukanya coreng-moreng. Namun, dia masih mampu untuk bangkit.
Dia memfokuskan kekuatannya untuk mengirimkan serangan pada Mecha Heart. Namun, alih-alih tumbang, robot AI itu malah makin ganas melaju ke arahnya sambil mengacungkan senjata.
"Robot rongsokan sialan!" umpat The Yellow Dollar. Dia muak karena ternyata kekuatan pengendaliannya tak mempan pada Mecha Heart.
"Sudah kukatakan, aku tahu seluruh kelemahan musuhku, termasuk pria tua bangka busuk sepertimu!" cerca Mecha Heart sambil menembakkan segerombolan lagi peluru ke arah The Yellow Dollar dari jarak dua puluh meter.
Terlalu sempit. The Yellow Dollar terkena ledakan sehingga tubuhnya kembali terpental. Kali ini dia limbung, tak sempat menyeimbangkan diri.
The Yellow Dollar batuk darah.
"Begitukah?" Dia tertawa keras-keras. Kemarahan menggelegak dalam dirinya sehingga memacu adrenalinnya.
The Yellow Dollar kembali memusatkan kekuatannya untuk menghalau rombongan peluru yang datang. Namun, setiap usahanya selalu berujung gagal. Peluru-peluru itu tak bisa dikendalikan.
Satu peluru mendarat mulus di belikat kirinya, tepat ketika dia tak bisa menghindari dua serangan sekaligus. Ternyata, selain mahir serangan jarak jauh, robot AI itu juga dengan ringan menggerakkan tubuh besinya.
"Kuberi kau satu pelajaran!"
Dalam sekali sentakan, Mecha Heart berhasil mengempaskan tubuh The Yellow Dollar. The Yellow Dollar tak berdaya, tak bisa menguasai tubuhnya yang mendadak lebih berat daripada puluhan gajah dewasa.
"Manipulasi gravitasi, ya," bisik The Yellow Dollar dan terbatuk darah lagi.
Dia mencoba bangkit. Pandangannya sedikit kabur, kepalanya juga agak berat. Namun, tekadnya masih membara dengan hebat.
The Yellow Dollar kembali bangkit. Kedua tangannya terangkat, menyedot setiap unsur besi dan mengarahkannya untuk menyerang Mecha Heart. Namun, dengan gagahnya robot itu menghindar, bahkan sambil menembaki setiap baja yang terbang dan menyebabkan pertunjukan kembang api dadakan.
"Huh, merepotkan!" The Yellow Dollar mengomel sambil berusaha bangkit dengan tubuh sudah kotor oleh debu dan darah. Sekarang dia bisa melihat kekalahan di depan matanya.
"Kau masih bisa bangkit rupanya, Tua." Mecha Heart tak memberi napas pada pria tua malang itu. Dia kembali memberondong The Yellow Dollar dengan beragam serangan.
"Kau—ah tidak, sialan!"
The Yellow Dollar terempas puluhan meter, berguling-guling, membentur apa saja yang merobek pakaiannya—terutama jubahnya—dan menimbulkan luka-luka parah. Pukulan telak Mecha Heart berhasil menumbangkannya.
Sekarang The Yellow Dollar hampir tak punya kekuatan untuk berdiri. Namun, dia tidak boleh kalah apalagi menyerah.
The Yellow Dollar batuk darah lagi. Kedua tangannya yang penuh luka, dengan gemetar berusaha kuat menopang tubuh tuanya yang sudah babak belur.
Suara besi yang bergemeretak terdengar mendekat. The Yellow Dollar melihat kedua kaki besi Mecha Heart sudah tiba lima meter darinya. Saat menoleh, robot AI itu sudah bersiap dengan pistol besar yang diarahkan padanya.
"Tamatlah riwayatmu," katanya dengan suaranya yang membuat bulu kuduk meremang.
Silver Top Trap dimasukkan sebagai salah satu senjata Mecha Heart. Itu bukan senjata serang, melainkan hanya sebuah jaring untuk menangkap musuh "lemah". Sesuai yang dijelaskan, bahwa Mecha Heart adalah robot AI yang diprogram untuk dapat menganalisis dan mengetahui kelemahan musuh dalam waktu singkat. Jadi, jaring yang sekarang terlempar ke arah The Yellow Dollar jelas bukan terbuat dari baja atau besi, melainkan tembaga.
