05. Decision

[Halley]


Administrator Halley mencintai laut yang membuat pikirannya tenang.

Memandang ombak biru bergulung-gulung tak mengenal kata putus, saling berkejaran, menyatu membentuk kekuatan dahsyat bergemuruh, lalu pecah terurai. Kemudian bergerak lagi, berulang terus tanpa henti. Mendengarkan suara geraman ombak, deburannya ketika menghantam karang dan desirnya mengoyak pasir pantai, diselingi sayup-sayup kicauan kawanan camar yang terbang dilatari langit biru pudar.

Maka di sinilah ia, di kantor administrator yang sudah ia tempati selama lima belas tahun, tiga bulan, dan dua puluh sol lamanya, memerintahkan Anadyomene mengaktifkan program Immersive Reality yang biasa ia akses ketika sedang ingin menenangkan diri.

Program yang dikendalikan penuh Anadyomene tersebut memanipulasi sinyal elektromagnetik otak yang memengaruhi kelima indera Halley, menipu pikirannya. Lantai metalik berubah menjadi tepi pantai. Dinding ruangan menjadi hamparan laut dan langit tak bertepi. Alih-alih hening seperti biasa, kini kantornya dipenuhi suara-suara alam; siulan camar, deburan ombak, dan bisikan angin.

Immersive Reality membuat Halley seperti sedang duduk di sebuah tepi pantai yang terletak di Bali, Bumi. Jauh sebelum perang nuklir meluluh-lantakkan pulau itu dan segenap kawasan Asia Tenggara. Pantai adalah vista sempurna untuk menenangkan emosinya yang sering kali bergejolak tak terkontrol -seperti laut- walau usianya hampir tujuh puluh, tak ada bedanya ketika ia masih muda dulu: reaktif dan kelewat emosional.

Orang-orang lain mungkin menganggap naik-turun emosinya sebagai kelemahan, kelabilan mental yang lebih cocok dialami orang jauh di bawah usianya. Satu-dua administrator lain bahkan pernah mengatakan itu langsung di hadapannya dalam satu forum resmi: bahwa mereka tak menganggap kualitas emosional itu pantas ada dalam diri seorang administrator tua yang mengatur kehidupan sebelas ribu penduduk Anadyomene.

Persetan pendapatmu! Aku tak peduli dan tak pernah peduli! Itu jawaban Halley pada Pavo, Administrator Hukum yang masih menjadi rivalnya dari jaman sekolah dulu hingga sekarang, puluhan tahun kemudian. Mereka berdua tak pernah bertegur-sapa-berbincang akrab kecuali sejauh yang diwajibkan oleh protokol pada acara-acara resmi. Halley tak pernah ambil pusing. 

Seorang Administrator Halley hanya peduli mengenai keamanan dan pertahanan Anadyomene. Tugas utamanya. Prioritas nomor satunya. 

Tapi Halley merasa sudah gagal melakukan itu dengan membiarkan seorang laki-laki asing melukai penduduk Anadyomene tepat di bawah hidungnya. 

Halley menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan sementara benaknya mengulang-ngulang ingatan kejadian beberapa jam lalu: kecelakaan roket, laki-laki yang terluka parah, serangan terhadap Dr. Lyra, dan interogasi yang ia lakukan sendiri pada "tamu" terbaru Anadyomene.

Tidak. Halley bukan menginterogasi, ia mengamuk.

Seperti biasa, ketika ia kelewat emosional maka sumpah-serapah akan meluncur kencang dari pikirannya, diikuti oleh bermacam-macam ancaman kreatif yang ia ciptakan selama puluhan tahun, lalu diakhiri satu-dua kali gebrakan meja. 

Halley sudah lama tidak berbicara. Maka ketika ia terpaksa harus melakukannya karena laki-laki itu, Cyan namanya, tak punya kapabilitas telepatis, Halley tak hanya bersuara. Ia berteriak kencang. Beraninya kau! Melukai penduduk Anadyomene yang menjadi tanggung jawabku! Atau semacamnya. Ia tak ingat persis. Memori seseorang jadi lebih kabur ketika dalam keadaan emosional.

