Day 19 - Thing To Play

Chuuya bangun di bawah tindihan selimut tebal hanya untuk menyadari bahwa hari sudah siang dan sisi di sebelahnya kosong. Ia memaksa tubuhnya bangun, menyisakan lelah namun agak bergairah.

"Dazai?" Ia memanggil seseorang yang seharusnya menjadi teman tidur tadi malam, namun tidak ada jawaban.

Dengan rasa kantuk yang tersisa, Chuuya turun dari kasur. Melupakan pakaian yang tergeletak entah dimana, ia pergi tanpa busana ke ruang tengah. Ada Dazai di sana, bermain sebuah gim RPG tembak-menembak. Seru sekali dia berbicara dengan orang-orang dari sebuah headset. —Dan ini membuat Chuuya sebal.

"Dazai." Pemuda itu tidak mendengar dan asik dengan gimnya.

Chuuya mendekat. Turun ke bawah meja hingga Dazai terkejut.

"Apa?" Matanya berbicara demikian, namun Chuuya tidak memberi jawaban. Ia bersimpuh di antara lutut Dazai lalu menyeringai. Tangannya datang untuk membelai bagian paha pemilik surai brunette. Mencium dari balik lateks kulit Dazai yang bewarna putih tertutup perban.

Satu atau dua, Dazai bersemu, lalu terlonjak ketika Chuuya membelai bagian antara selangkangan. "Hei—"

Chuuya memberi kontak mata pada Dazai, menunjukkan laut yang berkabut dan penuh nafsu sembari membelai lagi tonjolan itu.

"Chuuya....!" Dazai berusaha fokus pada gimnya, ia juga berusaha fokus pada keharusan untuk mengecilkan suara. Namun Chuuya tidak peduli. Jarinya terus membelai dan meremas-remas bagian itu, sebelum akhirnya kecupan datang.

Dazai seakan tersetrum. Ia merasakan Chuuya menjilat kepemilikannya dari luar celana, dan hal itu sungguh menggugah. "Ehm.."

Tegukan ludah, tangan Dazai bergetar ketika Chuuya melahap. Mengemut-emut miliknya yang masih terbungkus seakan tidak ada masalah. Ia membasahi celana Dazai dengan saliva, membangkitkan Dazai dengan hisapan.

Lalu ia berhenti. Tertawa tanpa suara lalu perlahan menyusup naik ke atas pemuda itu. Duduk ke pangkuannya, dan merengkuh.

"Aku sedang main." Dazai berusaha memberi perhatian bahkan ketika Chuuya duduk di atas pahanya tanpa pakaian. Berusaha keras mengabaikan kejantanannya yang keras tengah ditekan, tetap mengarahkan kursor dengan jari sedia di atas keyboard.

"Kau bicara dengan siapa?" Salah seorang temannya berkata dari ujung sambungan.

"Pacar," Chuuya menjawab lantang. Membuat Dazai semakin heran namun karena itu benar ia tidak menyanggah.

Ini harusnya menjadi minggu dimana Dazai akan bermain sampai suntuk dan matanya merah. Namun ketika Chuuya berada di atasnya, merengkuh dan merapat hingga menekan alat vital, Dazai merasa tergugah.

"Hei, biarkan aku main oke?" Dazai berbisik, menjaga agar suaranya tidak terekam mik. Namun Chuuya malah tersenyum menyeringai.

"Kau memilih memainkan gim padahal ada aku?"

Dazai meneguk ludah.

Ia merasakan pinggul Chuuya yang bergerak, menekan miliknya di balik boxer hingga membesar dan tegang. Chuuya tidak bersuara, ia hanya bergerak dan Dazai membiarkan. Sedikit tergoda, namun karena kedua tangannya sibuk dengan permainan ia tidak membalas.

"Hh..." Raut Chuuya berbayang, namun Dazai melihat lekukan alisnya ketika merasakan ereksi Dazai bertabrakan dengan ereksinya. Chuuya menggesek terus kejantanannya yang tegang pada gembul dibalik lateks. Ia meredam lenguh namun tidak begitu bagus.

Dazai terlonjak ketika karet boxernya diturunkan, benda keras itu kini berada di genggaman Chuuya yang memijat nikmat. Mempersiapkan untuk sebuah penjelajahan.

Tangan Dazai terdiam, tanpa sengaja terangkat dan menyanggah tubuh Chuuya yang naik. Perlahan melahap Dazai dalam liang kecilnya hingga lenguh terdengar. Astaga. Dazai hanya menelan ludah sambil kembali pada permainan.

"Ah.. Hh—" Chuuya tidak menahan desahannya. Sengaja agar Dazai terusik dan meninggalkan gim untuk memilihnya. Saat ini Chuuya butuh cumbuan Dazai.

"Dalam sekali," ia berbisik. Menompa tubuhnya sendiri dan membiarkan suara hentakan menggema. Desahannya lepas, dan raut wajah bernafsunya tampak begitu jelas di mata Dazai. Chuuya melekukkan badan agar Dazai mencapai titik yang dia inginkan. "Ah.. Hn— ahn!"

