49 - Retakan
[PERINGATAN!] Cerita ini hanyalah fiksi belaka, semua karakter, alur, serta beberapa latar dalam cerita adalah milik penulis yang tidak terlepas dari berbagai inspirasi.
Selamat Membaca!
✬✬✬
Selebrasi masih terdengar meriah sehari setelahnya. Peristiwa yang sebelumnya terjadi kini seolah tenggelam karena ingar-bingar pesta yang dibuat oleh Centrus. Sekali lagi, Tuan Charles memberitahukan pengumuman melalui siaran resmi mereka.
<Siaran Mulai>
"Selamat siang Tuan dan Nyonya. Hari ini kami atas nama Dewan Cascallustre akan mengumumkan beberapa hal penting terkait penyelengaraan perhelatan akbar ini,"
"Yang pertama, Venturion yang ke 64 telah selesai diselenggarakan walaupun harus melewati beberapa insiden. Ini mengingatkan kepada kita, bahwa didalam keadaan damai maupun bahaya, kita harus saling berangkulan tangan satu sama lain. Centrus dan semua sektor di Noffram harus bisa saling bahu-membahu untuk menumpas pihak-pihak yang mencoba mengganggu keamaan kita bersama."
"Yang kedua, pemenang Venturion dan juara umum yang telah dinobatkan akan menerima hadiah sesuai jumlah yang sudah ditetapkan, dan semua peserta yang tersisa akan mendapatkan bonus dari Dewan Cascallustre dan juga kepala penyelenggara Venturion tahun ini, yaitu Myriad Corp sebagai kompensasi atas peristiwa yang terjadi tempo hari."
"Yang ketiga. Dewan Cascallustre akan bekerja sama dengan Dewan Keamanan Pusat untuk mengatasi peristiwa yang telah terjadi. Maka dari itu, semua peserta yang terlibat dalam anggota kelompok kriminal ini akan ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku tanpa terkecuali."
"Selanjutnya, demi membentuk permainan baru yang adil dan sportif, Dewan Cascallustre akan mengadakan audit internal. Atas perhatian Anda semua, kami ucapkan terima kasih. "
<Siaran Selesai>
Walaupun undangan wawancara dan pemotretan itu memenuhi mejanya. Namun, Amaryllis memilih untuk mengabaikan mereka sejenak. Urusannya itu belum selesai meskipun Venturion sudah berakhir.
Amaryllis masih berkutat di gedung Red Thunder. Dia ingin berpikir sejenak di tempat itu. Menatap hasil pencapaiannya yang kini tergantung di dinding mereka.
"Amaryllis, bolehkah kita bicara sebentar?" tanya Frans yang juga berada di sana untuk sebuah keperluan.
"Tentu saja," jawab gadis itu yang kemudian duduk di kursi.
Frans menuangkan teh ke dua cangkir porselin yang ada di meja. Laki-laki itu masih diam selama beberapa saat sebelum menatap Amaryllis yang duduk di hadapannya.
"Aku ingin memberitahumu lebih dulu tentang kabar ini karena hanya kau yang ada di sini," ujar Frans yang kemudian sedikit memajukan duduknya. "Red Thunder tidak jadi merger dengan Eagle Eye," ungkapnya.
"Benarkah?" sergah Amaryllis yang membulatkan matanya.
Frans menganggukkan kepalanya. "Setelah beberapa pertimbangan, aku dan Alastair memutuskan untuk membatalkan rencana itu. Mengingat keadaan sulit yang sedang terjadi, dewan juga menyetujui pembatalannya dan berniat memperbaiki sistem union."
"Apa baru aku yang kau beritahu?" tanya Amaryllis kemudian.
"Kau dan Travis lebih tepatnya. Aku juga berencana memberitahu Samuel mengenai kabar pembatalan ini," jawab Frans.
"Tapi kau tetap akan pensiun dini, Frans?"
"Sayangnya begitu. Aku sudah tidak bisa berpartisipasi di Venturion setelah pengumuman minggu depan."