Halley sangat bersyukur Pavo tidak melihat momen ketika ia lepas kontrol. Rivalnya itu pasti akan melengkungkan senyum memuakkan pada Halley sembari mengirimkan pesan angkuh. Sangat profesional, Halley, Betul-betul mencerminkan sikap seorang administrator yang bijak dan berpengalaman. Kerja bagus. Atau semacamnya.

Sial.

Tetapi gelembung amarah yang ia rasakan di dada bak meletus tiba-tiba ketika subyek interogasinya menjawab pertanyaan Halley juga. 

Awalnya ragu-ragu, penuh rasa takut dan cemas yang tak bisa disembunyikan laki-laki itu dari mimik wajah, intonasi suara, dan tubuhnya yang bergetar terus-menerus. Lalu Halley mendengar satu kalimat kontan membuat otaknya beku: a-aku tak bisa menjawab semua pertanyaanmu karena aku tak ingat apapun kecuali namaku, Cyan.

Saat itulah murkanya berubah wujud menjadi frustrasi.

Oke. Kau punya insting kuat bahwa ada hal buruk yang direncanakan Mars Ultor pada Venus Anadyomene. Satu-satunya sumber informasimu adalah seorang laki-laki. Lebih buruk lagi, laki-laki itu menderita amnesia. Apa yang akan kaulakukan, Halley? Berteriak lebih kencang?

Detik itu juga Halley sadar ia butuh time-out sejenak. Melemaskan otot-ototnya yang tegang. Meredakan perih di tenggorokan karena terlalu keras berteriak. Menenangkan otaknya yang kelewat keruh untuk digunakan berpikir. Program Immersive Reality adalah solusinya.

Halley mendongakkan wajah ke langit cerah. Beberapa pasang camar melayang beriringan. Awan putih berarak malas. Desir angin sayu-sayup menggelitik telinganya. Ilusi audio-visual-olfaktori yang sempurna. Ia menarik napas dalam-dalam. Aroma pantai yang terik nan asin menyelusup masuk paru-paru Halley, memenuhi tubuhnya dengan energi. Halley bersyukur Anadyomene memiliki opsi pantai di database Immersive Reality dengan kualitas tinggi. Segala hal yang  terlihat, terdengar, dan terasa di pantai ini betul-betul luar biasa. Emosinya lebih tenang, amarahnya mereda, pikirannya jernih seperti sedia kala.

Saatnya menjalankan rencananya.

Anadyomene, kontak seluruh administrator untuk rapat darurat sekarang juga. Ada hal penting yang harus kusampaikan pada mereka terkait roket misterius yang jatuh dan laki-laki yang selamat itu. 

Dilaksanakan.

Tak butuh waktu lama. Sosok-sosok biru pudar hasil proyeksi holografik muncul di hadapan Halley. Seluruhnya mengenakan setelan kulit sintetis ketat bermacam-macam warna dan model dengan hanya satu kesamaan saja: huruf A besar berwarna emas yang tebordir di dada kiri mereka. Simbol pengabdian dan tanggung jawab sebagai administrator. 

Ah, akhirnya kau memanggil kami juga. Aku sebenarnya sudah lama menunggu rapat ini dilaksanakan. Tentu saja aku tak bisa berharap lebih terhadap efisiensi pekerjaanmu, Halley. Administrator Pavo menyilangkan kedua tangannya di dada. Sudut bibirnya membentuk senyuman merendahkan. Seperti biasa.

Hanya kita berdelapan saja? Di mana Administrator Vega, Carina dan Octans? Administrator Vela yang membawahi Sektor Kesehatan mengedarkan pandang ke sekeliling. Jadi mereka absen karena menganggap urusan ini tak berkaitan langsung dengan sektor masing-masing? Ia mendengus tak setuju.

Tidak masalah, memang tidak berkaitan langsung dengan sektor mereka. Namun, ini tetap merupakan hal penting untuk dibahas. Karena itulah aku berinisiatif memanggil kalian semua. Halley menanggapi Vela. Ia sengaja tak menghiraukan komentar Pavo.

