1. Ice: Barang bukti

Namanya Ice.

Karena kesibukan orang tuanya, ia tumbuh menjadi anak pendiam; tidak pernah berinteraksi dengan siapa pun, baik di dalam maupun di luar rumah. Satu-satunya orang yang sering mengajaknya bicara hanyalah asisten rumah tangga yang telah merawatnya sejak kecil.

Pengecualian orang tuanya yang jarang pulang, kehidupan Ice sangatlah damai.

Namun, semuanya berubah ketika orang tuanya tewas dibunuh. Yang terburuk adalah Ice dicurigai sebagai tersangka karena ada bukti sidik jari pada barang bukti. Ia berusaha membela diri dengan kesaksian alibi, tetapi tidak ada yang mempercayainya.

Hakim menjatuhkan hukuman tujuh tahun penjara berdasarkan pasal hukum anak di bawah umur. Beruntungnya, seseorang mengajukan pembebasan bersyarat, yang pada akhirnya Ice memasuki Pusat Rehabilitasi Remaja selama enam bulan sebagai gantinya; walaupun begitu, ini tidak mengubah stigma Ice sebagai 'pembunuh'.

Di sekolah, ia dirundung oleh teman-temannya. Di lingkungan masyarakat, ia dihina oleh orang-orang. Di rumah, ia dijauhi oleh kerabatnya.

Ice telah berusaha menjelaskan kebenarannya, namun masih tidak ada yang berada di sisinya; termasuk asisten rumah tangga yang paling ia percayai.

Hal ini membuat mental Ice yang masih remaja tertekan dan berujung pada depresi.

Kemudian, menggunakan pisau dapur, ia mengakhiri hidupnya sendiri.

. . . . .

Setelah membaca kisahnya secara ringkas, Boboiboy mengembuskan napas panjang.

Itu benar-benar tragis untuk Ice, pikirnya dengan empati.

Dan sekarang, identitasnya tak lain adalah Ice malang yang akan bunuh diri karena depresi; sangat menyedihkan.

Kenyataannya, dengan semua pengalaman yang Boboiboy alami, kisah Ice jauh lebih ringan. Boboiboy masih ingat pernah mendapat identitas seorang tahanan yang disiksa selama sembilan bulan sebelum eksekusi.

Jadi, kasusnya Ice masih tergolong 'normal'.

"Karena aku perlu mengubah nasib tragis … Berarti aku harus mengubah akhir dari kisah Ice, 'kan?"

Boboiboy menatap bola kuning yang melayang di depannya. Bola kuning menampakkan sepasang cahaya biru elektronik, yang mungkin itu adalah matanya; ada dua sudut lancip di atas kepalanya yang bundar, seharusnya sepasang telinga; ditambah dengan sosoknya yang hampir tak kasatmata membuatnya tampak seperti hantu.

Tangan Boboiboy terulur. Seperti yang diharapkan, tangannya menembus sosok bola kuning.

Benar-benar hantu.

Bola kuning ini adalah sistem transmigrasi―Ochobot―yang mengaku akan membantu Boboiboy bebas dari jeratan siklus kematian tragis tak terbatas.

Ochobot membiarkan Boboiboy bermain-main sejenak, sebelum akhirnya berkata dengan suara robot yang manusiawi, [Selama Ice tidak memiliki akhir tragis, misi di dunia pertama Anda dinyatakan lulus, Master.]

Selama tidak berakhir tragis, ya?

Mata Boboiboy berkilat memikirkannya. "Cara apa pun diizinkan?"

Entah mengapa, Ochobot dibuat merinding melihat tuannya seperti ini. [Apa yang Anda maksud dengan 'apa pun'?]

"Yah, misalnya … kabur dari rumah. Dengan begitu, Ice tidak akan berakhir bunuh diri," balas Boboiboy dengan ringan.

[ … Itu mungkin berhasil, tapi dunia ini memiliki aturannya, Master. Saya telah merumuskannya menjadi dua tugas yang harus Anda selesaikan.]

"Apa? Tugas?"

Panel hologram lain muncul, menampilkan dua baris berisi tugas-tugas yang berbeda.

[1. Singkirkan barang bukti.]
[2. Temukan pembunuh sebenarnya.]

Melihat daftar tugas, Boboiboy pun menyatakan poin utamanya, "Keduanya memiliki tujuan yang sama; mengubah nasib tragis."

[Benar. Bisa dikatakan, tugas ini membantu Anda mengubah nasib tragis dengan memberikan inti krusialnya.]

" … Kabur dari rumah masih jauh lebih baik dari dua hal ini."