"Lalu siapa yang akan menggantikan posisimu? Apa itu Samuel?"
"Harusnya memang dia. Tapi untuk sementara waktu, Travis yang akan memegang tanggung jawab itu hingga Samuel membaik," jawab Frans.
"Kau bisa minum tehnya dulu, Amy," ujar laki-laki itu sembari memberikan gelas itu kepada Amaryllis.
"Terima kasih," ucap gadis itu seraya meminum teh chamomilenya.
Amaryllis tidak mengira hal ini benar-benar akan terjadi. Setelah melewati waktu yang sulit, akhirnya Red Thunder tidak jadi dipindah tangankan. Gadis itu sebenarnya bingung harus berekspresi seperti apa di tengah masalah yang masih menimpa mereka.
"Aku juga mendengar kabar lain dari Alastair," ungkap Frans yang sedikit menjeda kalimatnya. "Dia bilang kau mau pindah ke Eagle Eye dan sudah menemuinya secara langsung, benarkah begitu?"
Amaryllis lantas menaruh cangkirnya. "Itu benar. Aku berniat pindah ke sana setelah Venturion selesai."
"Apa dia yang menawarkannya duluan saat kalian makan malam dulu?" tebaknya
Amaryllis sedikit menahan dirinya. "Tidak. Aku yang mengutarakan keinginanku duluan padanya setelah keluar dari Flair," jawabnya yang terdengar tegas.
Frans yang mendengar jawabannya tampak sedikit terkejut. "Jadi begitu, kau menemuinya lagi setelah Flair."
"Maaf karena tidak memberitahumu lebih dulu," ucap Amaryllis sedikit menunduk.
"Tidak apa-apa. Sekarang semuanya sudah jelas karena ternyata itu semua atas kemauanmu sendiri," jawab Frans tersenyum tipis.
"Kontrakmu dengan Red Thunder juga sudah rampung. Jadi, kami tidak perlu memperbaharuinya karena kau akan pindah union dan membuat kontrak yang baru dengan mereka."
Amaryllis mengangguk pelan dengan menghembuskan napasnya halus. "Sekali lagi aku minta maaf," ucapnya.
"Tidak masalah. Pindah union itu hal yang lumrah di sini. Jika kau ingin mencari sesuatu yang lebih bagus maka aku tidak bisa melarangmu," jawab Frans.
"Hanya saja, Amaryllis ... sebaiknya kau jangan mudah terbujuk oleh sesuatu yang terlihat manis mulai sekarang," ujar Frans yang membuat Amaryllis menatapnya serius.
"Kau baru memasuki dunia Venturion yang sebenarnya," lanjut laki-laki itu dengan mengembangkan senyumnya hingga membuat gadis itu mengangkat kedua alisnya heran.
"Baiklah kalau begitu. Terima kasih banyak atas kerja kerasmu selama semusim ini. Aku pasti akan segera mengurus berkas-berkasnya nanti. Senang bisa mengenal dan bekerja sama denganmu, Amaryllis," pungkas Frans dengan menjabat tangannya.
Amaryllis membalas jabatan tangan tersebut. Dia menarik sedikit ujung bibirnya. "Terima kasih kembali, Frans. Aku juga senang bisa bekerja sama dengan kalian."
✬✬✬
Waktu tenang selama seminggu yang diberikan oleh dewan terasa begitu cepat. Semuanya masih belum pulih seperti semula. Frans dan Travis masih mengurusi peralihan ketua hingga waktu terakhir yang tersisa.
Selina yang masih terbaring koma pun direncanakan untuk kembali ke sektornya agar mendapatkan perawatan lanjutan. Clara juga masih di rawat dengan pengawasan dan dijaga ketat karena menjadi salah satu saksi atas peristiwa kemarin. Lalu untuk Thomas, sepertinya dia juga masih dijauhkan dari kekacauan ini oleh Biro Keamanan.