Baiklah kalau begitu. Silakan dimulai, Administrator Halley. Berikan kami informasi sejelas dan sedetail mungkinAdministrator Faye mengangguk serius pada Halley. Sebagai Administrator Pendidikan, tentu ia mengenal betul pentingnya komunikasi dan pertukaran informasi sebagai dasar pengambilan kebijakan apapun.

Baiklah. Pertama, mengenai insiden penyerangan terhadap Dr. Lyra yang dilakukan oleh laki-laki korban kecelakaan roket yang terjadi beberapa jam lalu. Kami hanya bisa memastikan nama pelaku saja, yaitu Cyan. Menurut tiga prajuritku yang sempat kontak langsung dengan laki-laki ini pada saat kejadian, penyerangan itu terjadi murni hanya karena kesalahpahaman saja. Tapi-

Administrator Pavo memotong Halley. Tunggu. Sebentar. Kenapa untuk informasi pribadi kau hanya bisa memastikan namanya saja? Apa kau belum menginterogasinya? Kenapa belum?

Halley menggertakkan gigi. Aku belum selesai menjelaskan. Tentu saja aku sudah menginterogasinya. Berkali-kali. Aku sendiri yang melakukan itu. Hanya namanya saja yang dapat dikonfirmasi karena hanya itu yang bisa ia ingat.

Hening  sejenak.

Amnesia? Apa kau yakin ia berkata jujur? Jangan-jangan ia sengaja menyembunyikan identitasnya. Gatria, Administrator Energi dan Pertambangan bertanya skeptis.

Administrator Vela yang juga merupakan seorang dokter menjawab pertanyaan itu sebelum Halley sempat merespons. Amnesia yang laki-laki ini derita sudah kupastikan sendiri. Dissociative Amnesia. Ia melupakan ingatan pribadinya, tetapi masih mampu membentuk ingatan baru. Apa yang ia katakan sinkron dengan hasil tes MRI, EEG, PET, dan CT scan-nya.

Benturan kepala, pendarahan otak, juga kekurangan oksigen bisa dipastikan merupakan penyebab utama amnesia yang ia derita. Tetapi, faktor psikologis seperti shock pada saat terjadinya kecelakaan roket juga berpengaruh besar.

Separah apa amnesia yang ia deritaAdministrator Faye bertanya pada Vela.

Sangat parah. Ia sama sekali tidak mampu mengingat kenangan masa lalu yang sifatnya pribadi. Ia tak tahu kapan dirinya lahir, di mana, siapa orang tuanya, siapa yang membesarkannya. Hal-hal semacam itu. Tidak ada satu detail pribadi yang ia ingat, kecuali namanya, Cyan. Kami menyebut jenis memori itu sebagai memori episodik, memori personal. Amnesia yang ia derita hanya memengaruhi memori episodiknya saja. Memori prosedural dan semantiknya tetap normal.

Cayrel, Administrator Sains dan Teknologi mengangguk lambat sembari mengusap dagu. Aku paham. Memori proseduralnya baik-baik saja berarti ia masih mampu mengingat semua kegiatan rutin seperti bicara, membaca, berhitung dan lainnya?

Halley dan Vela mengangguk bersamaan.

Dan memori semantiknya tak terpengaruh? Artinya ia tetap bisa mengingat akumulasi pengetahuan umum dan fakta-fakta yang selama ini ia peroleh?

Benar. Ia bisa saja menyebutkan seluruh benda-benda langit di sistem tata surya kita, atau menjelaskan seluruh tabel periodik unsur, tapi tak bisa menjawab jika ditanya apa warna favoritnya. Vela mengonfirmasi pertanyaan Cayrel.

Mengerikan sekali pasti. Berada di tempat yang sama sekali asing baginya, tanpa bisa mengingat apapun, tanpa teman seorang pun, di usia yang masih sangat muda pula.
Faye berkomentar. Ia memang administrator yang paling sensitif, mungkin karena sudah sangat berpengalaman berada di tengah anak-anak selama puluhan tahun, berinteraksi dan mengawasi pendidikan mereka sebagai administrator yang mengepalai seluruh jenjang pendidikan penduduk Anadyomene dari kecil hingga dewasa.       

