Day 8 : Secret Room
Sebuah pintu yang selalu ingin Dazai pilih terletak di bagian belakang, bewarna merah, dan bundar. Selalu tertutup rapat, disembunyikan dua kubah bewarna krim pucat.
Ketika dimasuki, suara genderang dari pekik nikmat akan terdengar. "Dazai," menyebut namanya dengan lenguh lembut.
"Sempit."
Ruang di dalam yang Dazai jelajahi tidak pernah mengalah dan selalu penuh akan misteri menantang serta candu. Dazai tidak butuh obat-obatan untuk melayang, hanya dengan memasuki ruang itu sudah cukup membuatnya terbang.
Dazai mengeluarkan miliknya, memanggil kejut dari sang pemilik pintu yang tidak terima tamunya pulang tanpa cendera mata.
"Aku suka bagian ini, Chuuya." Penuh paksaan Dazai membuat si mungil telungkup kemudian menaikkan pinggul agar rongga merah di dalam pintu surga itu tampak.
Dazai berusaha menepihkan kubah itu untuk sampai pada si pintu. Jarinya tidak sabar mengikuti guratan kemerahan di sekeliling lubang, lalu perlahan masuk ke dalam.
"Ahn.. Dazai."
Seluruh reaksi dari kedut dapat Dazai lihat mengapit jari tengah yang kemudian ia temani dengan telunjuk.
Chuuya melenguh lagi. Tangannya meremas bantal dan membiarkan seluruh harta dari ruang rahasianya dirampok oleh jari Dazai. "Hn.. Ah—"
Dazai tidak menahan senyum. Ia membiarkannya lepas ketika pintu itu dibuka lebar oleh kedua jari hebatnya. Menampakkan terowongan bewarna merah muda segar yang penuh gelombang, kecil dan sempit namun sangat menggugah.
"Hnn.." Chuuya terhenyuh. Dazai dengan sembarang dan bernafsu menghembuskan udara dingin ke dalam liangnya. Memancing getaran otot-otot sensitif seakan kubus-kubus es meleleh di sana. "Ah Dazai..."
Entah bosan entah tertantang, Dazai meraba keliling cincin celah itu dengan lidah. Membiarkan basah saliva jatuh keluar atau masuk ke dalam.
Chuuya mengerang. Tidak pernah bosan akan perlakuan memalukan Dazai pada tubuhnya yang sama sekali tidak menggoda. Kurus dan kecil. Tapi Dazai selalu mengatakan, "Kau indah," dan itu sudah lebih cukup membuat Chuuya percaya. Dia indah hanya untuk Dazai.
"Hnn..." Kontraksi otot Chuuya tidak sengaja berdenyut dan mengapit lidah Dazai yang tiba-tiba masuk. Ia menyapa ruang terdekat dan membiarkan saliva membasahi Chuuya. "Dazai, kotor.."
Sudah terlambat Chuuya mencegah, karena Dazai telah melenyapkan batas-batas peraturan manusia dan hanya menyisakan mereka serta gairah. Ia terus menjilat dan membuat Chuuya mengerang. Mempermainkan serta melayani analnya dengan pujian.
Ada hisapan yang Dazai lakukan sebelum mulai menusuk-nusuk dengan lidah. Chuuya menekuk punggung, merasakan gelombang yang begitu dekat untuk sampai pada ujung kepemilikannya. "Dazai, ahh.. Dazai!"
Ia memanggil-manggil, ketika Dazai mencapai zona rawan yang membuat jantung berhenti berdetak. Rasa manis serta hangat Chuuya terasa begitu jelas. Sempit ruangan yang mengapit ketat atau bahkan kelembutan dinding di dalam membuat Dazai juga merasa tegang.
Tapi malam ini Chuuya adalah ratunya. Dazai melakukan seluruh permainan dan pemujaan untuk Sang Ratu. Maka, ketika tusukan terakhir dilakukan, Chuuya mencapai puncak dan keluar membasahi seprai bewarna navy yang sudah terlebih dahulu lembab akibat keringat mereka berdua.
"Ahhnn...." Napas Chuuya tergesa, ia melepaskan Dazai untuk pergi dari ruang rahasianya lalu limbung perlahan.
"Chuuya?" Yang dipanggil berusaha memutar tubuh untuk berbaring. "Kau lelah?" Pertanyaan tidak berguna, karena apapun jawabannya, Dazai tetap akan berkata, "Sekali lagi ya?"
END
Secret Room
SeaglassNst
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top