5. Mendengar Irama
Victim
Story by zhaErza
Naruto © Kishimoto Masashi
.
.
.
Chapter 5
Mendengar Irama
.
.
.
Mereka masih berdiam diri dengan tatapan mata emerald-nya yang menjerat wajah pucat Sasuke, lelaki itu terduduk di kasurnya, sementara Sakura mulai berpindah tempat untuk bisa mendekati sang pria dan meminta penjelasan darinya. Bukan hanya karena alasan itu, tapi juga karena sang gadis berambut merah muda ingin memeriksa kembali kondisi sang raven untuk saat ini.
Melihat dari dekat, Sakura menyadari kalau lelaki di sebelahnya benar-benar banjir keringat. Wajahnya juga tidak sepucat saat pertama kali berjumpa, sudah lebih baik dan saat telapak tangannya menyentuh dahi berponi itu, Sakura merasakan kelegaan karena sekarang temannya sudah mulai pulih, panasnya menurun dan kemungkinan akan sembuh esok harinya.
"Syukurlah, demammu sudah turun, Sasuke-kun." Sakura tersenyum dan membersihkan bulir-bulir keringat yang menetesi pelipis lelaki itu.
"Aa, terimakasih."
Uap panas keluar dari celah bibir tipis Sasuke, lelaki itu memejamkan mata dan merasakan dengan saksama sentuhan-sentuhan yang diberikan Sakura melalu tangannya yang tengah membersihkan peluh. Setelahnya ia membuka mata, walau yang terlihat hanyalah kegelapan saja.
"Em, jadi ... kau ini memang Mr. Suu?" untaian kata yang dikeluarkan dari pita suaranya terdengar ragu-ragu, gadis dengan nama bunga itu pun menatap wajah Sasuke yang sekarang tengah tersenyum tipis.
Ada jeda, namun tak beberapa lama Sasuke pun bersuara dan menjawab pertanyaan dari Sakura.
"Menurutmu?"
Alis mata merah mudanya langsung menekuk dan bibir indahnya mengerucut sampai kelihatan imut, walau kamar ini hanya diterangi cahaya mentari yang masuk melalui jendela, tapi Sakura dapat mengetahui kalau lelaki di depannya ini sedang menguji kesabarannya, Sasuke menyeringai dan ia sadar kalau tengah dikerjai.
Hanya tiupan angin yang menjadi pengiring alunan suara Sasuke saat lelaki itu kembali bergumam dengan ambigu, alis merah muda yang nyaris berkaitan, sekarang menekuk semakin tajam. Dengan jawaban yang tak jelas begitu, mana bisa ia memahami apa makna dalam gumaman yang tak dimengertinya.
Ia merasa gemas sendiri, kenapa ada makhluk seperti Sasuke ini, yang benar-benar bisa menguji kesabarannya. Lengannya bahkan ingin bergerak untuk menjepitkan jari pada kulit lelaki yang duduk berhadapan dengannya, ia ingin mencubitnya kalau tak mengingat bahwa sang raven tengah dalam kondisi yang tidak sehat.
"Jawab dengan ungkaian kata, Sasuke-kun!" di akhir kalimat, Sakura bahkan menekankan suara.
Sasuke menggerakkan tangannya dan memijat belakang lehernya, ia kelihatan tersenyum dan sesekali tertawa kecil karena mengingat suara teman barunya yang mengerang jengah.
"Iya, lalu kenapa? Kauingin mengidolakanku dan memekik senang?"
Mata zamrud itu terbelalak, bibirnya terperangah dan membentuk bulatan kecil. Ternyata benar apa yang dipikirkannya, bahwa Sasuke adalah Mr. Suu.
"Kyaaaaa ... kau benaran? Benaran Mr. Suu?Kyaaa."
Kedua telapak tangan Sakura kini bergerak dan langsung menggenggam tangan kanan Sasuke, ia masih memekik senang karena akhirnya mengetahui siapa sebenarnya seorang pelukis yang diidolakannya.
"Astaga, luar biasa Sasuke-kun. Kauhebat! Ternyata memang kau sang pelukis bernama Suu-chan."
Alis mata Sasuke tiba-tiba saja naik satu karena mendengar namanya dipanggil dengan suffix'chan', telinganya sama sekali tak salah dengar, kan? Sementara itu, Sakura masih saja sibuk dengan keterpukauannya terhadap lelaki bermata beda warna ini, gadis merah muda yang kini tertawa gembira sambil mengoyang-goyangkan tangan Sasuke dalam genggaman kedua tangannya, terus saja memuji sang lelaki idola. Namun, tiba-tiba saja suara tawa Sakura terhenti, gadis itu terdiam dan membuat Sasuke bingung karenanya.