Walau berkata begitu, Boboiboy memikirkan dua tugas ini beberapa kali, kemudian kembali membaca kisah tragis Ice.

Ice adalah anak yang pendiam. Kecuali hubungan dengan keluarganya yang sibuk, ia tidak pernah bergaul dengan siapa pun selain asisten rumah tangga. Kematian orang tua dan tuduhan pembunuhan membuatnya tertekan. Setelah mengalami depresi, ia menganggap hidup tidak ada artinya dan bunuh diri dengan memotong pergelangan tangannya.

Jika bukan Ice pelakunya, maka yang menjadi sumber masalah utama adalah … siapa yang membunuh orang tua Ice?

"Di waktu mana aku berada sekarang?"

[Tiga puluh menit dua puluh delapan detik sebelum asisten rumah tangga menemukan kematian orang tua Ice.]

Oh, benar-benar waktu yang tidak tepat, gerutunya dalam hati.

Boboiboy menutup panel hologram, lalu menjatuhkan diri ke kasur. "Mengapa tidak mengirimku ke waktu sebelum masalah ini terjadi?"

[Maaf, Master. Ada kesalahan dalam penentuan titik koordinat sehingga kita datang di waktu yang salah.]

Mata biru eletronik itu tampak menjadi sendu, seolah-olah ia merasa bersalah karena melakukan hal yang buruk.

Melihat Ochobot seperti ini, kekesalan Boboiboy menghilang sepenuhnya. Ia merasa telah menindas anak kecil yang telah mengakui kesalahannya; perasaan ini membuat Boboiboy malu sejenak dan segera berdeham untuk mengalihkan topik.

"Tidak masalah, aku bisa atasi itu. Ngomong-ngomong, aku belum bertanya alasanmu memilihku sebagai … Master-mu?"

Di berbagai dunia yang telah berlalu, Boboiboy bertemu beberapa orang yang juga terjebak siklus kematian tak terbatas. Mereka saling berbagi pengalaman demi melampiaskan kelelahan jiwa―karena mengalami banyak kematian, tapi tidak ada dari mereka yang bercerita tentang sistem transmigrasi yang membantu orang melarikan diri dari lingkaran setan ini.

Oleh karena itu, bukan tanpa alasan Boboiboy mencurigai asal-usul bola kuning ini.

Telinga Ochobot sedikit bergetar, namun dengan cepat kembali normal. [Maaf, Master. Status Anda yang sekarang tidak memungkinkan saya untuk menjawabnya.]

Alis Boboiboy terangkat sebagai balasannya. "Jadi, 'status' macam apa agar pertanyaan ini terjawab?"

[Anda berada di Tahap Pertama sekarang. Selama Anda menyelesaikan tugas dengan baik di―minimal―tiga dunia, status Anda akan meningkat ke Tahap Kedua.]

" … Aku mengerti."

Boboiboy tidak lagi bertanya.

Ia bangkit dari kasur dan beranjak menuju kamar mandi. Sembari pancuran air membasahi tubuh, otaknya tak berhenti memikirkan situasi yang harus ia hadapi saat ini.

Pada bagian kisah yang terpisah; mayat sang ayah ditemukan oleh asisten rumah tangga di ruang kerja, sementara mayat sang ibu ditemukan di halaman belakang oleh tukang kebun.

Menurut hasil penyelidikan forensik, ditemukan kandungan anestesi sejenis gamma-hydroxybutyrate (GHB)¹ pada sisa minuman beralkohol di ruang kerja; hal yang sama ditemukan pada tubuh kedua korban. Tetapi, walau keduanya diduga meminum alkohol yang bercampur obat sebelum dibunuh, masing-masing mayat memiliki jenis luka yang berbeda.

Pada mayat sang ayah, terdapat luka pemotongan pada leher yang langsung memotong urat nadinya. Sementara sang ibu lebih mengerikan; selain jejak pemerkosaan, ia memiliki sebelas tusukan di dada dan beberapa bekas luka lama di tubuhnya.

Dinilai dari luka yang ditinggalkan oleh pembunuh, polisi mencurigai senjata pembunuhnya berupa pisau dapur. Nahasnya, pisau dapur juga merenggut nyawa seorang remaja tak bersalah.

Seakan-akan pelaku memiliki dendam terhadap keluarga ini. Boboiboy berpikir dengan perasaan aneh, karena tampaknya ia melewatkan sesuatu yang penting.

Apa yang ia lupakan? Oh, benar. Obat GHB itu ditemukan di lemari baju Ice. Sementara itu, pisau dapur memiliki sidik jari Ice.

Inilah yang menyebabkan polisi menduga Ice sebagai tersangkanya.