Administrator Pavo melempar kedua tangannya di udara sembari menggeleng keras. Bah. Kita tak perlu peduli perasaan laki-laki itu. Tidak penting. Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana menyembuhkan amnesianya? Apa bisa dilakukan? Butuh berapa lama? Kita butuh informasi darinya! Kita harus tahu ada hubungan apa antara roket Bumi itu dengan Mars Ultor!

Halley diam-diam setuju dengan apa yang diungkapkan Pavo. Tidak baik berempati dengan laki-laki yang bisa saja menjadi ancaman bagi Anadyomene. Prioritas utama adalah pengumpulan informasi penting mengenai koloni Ultor yang barbar itu. Tetapi ia lebih baik melempar diri ke kawah Maxwell Montes ketimbang mengakui ia setuju pendapat Pavo. Maka ia hanya mengangguk pada Vela, mempersilakan Administrator Kesehatan tersebut untuk menjawab.

Amnesia yang ia alami bisa disembuhkan. Ada berbagai terapi dan medikasi yang dapat diusahakan untuk merestorasi ingatannya. Hipnosis, terapi kognitif, neurofeedback...dan berbagai kombinasi lain. Aku percaya kita mampu menyembuhkannya. Tapi untuk estimasi waktu, aku tidak berani memastikan. Mungkin butuh waktu seminggu-dua minggu. Atau berbulan-bulan. Bahkan bisa bertahun-tahun.

Masalahnya, otak merupakan organ tubuh terkompleks yang dimiliki manusia. Kerumitan ini menyebabkan penyakit yang berkaitan dengan otak manusia memerlukan penanganan ekstra hati-hati, bahkan pada level teknologi dan pengetahuan Anadyomene sekarang.

Hening lagi. 

Kedelapan administrator Anadyomene sedang berpikir keras. Tidak ada yang memungkiri bahwa kasus yang sedang mereka hadapi ini termasuk pelik. Selama dua ratus tahun, penduduk Anadyomene tidak pernah bergantung dengan orang luar, apalagi laki-laki. Teknologi tinggi memungkinkan mereka untuk memutuskan kontak dengan koloni lain. Mereka hidup relatif harmonis dan damai. Tak ada kemiskinan yang terjadi, tak ada kejahatan di sudut kota manapun, dan tak ada penyakit yang tak bisa mereka sembuhkan.

Namun sekarang, kedatangan laki-laki ini mewujudkan mimpi terburuk penduduk Anadyomene: dependensi terhadap orang luar, terhadap laki-laki.

Kita tidak boleh mengandalkan seorang laki-laki untuk mendapatkan informasi. Nenek-nenek buyut kita akan menelan kita semua bulat-bulat kalau mereka sampai tahu tentang ini. Apa yang bisa kita lakukan?

Lagi-lagi Halley setuju dengan apa yang dikatakan Pavo. Pertanyaan tersebut adalah pembuka yang sempurna untuk menjalankan rencananya. Ia menahan napas.

Sebagai Administrator Keamanan dan Pertahanan, aku memiliki usulan tindakan. Kebijakan isolasi Anadyomene harus ditangguhkan sementara. Kita tidak boleh hanya duduk berpangku tangan menunggu informasi datang. Harus proaktif. Saatnya mengirimkan tim untuk melakukan tugas intelijen ke koloni-koloni lain. Pengumpulan informasi. Investigasi. Deteksi ancaman. Aku sudah memilih prajurit terbaikku untuk-

Untuk kedua kalinya Pavo memotong Halley.

Apa kau berpikir hukum di Anadyomene adalah karet, Halley? Yang bisa kau tarik-ulur seenaknya jika itu tidak sesuai dengan apa yang kau percayai? Ini gagasan konyol. Aku tahu kita perlu informasi. Mars Ultor adalah ancaman, jelas. Belasan tahun memprovokasi kita dengan bermacam-macam drone dan probe yang mereka luncurkan dekat sekali dengan eksosfer Venus, entah untuk tujuan apa. Tapi bukan berarti harus direspons dengan ekstrem begini. Mengirimkan mata-mata ke koloni lain! Apa kau sudah gila?