"Suara apa itu?"

"Yang benar saja?!"

"Siapa yang menonton porno sekarang?? Haha!"

Sial. Dazai begitu terlena dengan panas di celah sempit Chuuya sampai lupa bahwa desahan Chuuya samar-samar terekam. Satu tangan menggerakkan mouse, Dazai berusaha keras meraih ikon mute di layar. Namun tepat sedetik sebelum klik, Chuuya menghentak begitu kencang sampai Dazai berguncang.

Tanpa sengaja ia menghidupkan tombol video. Astaga bodoh.

"Apa—!" seorang teman berteriak.

"Astaga! Dazai, apa yang kau lakukan?!"

"WAHHH!!!!"

Dazai mati kutu, namun Chuuya tidak berhenti. "Chuuya— tunggu!"

"Ahh!"

Punggung mulusnya yang tegang dan meliuk berkendara terekam dan segera, dalam beberapa detik, Dazai meraih ujung layar laptop bertepatan ketika Chuuya menarik gas lebih kencang, membuat kursi berguncang hingga Dazai sigap melupakan layar dan memegangi pinggul Chuuya.

Kedalaman itu mengabaikan dunia, Chuuya tidak peduli jika ditonton oleh mata-mata di layar laptop. Ia menghentak dan tanpa sengaja membuat Dazai melenguh, menekan lebih dalam sampai kursi tempat bercinta itu limbung ke belakang.

"Wah!"

"Astaga! Sempit sekali lubang itu!!"

"Dazai, sialan! Pacarmu seksi sekali!"

"Astaga! Lihat tempat!!."

"Ahn—" Chuuya memperdengarkan suaranya agar terekam dengan jelas oleh mikrofon seakan mengejek semua orang, sementara Dazai gelagapan sebab tangannya kini semakin jauh dari laptop.

"Chuuya, tunggu—" 

Senyum Chuuya mengembang melihat Dazai begitu malu karena ocehan teman-temannya. Ia menggoyangkan pinggul, lalu meraup bibir kekasihnya yang masih dilema ingin berhenti namun terhalang nikmat.

Suara basah serta lenguh-lenguhan entah kenapa membuat pemirsa menetap walau mereka tidak lagi melihat dua pria yang tengah bersenggama. Teriakan dan tawa, menghina namun juga marah. Dazai mendengarnya dan tenggelam dalam ciuman si jingga, sampai sebuah kalimat mengganggu khusyuk mereka berdua.

"Seems like dog in heat haha..."

Chuuya berhenti. Ia menarik tubuh dan membiarkan saliva menetes jatuh ke dalam mulut kekasihnya. Rasa tertekan terhenti karena jeda bersamaan Chuuya yang tampil dengan alis menekuk dan mata sayu.

"Aku terlihat seperti itu?"

Ia sangat indah, dan Dazai meneguk ludah. Tapi Chuuya bukan seperti itu, ia adalah entitas indah yang begitu mempesona dan berbahaya bagi gairah. Mengatainya binatang membuat Dazai tidak terima. Namun kemudian bibir Chuuya yang tadi merengut sendu menarik senyum tinggi. Menatap Dazai seperti predator kelaparan dan menggoyangnya pinggulnya untuk mendesak.

"Aku ingin terlihat seperti itu hh..."

Dazai menyerah.

"Mereka bisa menang tanpaku."

Dazai mengumpulkan seluruh tenaga yang terhalang pesona si senja untuk menggendongnya naik. Memperlihatkan sekali lagi bagian yang basah dan menyatu di bokong gempal Chuuya, membuat semua pria di ujung sambungan tegang.

"Aku harus mengurus anjing ini," Dazai menutup laptop, sementara Chuuya tertawa.

Merasa senang karena Dazai kembali padanya. Ia hendak menghentak lagi, namun Dazai terlebih dahulu mengangkat tubuhnya yang tengah berada dalam gendongan.

"Ah—!" Bagian itu masuk lebih dalam. Dazai kini mengontrol dan menyenggama. Menaikkan, menurunkan, karena Chuuya begitu mungil dan itu bukan hal sulit. Ia menyukai titik terdalam yang bisa diselam. "Ahn. Dazai— tung—ahh..."

"Kenapa aku harus menunggu sementara Chuuya tidak?"

Tangan Chuuya memeluk erat pundak pemuda itu sementara bokongnya digerakkan melayani gairah Dazai yang berjalan menuju entah ke mana. Ia tidak membenci hal ini. Ia selalu menyukai perlakuan nakal dan tidak terbayangkan.

"Hn— ah!"

Dazai tidak membawa Chuuya ke atas kasur, melainkan meja makan marmer. Ia melanjutkan permainan di sana dan mendesak lebih dalam, memperlihatkan pada Chuuya sifat buas yang berusaha ia lupakan pada hari minggu ini.

Namun Chuuya selalu tahu bagaimana cara memanggilnya. Gairah dan hasrat di manik mata dan gerakan Dazai yang semakin menggoda.

"Aku akan memainkanmu seharian ini, Chuuya."

END

SeaglassNst

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top