"Eh, tapi ... bagaimana caranya kau melukis?Anu, maksudku ... Sasuke-kun kan, itu bukannya aku tidak percaya, tapi kau ... kau kan memiliki keterbatasan aktivitas, sehingga ... tidak-"
"Ya, aku cacat. Kenapa kau susah sekali menyebutkannya, Sakura? Santai saja." Sasuke tertawa kecil, tawa halus dengan suara khasnya.
"Maaf," bisik itu ternyata didengar oleh Sasuke, tentu saja dengan ketidakpunyaan terhadap indra penglihatan, membuat ia menjadi lebih peka terhadap indra yang lainnya, termasuk pendengaran. Maka, walau hanya bisikan, dirinya tentu bisa dengan jelas mendengarnya.
Jemari Sasuke yang awalnya digenggam Sakura, kini berbalik. Lelaki berparas rupawan itu mengapit jemari kecil yang halus itu agar memenuhi sela jarinya, pun sebaliknya.
"Kau tak bersalah, dan aku melukis dengan jari-jariku, jika hal itu yang ingin kau ketahui, tanpa kuas dan hanya dengan jarilah aku melukis. "
Senyuman Sakura yang terlampau indah tak bisa dilihat Sasuke, namun dengan tawa kecil itu akhirnya membuanya sadar kalau gadis luar biasa yang ada di depannya ini sedang berbagi kebahagian dengannya.
"Emm ... aku ingin melihat caramu melukis, lalu bagaimana bisa kau melukisku di kanvas ? Dan itu sangat mirip walau belum selesai."
Ada rasa penasaran dalam setiap pertanyaan yang diucapkan dari bibir cherry-nya, tentu saja ia sangat ingin tahu, bagaimana seorang yang tidak bisa melihat dapat melukiskan sesuatu seperti yang dilihat orang normal? Bagaimana lelaki itu melukis pemandangan, bunga, sungai, hutan dan lainnya? Bahkan ia melihat lukisan wajahnya di salah satu kanvas yang ada di ruangan ini.
Tak terpikirkan oleh Sakura, keluarbiasaan macam apa yang ada di dalam tubuh seorang bernama Sasuke ini. Ia buta, tapi ia bisa melukis layaknya orang berindra sempurna.
Lukisan timbul yang jika diraba maka kau akan merasakan bentuknya.
Jari-jari mereka yang saling mengait, kini dilepaskan oleh Sasuke. Lelaki itu tertangkapemerald Sakura saat tersenyum tipis, membuat entah kenapa wajahnya menjadi memanas. Hal mengejutkan lain pun terjadi, lengan yang tadi dilepas Sasuke sekarang bergerak dan mencari wajah Sakura. Ketika jemarinya yang kokoh berada di pipi sang Bunga, mata Sasuke pun terpejam. Ia mengelus dan menyentuh dari dahi dan turuh melewati mata, hidung, pipi dan dagu. Ia melakuan hal itu dengan senyum tipis yang tak pernah lepas hingga membuat tatapan Sakura membulat dan bibirnya tebuka kecil.
"Aku pernah melakukan hal ini sebelumnya, untuk melihat wajahmu dengan jariku agar aku bisa melukismu. Dan ekspresimu yang kudapat saat aku melakukan ini adalah seperti yang terlukis dikanvas, seperti sekarang ini ... kau membatu." Kembali tawa kecil dengan suara yang khas masuk kependengaran Sakura dan membuat wajah gadis itu semakin merah.
"Bagiaman caramu menentukan warna?" hanya bisikan, ia benar-benar terpukau dengan kelebihan yang dimiliki Sasuke.
Hanya suara napas mereka yang terdengar, di tengah mentari sore yang semakin menajamkan sinar jingganya, membuat bayangan mereka semakin memanjang dan yang dilihat Sakura adalah wajah tampan lelaki yang masih menyentuh pipinya, dengan bagian samping yang terpapar seranai jingga yang semakin menambah pesona dari sang pelukis idola.
Mata dengan iris zamrud-nya menatap sesuatu, ia melihat keagungan dari hasil ciptaan Tuhan. Sasuke terlihat sangat rupawan, walau dengan ketidaksempurnaan fisik yang ia punya, namun hanya dengan hal itu pun tak mengurangi pesona dari pelukis luar biasa ini.