The Yellow Dollar tak bisa menghindar lagi. Tubuhnya sudah babak belur, tenaganya juga sudah hampir habis, dan sekarang tubuhnya diringkus jaring yang terasa menyakitkan.
"Keparat!" The Yellow Dollar menatap bengis pada robot itu.
Namun, segera ekspresinya berubah usai melihat sekelompok orang yang mendekat. The Glade, "kawan lamanya".
***
Apa yang bisa kau lakukan saat terjebak di tempat berbahaya dalam keadaan tak berdaya? Pasrah? Sementara kematian sudah ada di depanmu.
Nevilla meronta-ronta, menendang-nendangkan kedelapan kaki laba-labanya untuk berusaha membebaskan diri. Namun, itu hanya sia-sia. Malah hanya membuat tubuhnya kembali terbuka.
Oni itu berhasil membawa mereka ke neraka. Benar-benar neraka, tempat yang penuh api dan kengerian.
Mereka akan disiksa. Setidaknya itulah asumsi yang paling meyakinkan dari nasib mereka kini.
Kappa dan Jim Pin pun bernasib sama: tubuh babak belur dan terikat kuat. Mereka pun berusaha membebaskan diri di tengah kucuran keringat yang membasahi tubuh.
Aku tak boleh mati di sini begitu saja! Kappa membatin penuh tekad. Sepasang matanya bergerak lincah, tengah berpikir keras mencari cara untuk membebaskan mereka.
Sementara itu, Oni yang membawa mereka makin menunjukkan gerak-gerik mencurigakan. Dia menyeret Nevilla, membuat wanita itu menjerit-jerit ketakutan. Lantas, Jim Pin pun bernasib sama. Mereka diseret tanpa belas kasih, dengan rantai-rantai api yang melepuhkan kulit-kulit dan daging segar.
"Lepas! Lepaskan aku!" jerit Nevilla frustrasi.
Tiba-tiba sesuatu yang aneh terjadi. Nevilla setengah membanting kepalanya ke kiri, di mana sumber kekuatan aneh itu berasal.
Ada gumpalan hitam yang mengelilingi tubuh Kappa. Pria itu tampak fokus, menatap tajam pada kedua tangannya. Entah apa yang dilakukannya.
Satu per satu Oni dan Yokai mulai mewujud lantas merangkak mendekati Kappa yang tubuhnya makin ditelan gumpalan awan hitam.
Ini gila, tapi harus kucoba. Kappa berusaha optimis.
Sebelumnya, dia belum pernah membuka gerbang antar dimensi. Karena selain memerlukan tenaga tak sedikit, salah-salah hal tersebut bisa meminta bayaran nyawa. Namun, tak ada lagi cara yang terpikir oleh Kappa saat ini selain hal tersebut.
Setidaknya, dalam situasi antara hidup dan mati, dia harus berani mencoba cara paling berisiko.
Puluhan bahkan ratusan Oni dan Yokai makin memenuhi tempat, membuat Kappa menjadi pusatnya. Wajah-wajah menyeramkan mereka, bahkan ada yang tampil menjijikan, membuat Nevilla lebih memilih fokus mengurus dirinya sendiri.
Pasti ada cara bebas, dia yakin itu.
Gumpalan awan hitam yang menelan tubuh Kappa perlahan-lahan mulai membuat bentuk lain. Retakan-retakan hitam tampak mengakar di sekitar yang tampak penuh oleh warna merah dari api. Langitnya mulai retak.
Kappa melebarkan senyum sinis. Rupanya usahanya sedikit membuahkan hasil. Maka, dia makin memfokuskan kekuatannya meski rasanya menyakitkan.
Di lain sisi dimensi, di sebuah kota sibuk yang tengah berjalan damai, tiba-tiba muncul sebuah getaran halus pada awalnya. Namun, getaran tersebut mulai meningkat kuat sehingga para penduduk bisa merasakannya.
