Page 5 : Gang Misterius

"Sedikit lagi.... Sedikit lagi... Ayo, semangat! Tendang bolanya! Buatlah kami bangga!" Pak pelatih dan para penonton bersorak. Sebentar lagi David akan menyerang dan..... Goool!

"Ya, dengan ini babak kedua telah usai. Pemenangnya adalah SMP Jaya."

Hore, mereka menang! Itu karena kerjasama tim yang hebat. Juga tendangan terakhir dari David. Hasilnya 2-1. Mereka bisa masuk babak final bulan depan.

Dari jauh, kulihat David dan Clara saling menatap satu sama lain. Clara mengucapkan selamat kepada David dan menggenggam tangannya. Rasanya aku ingin mengucapkannya juga. Namun aku merasa hatiku amat sedih. Hati ini terasa sakit. Tidak tahu sebabnya. Aku memutuskan untuk pulang saja. Aku tidak tahan melihat mereka berdua.

Ketika sampai di rumah Paman, aku mengambil sepedaku.tak ada sepatah katapun yang terucap dari mulutku. Kemudian Paman Suryo bertanya.

"Tadi bagaimana pertandingannya? Apakah tim kita menang? Kok kamu murung begitu?"

Aku tidak menjawab. Hati ini masih terasa sakit. Segera aku pulang kembali.

Sebelum sampai rumah, tepatnya di perempatan jalan kecil, aku melihat sesuatu yang aneh. Jalan yang menuju arah selatan hampir tak pernah di lewati. Tetapi kenapa ada gang di situ? Padahal setahuku jalan itu sepi. Mungkin baru dibangun. Aku penasaran. Ada apa di sana?

Ternyata toko barang antik. Aku pelan-pelan masuk. Belum pernah aku ke sini. Sepertinya tadi pagi tidak ada tempat ini. Atau mungkin aku sendiri yang tidak tahu. Tempat ini terlihat berdebu, namun indah. Benda-benda di sini sangat menarik. Seperti dalam cerita dongeng. Ada pedang, kotak ajaib, lampu aladin dan sebagainya. Saat akan membuka kotak tua, datanglah seorang laki-laki tua.

"Hei, Nak, jangan dibuka! Nanti kamu berubah jadi nenek-nenek."

"Ah, masa?" Aku tidak percaya.

"Iya, benar. Semua yang ada di sini memang barang asli. Juga lampu aladin dan sapu terbang itu."

"Paman pasti bohong."

"Tidak, tidak! Lihat saja. Misalnya kaca emas berbentuk hati ini."

Lalu dia memperlihatkan benda itu padaku.

"Kita bisa melihat perasaan orang lain melalui kaca ini. Kulihat kau sedang bersedih karena laki-laki yang kau sukai direbut oleh perempuan lain. Laki-laki itu wajahnya sangat tampan."

"Lho, kok Paman bisa tahu?"

"Ya berkat benda ini. Oh, iya! Aku punya sesuatu yang cocok untukmu."

Paman pemilik toko itu mulai menggeledah isis kardus besar. Dia menemukannya. Benda yang dibawanya bagus sekali. Sedikit berdebu. Berwarna merah jambu dengan lingkaran-lingkaran kecil yang mengelilinya. Mirip tempat bedak.

"Apa ini?"

"Ini adalah cermin ajaib. Kau bisa minta apapun yang kau mau. Tinggal tekan tombol merah besar saja."

"Oh, begitu! Kukira ini bedak. Tapi tombol kecil-kecil ini apa fungsinya?"

"Entahlah. Kau cari tahu sendiri saja."

Aku ingin sekali memilikinya. Tapi mahal tidak ya? Uangku mana cukup.

"Maaf, Paman. Aku tak punya cukup uang untuk membelinya."

"Hei, Nak! Kau kira aku bercanda? Ini gratis untukmu. Simpanlah baik-baik! Kalau kau bosan, kembalikan lagi."

"Terima kasih banyak, Paman."

Paman penjual barang antik itu baik sekali. Seperti Paman Suryo. Setelah aku meninggalkan tempat itu, terjadi sesuatu. Tiba-tiba gang itu hilang. Hanya ada dinding polos. Misterius sekali. Jangan-jangan tempat ini angker! Atau..... Ah, mungkin juga aku yang salah lihat. Pulang sajalah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top