"Saat aku menyentuh sesuatu, aku seperti dapat mendengar irama. Dan aku seperti melihat dengan irama itu, menandainya dan mengetahui kalau mereka sebenarnya sama seperti yang dilihat orang normal, namun bagiku dengan cara yang berbeda."
"Itu luar biasa, bagaimana bisa itu terjadi, seperti indra keenam saja, Sasuke-kun."
Keterpukauan Sakura terhadap diri Sasuke dan kelebihan yang ia punya sepertinya tak dapat ditutupinya, keluar begitu saja dan dirinya yang begitu merasakan keluarbiasaan itu pun memekikkan suaranya karena hal menakjubkan ini. Sementara itu, bengkokan samar kembali tersemat indah di bibir sang lelaki rupawan. Sepertinya, Mr. Suu merasakan getaran di dadanya karena mengetahui Sakura yang begitu mengagumi dan mengidolakannya. Begitu tulus.
"Jadi, kapan-kapan kau akan melihatku melukis,hn." Pernyataan itu keluar dari celah tipis Sasuke, karena rasa menggelitik yang mengundangnya untuk menggoda si gadis merah muda, dan berhasil. Dengan cubitan kecil di lengan kanannya, ia tahu sekarang Sakura sedang jengkel karena mendengar nada bicaranya yang sombong.
"Dasar menyebalkan, tentu saja aku akan membuktikan ucapanmu, aku akan melihat kau melukis dan membuat wajahku yang cantik ini."
Dan mereka pun tertawa bersama, cahaya jingga menerpa meraka, membuat sepasang anak Adam itu terlihat dibaluti dengan indahnya refleksi alam dalam kebersamaan yang hangat.
Tidak bisa ditutupi rasa hangat dan membuancah dalam dirinya, ketika untuk pertama kalinya ia diperhatikan dan dianggap, padahal sebelumnya tak ada pembeli yang dengan penasaran akan berbuat hal seperti yang Sakura lakukan padanya. Kebanyakan dari orang-orang yang membeli lukisannya hanya sekedar memberikan uang yang setimpal tanpa memuji, karena mereka sudah yakin kalau tak mungkin orang seperti dirinya ini yang telah menciptakan hasil karya memukau.
Sasuke merasa tak mengeti dengan Sakura, gadis itu begitu terbuka dan apa adanya. Ia sama sekali tak pernah mempermalukan Sasuke, bahkan mencela kekurangannya. Kebanyakan dari teman-temannya, akan dengan terang-terangan menertawakan kekurangannya dan tak ada yang akan peduli jika ia sudah terluka karena untaian kata menyakitkan itu.
Sakura, terimakasih banyak.
Tanpa diketahui Sasuke, sedari tadi Sakura mengakap sorot kebahagian di dalam iris kelam yang selalu kosong itu. Gadis manis itu hanya tersenyum dan kembali menggenggam tangan kanan sang seniman.
.
.
.
"Astaga, Sasuke-kun! Kau ... kau benar-benar melukis wajahku dengan jarimu, dan tanpa ... tanpa, astaga Suu-chan!"
Sasuke hanya bisa mengeluarkan karbon dioksida dengan gumaman aneh, karena suara pekikan Sakura yang sejak tadi mengganggu konsentrasinya dalam menangkap irama cat di jari-jarinya. Gadis itu terus saja berisik dan menjerit-jerit setiap kali ia mengolesi kanvas berlukiskan wajah Sakura yang belum selesai dengan jari manisnya.
Pejaman mata beda iris itu terbuka, jari Sasuke menggantung di udara, dan ia pun akhirnya mengeluarkan suara berat khasnya yang sejak tadi tersimpan karena bibirnya terkatup rapat.
"Duduklah di ranjang, aku tak bisa konsentrasi, Sakura."
Setelah mengatakan hal itu, Sasuke mendengar permintaan maaf Sakura, tapi gadis itu bilang dia tetap ingin berdiri melihat dirinya yang melukis dan berjanji akan diam.
Pandangan mata emerald itu kini menangkap Sasuke yang tengah melakukan peregangan leher dan lengannya, lelaki itu lalu mengolesi lagi dan lagi jarinya yang sudah terbaluri cat dan mulai menyempurnakan lukisan. Bagian rahang dari lukisan wajahnya yang sekarang sedang dikerjakan Sasuke, ia mewarnainya dengan cat putih langsat dan untuk mempertegas garis wajah dalam lukisan itu, ia memberikan warna yang lebih gelap.