Darah Halley mulai menggelegak. Memotong pikiran orang lain adalah satu hal yang sangat tidak sopan, tidak etis dilakukan, apalagi pada forum resmi. Dan Pavo melakukan itu dengan melempar hinaan pula! Halley mengepalkan kedua tinjunya erat-erat, bersiap balas mencecar Pavo. Tetapi Administrator Faye memutuskan menjawab Pavo dengan caranya yang khas.

Jika kau paham musuhmu dan dirimu sendiri, kau tak perlu takut hasil seratus pertempuran. Jika kau paham dirimu sendiri tapi tidak paham musuhmu, setiap kemenangkan yang kauraih akan diikuti oleh kekalahan. Jika kau tidak paham dirimu sendiri dan musuhmu, kau akan kalah dalam setiap pertempuran.

Pavo mendengus. Apa yang kau ocehkan, Faye? Filsuf  ketinggalan jaman lagi? Siapa kali ini? Aristoteles? Machiavelli? Isaiah Berlin? 
                      
Sun Tzu, dari bukunya The Art of War. Faye tersenyum simpul pada Pavo, sama sekali tidak merasa tersinggung.

Hentikan. Kita di sini untuk rapat, bukan saling ejek. Ayo kita fokus pada masalah yang terjadi sekarangAdministrator Cayrel berusaha membuat diskusi menjadi lurus kembali.

Administrator Vela mengetuk-ngetuk telunjuk pada bibir bawahnya. Ia mengangguk pada Halley. Aku setuju dengan Halley. Menurutku memang lebih bijak jika peraturan isolasi Anadyomene dilonggarkan sedikit. Toh ini demi kepentingan bersama juga. Kita betul-betul butuh informasi. Satu-satunya sumber yang kita miliki hilang ingatan, maka kita harus mencari sumber lain. Di koloni-koloni lain.

Pavo berang. Ia memutar tubuh menghadap langsung pada Vela. Yang benar saja! Kita sudah melonggarkan aturan dengan membawa laki-laki itu masuk ke Anadyomene! Menyelamatkannya pula! Apakah kita akan terus melonggarkan peraturan? Ini meremehkan hukum dan tradisi Anadyomene yang sudah berlaku selama dua ratus tahun!

Administrator Cayrel mengernyitkan kening pada Pavo. Tenanglah. Bukan berarti kita meremehkan hukum, bukan berarti pula meremehkan dirimu sebagai Administrator Hukum. Kita tak memiliki opsi alternatif lain. Lagipula, bukankah tadi kau sendiri yang bilang kalau kita harus mengusahakan cara lain mendapatkan informasi secara mandiri?

Gatria yang sedari tadi menatap intens Halley kini menggelengkan kepala dengan kening berkerut.

Risikonya sangat besar mengirim prajurit ke luar. Kita hanya tahu sedikit sekali mengenai koloni-koloni lain. Kita tidak punya kontak. Tidak punya jaringan. Kita tak punya aset apapun di luar sana. Belum lagi kita tidak pernah mengadakan operasi intelijen semacam ini sebelumnya, kan? Apa kau yakin prajurit yang kau pilih bisa menjalankan ini?

Dari informasi yang kita akumulasikan tentang dunia luar selama ini, tata surya dipenuhi berbagai macam bahaya. Cyborg canggih. Perompak luar angkasa. Berbagai kelompok teroris. Organisasi kriminal bengis. Hewan-hewan supercerdas dan superbuas hasil teknologi uplift. Dan tentu saja, orang-orang Mars Ultor yang barbar itu. Yang menetapkan sistem kasta dan memperbudak perempuan...Hanya ada anarki di luar Anadyomene, Halley.  

Halley memejamkan mata sejenak. Dadanya bergemuruh. Tentu saja ia tahu riskan sekali mengirimkan anak buahnya ke luar Anadyomene. Tentu saja ia tahu seberapa berbahayanya pergi ke tempat asing tanpa informasi memadai, tanpa ada kontak yang dapat diandalkan. Tentu saja ia tahu bahwa peluang prajuritnya gagal mengemban tugas persentasenya besar sekali. Tentu saja ia tahu anak buahnya bisa mati. Gatria tak menguliahinya tentang bahaya yang bisa terjadi, ia sudah tahu semua itu. Tapi Halley tak punya pilihan. Anadyomene tak punya pilihan. Ia membuka mata.