… Tidak, bukan itu. Boboiboy mencoba mengingat kembali, namun tidak ada apa pun yang terlintas di benaknya.

"Lupakan. Nanti juga akan ingat."

Boboiboy memakai handuk dan berjalan keluar kamar mandi. Targetnya tentu saja lemari di sudut ruangan.

Setelah meraba-raba celah lipatan baju, akhirnya ia menemukan apa yang dicari; sebuah klip plastik berisi obat anestesi yang membuat kehidupan Ice berubah sangat buruk.

[Apakah Anda akan membuangnya, Master?] Tiba-tiba, suara Ochobot yang bertanya terdengar, membuat Boboiboy yang terkejut hampir menjatuhkan benda di tangannya.

"Buang? Tentu tidak … ."

Dengan bingung, Ochobot mengikuti Boboiboy yang kembali ke kamar mandi dan membuka penutup kloset duduk. Tangan yang memegang klip plastik meremas obat di dalamnya, seketika menghancurkannya menjadi bubuk. Kemudian, ia menuang semua obat di dalam plastik. Dengan tombol flush ditekan, lenyaplah barang bukti penting ini.

"Karena aku akan melenyapkannya."

Memang jauh lebih efektif membuangnya ke kloset daripada tempat sampah, mengingat sifat obat yang mudah larut dalam air. Selama polisi tidak membongkar pipa pembuangan dan  menyelidiki septic tank² (walau terasa tidak mungkin mereka melakukannya), Boboiboy akan aman.

Untuk klip plastiknya, cukup cuci di wastafel dan gunakan sebagai tempat menyimpan penjepit kertas yang berserakan di atas meja belajar.

"Selesai!"

Jika Ochobot mempunyai tangan, ia pasti akan bertepuk tangan sekarang.

[Master! Anda yang terbaik!]

Boboiboy mengusap hidungnya, menutupi rasa malu karena dipuji. "Bukan apa-apa. Sekarang, yang tersisa hanyalah pisau dapur."

[Menurut kisahnya, Ice meninggalkan sidik jari di pisau dapur ketika hendak menyiapkan sarapan.] Sekali lagi, tampak kedua telinga Ochobot bergetar; melihat ini membuat Boboiboy curiga kalau dua sudut lancip itu bukan sekadar telinga, melainkan sepasang antena.

"Dengan kata lain, sebelum Ice memegang pisau dapur pagi ini, benda tersebut masih memiliki sidik jari pembunuh, tapi telah tertutupi oleh sidik jari Ice … " Alis Boboiboy berkerut memikirkannya, " … atau justru pisau sama sekali tidak memiliki jejak sidik jari pembunuh?"

Kemungkinan terakhir akan terjadi jika pembunuh memakai sarung tangan ketika menggunakan pisau dapur.

Alasan Ice menyiapkan sarapan walau mempunyai asisten rumah tangga karena ia lebih suka membuat makanan sendiri daripada dibuatkan oleh orang lain, bahkan ia selalu membawa bekal ke sekolah alih-alih makan di kantin seperti siswa lainnya. Setiap kali asisten rumah tangga menyiapkan makanan, pasti Ice akan memasak khusus untuk dirinya sendiri.

"Tapi, bukankah seharusnya ART³ bangun lebih awal? Dia pasti memegang pisau dapur lebih dulu sebelum Ice melakukannya." Boboiboy mengajukan keraguan dalam hal ini.

[Master, tolong perhatikan lebih teliti lagi. Ice selalu bangun tiga puluh menit lebih awal dari siapa pun di rumah ini.]

" … " Oh, benar juga.

Bagaimanapun, Boboiboy terlalu malas membaca semuanya, sehingga ia hanya meringkas intinya saja.

Sesuai fakta; Ice yang bangun lebih awal, menyentuh pisau dapur, dan bersikap tidak terjadi apa pun― Tidak, lebih tepatnya ia memang tidak tahu apa pun.

Di sisi lain, setelah asisten rumah tangga bangun di pagi hari, ia akan menyiapkan kopi untuk kepala keluarga dan membawanya ke ruang kerja … Di sanalah sang ayah ditemukan tewas bersimbah darah.

Kemudian, tukang kebun akan memulai pekerjaannya … Dan mayat sang ibu yang sudah terbujur kaku ditemukan di antara bunga-bunga.

Sementara itu, dengan obat di lemari serta sidik jari pada pisau, ditambah dengan sikap tenangnya saat sarapan … Ice yang menjadi tersangka pembunuhnya.

Sungguh ironis.