Sekarang lukisan hampir selesai, Sasuke hanya perlu menambahkan beberapa material cat lagi agar kelihatan semakin menarik.
"Kyaa-hmmpp."
Hampir saja gadis gulali itu menjerit kembali, jika ia tidak tiba-tiba tersadar akan kondisi sang pelukis dan akhirnya membekap bibirnya dengan kedua telapak tangannya. Pandangan matanya kini kembali terfokus kepada Sasuke, lelaki itu sedang mengunakan jari manisnya untuk mengolesi cat, kemudian dia pun berhenti sejenak.
"Yup, selesai. Tapi, kita biarkan dulu agar mengering, lalu aku akan memeriksanya kembali."
"Kyaaaa ... ini sudah sangat sempurna, Suu-chan. Mengagumkan."
"Tidak, tidak. Aku akan memeriksanya sendiri, sekarang silakan kaunikmati, tapi jangan menyentuhnya."
Berdiri dari kursi, setelahnya lelaki unik bernama Sasuke itu pergi dan menuju kamar mandi. Sudah jelas ia akan membersihkan bekas-bekas cat di dalam ruangan yang berada di sudut dapur. Setelah menutup pintu, ia langsung saja membuka keran air yang ada di wastafel dan menggosokkan jarinya dengan sabun, membersikan sela-selanya, lalu menampung air dengan telapak tangan untuk disiramkan ke wajahnya yang kelihatan lelah. Handuk yang ada di paku ia sambar dengan tangan kanannya dan dielapkannya di wajah, sehingga menghilangkan tetes-tetes air dan membuat wajah lelah itu menjadi segar kembali.
Tiupan napas keluar begitu saja dari bibirnya, seperti helaan kuat. Kembali dengan sebelah tangannya yang ada, Sasuke menyisir poni mengunakan kelima jarinya sehingga anak rambut itu sekarang tidak berada di depan dahi.
"Kau terus berada di sana, Sakura. Nanti ambilah, anggap saja itu hadiah terimakasihku karena kau merawatku beberapa hari yang lalu." Sasuke yang sudah berada di atas ranjang masih heran karena menangkap suara Sakura, gadis itu sedang berada di depan lukisan yang berlum kering sempurna, dan hal itu dikarenakan sang Bunga sudah pasti sangat menyukai potret indah wajahnya.
"Yeee, terimakasih. Hei, bagaimana kautahu kalau aku masih di sini?"
"Ada iramanya Sakura, teriakanmu memperjelas semuanya." Sasuke menyeringai dalam tidurnya.
.
.
.
.
.
Chapter 5
End
A/N:
Hai hai. Bertemu lagi dengan saya zhaErza.
Ada beberapa pemberitahuan nih kepada kalian semua.
Pertama:
Pasti ingin tahu kan apakah benar ada orang yang mengalami tuna netra bisa melukis? Jawaban ada. Ini benar-benar ada lohh, waktu itu Erza liat di salah satu acara televisi: On the spot kalau gak salah, dan sang pelukis luar biasa itu orangnya udah tua dan aku lupa siapa namanya, tapi dia orang barat dan melukisnya kayak Sasuke di dalam fiksi ini, jadi bapak luar biasa itu awalnya akan menyentuh secara detil apa yang akan dilukisnya, misalnya mobil dan setelah disentuh maka ia akan melukis dengan jari-jarinya. Lukisannya juga timbul dan kayak tiga dimensi gitu, jadi kita bisa merasakan teksturnya dengan jelas.
Nah, fiksi ini juga terinspirasi dadakan dari kisah bapak luar biasa itu yang melukis dengan kekurangannya, tapi dia tidak mau dibilang pelukis buta, karena dia bisa menghasilkan karya layaknya orang yang indranya sempurna. Jadi, aku memanggilnya pelukis luar bisa.
Kedua:
Masalah mendengar irama saat menyentuh, itu hanya hayalanku ya. Hehe, tapi pernah gak dengar kalau ada seseorang yang bisa mendengar irama hujan? Jadi ketika hujan turuh rintik demi rinti, maka kalian akan mendengar irama setiap tetes yang tersentuh ke permukaan bumi. Hayooo, orang yang memiliki kemampuan itu ada loh, hehe dan aku juga terinspirasi dadakan dari hal ini ya. Aku lupa siapa namanya, duhh aku gampang lupa nama orang memang aslinya hikss. Tapi dia perempuan dan masih muda, mungkin usia 20 atau 30an. Hehe.
Salam sayang,
zhaErza
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top