Kami, prajurit Bidang Pertahanan dan Keamanan, bersumpah menempatkan keselamatan Anadyomene dan seluruh penduduknya di atas keselamatan diri sendiri. Tanpa kecuali. Tanpa kompromi. Halley menyebutkan Sumpah Pertama yang dihafal seluruh prajurit Sektor Tujuh di luar kepala.

Bah! Terserah kau saja. Tapi camkan kata-kataku ini: kau akan membunuh prajurit malang itu, siapapun dia. Administrator Pavo menggertak.                        

Halley menggeleng keras. Kematian adalah risiko setiap orang yang menyebut diri mereka prajurit, Pavo. Sekarang, siapa yang setuju dengan usulanku ini? Tentu saja akan tetap diadakan voting pada sebelas ribu penduduk Anadyomene, seperti biasa. Tetapi kita sama-sama tahu bahwa penduduk akan cenderung memilih opsi yang sama dengan yang diambil oleh kita, para administrator.

Benar, Halley. Penduduk Anadyomene memercayai kita. Sekonyol apapun, segila apapun pilihan yang kita buat.

Halley tak mengacuhkan Pavo. Ia menatap kelima Administrator lain bergantian. Cayrel, Faye, Vela, kalian setuju? Mereka mengangguk. Ursa, Crux? Bagaimana dengan kalian? Kedua administrator yang memang terkenal pendiam itu pun mengangguk. Halley seketika merasa lega. Ia tak mampu menyembunyikan senyum karena mayoritas administrator menyetujui rencananya.

Ia menoleh pada Pavo dan Gatria. Kurasa tak perlu kuperjelas kalau kalian berdua tak setuju Anadyomene mengirimkan prajurit untuk investigasi ke luar koloni?

Aku tidak setuju. Terlalu riskan. Kita masih bisa mengusahakan menyembuhkan laki-laki itu untuk mendapatkan informasi. Tak perlu melanggar peraturan lebih jauh lagi. Tak perlu membahayakan nyawa orang lain, walaupun ia seorang prajurit. Gatria kembali menekankan pendapatnya. Pavo yang berada persis di sampingnya mengangguk setuju.

Bagaimana dengan laki-laki itu? Apa yang akan kita lakukan padanya? Apa rencana kita?

Benak Halley melayang ke seorang laki-laki bernama Cyan. Halley ingat tatapan matanya saat interogasi. Penuh amarah, rasa takut dan beragam emosi lain yang tak mampu ia namai. Setitik benih iba tumbuh di dada Halley, namun cepat-cepat ia halau perasaan berbahaya itu. Anadyomene adalah prioritas utamanya.

Dia akan tetap berada di Anadyomene sampai ingatannya pulih. Akan kita awasi dengan ketat. Ia memang sumber informasi kita, tetapi juga sekaligus ancaman potensial. Tak ada ruang untuk lengah seperti sebelumnya. Mulai detik ini, ia adalah tawanan Anadyomene. 

(Bersambung)

Vote/Komen/Kritik/Saran ditunggu ya!

A.B: Mohon maaf sebesar-besarnya karena telat banget ngupdate! *dilemparsendal* Soalnya, akhir-akhir ini banyak banget kesibukan yang menyita waktu..Mohon pengertiannya ya. Moga-moga aja masih ada yang tertarik baca, amiin. Anyway, ini chapter yang mayan ngebosenin emang >.< tapi penting banget (buat saya sih penting hehe). Jadi intinya (sub)plotnya bakal pecah ke dua arah: Cyan yang jadi tahanan di Anadyomene, sama tim investigasi yang dibentuk sama Halley ke luar koloni buat memecahkan segala misteri ini...Ada yang bisa nebak siapa yang ditugasin? ( Sekian dulu dari saya, salam!           

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top