Namun, jika dilihat dari sudut pandang lain, semua ini tampaknya sudah direncanakan; seolah-olah pembunuh itu sengaja menjebak Ice sebagai tersangka.

"Pada dasarnya, selama aku tidak pergi ke dapur dan menyentuh pisau, label tersangka tidak akan menunjuk padaku."

[Tepat sekali, Master.]

Maka, sudah selesai tugas pertama; singkirkan barang bukti.

Selanjutnya adalah tugas kedua; menemukan pembunuh sebenarnya.

"Ochobot … 'kan?" panggil Boboiboy ragu. Ini kali pertama ia memanggil nama bola kuning itu. Melihat atensi robot itu teralihkan padanya, Boboiboy pun mengangkat kedua jarinya seraya menjelaskan, "Tugas kedua bisa diselesaikan dengan dua cara. Pertama, aku akan membiarkan polisi yang menemukan pembunuh itu tanpa harus melibatkan diriku. Tetapi, karena barang bukti sudah disingkirkan, polisi harus menyelidik kasus ini lebih lama daripada menemukan Ice sebagai tersangka.

"Kedua, aku terjun langsung ke TKP, mengautopsi kedua mayat secara langsung, dan menemukan pembunuhnya sendiri. Cara ini lebih cepat dari cara pertama, tapi risikonya adalah aku berada dalam pengawasan polisi.

"Menurutmu, mana cara yang lebih baik aku gunakan?"

Namun, tampaknya fokus Ochobot berada di tempat lain. [Master, apakah Anda bisa mengautopsi mayat?]

"Ah? Sebelumnya, aku pernah menjadi dokter forensik; aku juga pernah menjadi polisi. Jadi, aku punya banyak pengalaman dan tahu seperti apa rutinitas dua profesi ini."

Tentu saja, kebanyakan dari pengalaman itu memiliki ingatan yang tidak menyenangkan, lanjut Boboiboy dalam hati.

[Maka saya sarankan cara pertama.]

Jawaban Ochobot membuat Boboiboy ingin mengorek lubang telinganya sendiri, merasa ia pasti salah dengar. "Cara pertama? Mengapa?"

[Karena cara itu terdengar lebih mudah.] Dengan polosnya bola kuning itu menjawab.

Boboiboy menghela napas pasrah karenanya. "Memangnya berapa umurmu?"

Bingung mengapa Boboiboy tiba-tiba menanyakan usianya, Ochobot menanggapi dengan gugup, [Eh? Saya rasa … sudah sekitar tiga ratus tahun?]

" … " Baik, anggap aku tidak bertanya.

[Apa ada masalah, Master?] tanya Ochobot cemas, merasa ada yang tidak beres dengan pertanyaan Boboiboy tadi.

"Cara pertama memang mudah, tapi sayang sekali … aku bukan tipe orang sabar yang mau menunggu lama tanpa kepastian."

[ … ] Mengapa mendadak Master jadi melankolis? batin Ochobot kacau.

"Jadi, aku memilih cara kedua."

Tepat setelah Boboiboy menentukan pilihannya, terdengar jeritan nyaring seorang wanita dari lantai bawah.

"KYAAAAAAAA!!!"

Mendengar ini, seringai terlukis di bibir Boboiboy.

"Waktu yang tepat sekali!"

Boboiboy segera berganti pakaian dan hendak keluar kamar, namun Ochobot tiba-tiba menghentikannya.

[Ding! Pengingat ramah. Master dilarang melakukan tindakan OOC.]

"Hah? Apa artinya?"

[Dengan kata lain, Master harus bertindak seperti Ice yang sebenarnya.]

" … Hah?!"

•••
Catatan:
|1| Gamma-hydroxybutyrate (GHB) adalah depresan sistem saraf pusat (sejenis anestesi/obat bius) yang biasa dikenal sebagai "obat kelab" atau "obat pemerkosaan". Jika kalian tahu kasus Reynhard Sinaga yang terjadi di Inggris, maka dia menggunakan obat sejenis ini untuk 'melakukannya'. Lengkapnya bisa kalian search sendiri.

|2| Septic tank adalah suatu kolam/bak bersekat-sekat sehingga terbagi-bagi dalam beberapa ruang, biasanya terdapat di bawah tanah yang berfungsi menampung dan mengolah air limbah rumah tangga.

|3| ART singkatan dari Asisten Rumah Tangga.

|4| TKP singkatan dari Tempat Kejadian Perkara.

|5| OOC singkatan dari Out Of Character; secara harfiah berarti "Di Luar Karakter", yang berarti tindakan seorang karakter yang tidak seperti aslinya.

Arbi's Note:
Akan aku usahakan update seminggu sekali.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top