Dalam sekejap kepanikan menelan mereka.
"Gempa! Gempa!"
Teriakan itu memancing kepanikan yang lain sehingga mereka mulai berbondong-bondong menyelamatkan diri lantaran getaran makin terasa kuat.
"Selamatkan diri ka ...."
Tiba-tiba sebidang tanah amblas, membawa serta bangunan dan orang-orang yang ada di atasnya.
Retakan tanah itu rupanya makin parah, meluas, merambat ke segala arah. Kota dalam bahaya. Sirene dari beberapa kendaraan mulai berbunyi. Api-api dari sambungan listrik yang putus mulai memicu kebakaran.
Tanah amblas itu dalam sekejap bertambah lebih parah. Seperempat kota telah amblas, lenyap begitu saja seperti disedot cacing tanah ke dalam perutnya. Jelas hal tersebut memakan korban yang tak bisa diselamatkan. Orang tua, pria, wanita, anak-anak. Semua yang tak bersalah jadi korban.
Semua itu tak lain dan tak bukan adalah ulah Kappa.
"Kita akan bebas!" jerit Nevilla begitu melihat cahaya dunia luar dari retakan dimensi yang makin melebar.
Bersamaan dengan kebahagiaannya, derita lara lain justru timbul di kota dengan para penduduknya yang tak bersalah. Namun, Kappa tak menghentikan aksinya sehingga retakan antar dimensi pun berhasil terbentuk.
Sebuah gerbang raksasa yang pekat hitam terbentuk di tengah-tengah jalan Kota Jepang. Lalu, beragam jenis makhluk menyeramkan merangkak berdesak-desakkan keluar darinya. Mereka bukan sekadar keluar, melainkan juga menimbulkan keributan di kota.
"Lari! Selamatkan diri kalian!" jerit seorang pria dengan ketakutan. Namun, nahas, dia mendadak sekarat. Nyawanya seperti tertarik masuk pada gerbang raksasa hitam pekat itu.
Hal tersebut tidak hanya menimpa dirinya, melainkan juga sebagian penduduk kota yang berada di lokasi. Nyawa mereka seolah-olah tertarik masuk ke gerbang tersebut sehingga langsung tewas di tempat.
Korban demi korban terus berjatuhan. Mereka bak terkena virus mematikan yang merampas nyawa sekaligus. Sudut-sudut kota mulai dipenuhi mayat-mayat. Kekacauan tak berhenti di situ ketika gerombolan Yokai mulai memasuki kota. Mereka tampak kebingungan sekaligus mematikan.
Tiba-tiba dari arah berlawanan, muncul gerombolan lain. Para Oni. Lantas, mereka dengan ganas justru menerjang para Yokai.
Pertarungan antara dua jenis makhluk tersebut tak dapat terhindarkan. Namun, ada yang aneh. Para Oni itu tampak mirip, bak pinang dibelah dua. Gaya bertarung mereka pun sama.
"Aku pasti akan memusnahkan mereka semua," kata salah satu Oni Tomo.
Ya, gerombolan Oni itu tak lain adalah dirinya, dirinya dari beragam lintas waktu. Hal tersebut terjadi karena adanya paradoks waktu yang disebabkan oleh pembukaan paksa gerbang dimensi oleh Kappa.
Suasana pun makin kacau. Di tengah-tengah kekacauan itu, ada sebuah entitas kuat yang tengah menyaksikan "acara" dengan santai. Dia tersenyum senang sebelum beranjak dari tempatnya berdiri.
Gerakannya cepat, lincah, dan tangkas. Hanya satu gerakan dan beberapa Yokai terbunuh begitu saja. Sayatannya sehalus kapas, tetapi dampaknya lebih tajam dari samurai sakti mana pun di dunia.
White Oni mendarat di depan seorang Oni yang memegang Spirit Sword. Tanpa membuang waktu, dia membunuh makhluk itu dalam sekali tebasan, kemudian merebut Spirit Sword-nya.
Sekarang, pertarungan itu akan lebih seru karena White Oni turun ke lapangan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top