Kata Frans, karena terbukti tidak bersalah, Thomas dan tertuduh lain untuk masalah Acumen akan segera dibebaskan. Meskipun Thomas tidak akan kembali menjadi anggota Red Thunder lagi, tetapi dia dan penyintas juga akan menerima kompensasi yang sepadan untuk kesalahpahaman yang terjadi.
"Apa aku harus menemuinya secara langsung untuk minta maaf?" gumam Amaryllis yang kini berjalan dengan membawa sebuket bunga.
"Mungkin setelah ini."
Sebenarnya, hari ini Amaryllis berniat menjenguk Clara. Namun, para penyidik yang bertugas tidak mengizinkannya untuk masuk. Dia lantas memutuskan untuk membawa buket peony itu ke tempat lain.
Kakinya perlahan berjalan melintasi koridor putih itu. Beberapa orang menatapnya takjub karena mereka mengenalinya sebagai salah satu pemenang Venturion. Sepertinya orang paling remeh di Centrus pun sekarang akan tahu dirinya.
Amaryllis sudah berdiri di depan pintu berkayu mahoni itu. Dia kemudian menjulurkan tangannya untuk mengetuk pintunya pelan. Butuh beberapa detik sebelum orang yang ada di dalam sana mengizinkannya untuk masuk.
"Masuk!" ujar suara bariton dari kamar itu.
Amaryllis memencet gagang pintu untuk membuka pintunya. Kakinya melangkah masuk ke dalam dengan mantap. Matanya menangkap sosok laki-laki yang tengah duduk di kursinya sembari memegangi tablet dengan wajah terkejutnya.
"Amaryllis?"
"Bagaimana keadaanmu, Sam?" tanya Amaryllis dengan tersenyum lembut.
"Aku tidak menyangka kau akan kemari. Aku sangat baik sekarang, duduklah," jawab Samuel dengan tersenyum lebar mempersilahkan gadis itu untuk duduk di salah satu kursinya.
Amaryllis memperhatikan sebentar kamar bernuansa putih itu. Samuel memang masih menjalani masa pemulihan di kamar inapnya. Dia baru diizinkan untuk dijenguk sejak kemarin siang.
"Bagaimana keadaanmu juga, Amy? Lukamu sudah sembuh?"
Amaryllis mengangguk pelan. "Sudah lebih baik sekarang. Lucia memberiku serum yang manjur untuk luka ini," jawab Amaryllis dengan menunjuk bekas luka di pipinya yang mulai memudar.
"Baguslah kalau begitu, aku lega mendengarnya."
"Apa yang sedang kau kerjakan?" tanya Amaryllis yang melihat Samuel sesekali berkutat dengan tablet transparan itu.
"Bukan apa-apa. Hanya menandatangi beberapa berkas yang diperlukan," jawab Samuel seraya meletakkan tablet itu ke atas meja."Ngomong-omong kau pasti sudah mendengarnya, Red Thunder tidak jadi dibubarkan!" seru Samuel dengan nada cerah.
Amaryllis mengembangkan senyumnya. "Iya. Aku senang sekali mendengar kabar itu dari Frans."
Samuel tertawa bahagia. "Akhirnya doaku terkabul juga, sepertinya aku harus banyak-banyak bersyukur setelah ini."
"Oh! Bukankah seharusnya kita mulai mengurus kontrakmu lagi yang sudah habis?" tanya Samuel yang membuat jantung Amaryllis berdegup kencang.
"Aku sudah mengurusnya bersama Frans," jawab Amaryllis lirih.
"Benarkah? Kau sudah memperpanjangnya, Amy? Kenapa tidak bilang padaku dulu?" tanya Samuel yang membuat gadis itu menundukkan kepalanya sebentar.
"Aku hampir lupa, apa kau mau teh? Aku akan mengambilkannya sebentar," ujar Samuel seraya mengambilkan segelas teh untuk Amaryllis dari mesin teh yang ada di atas nakasnya.
Amaryllis belum menjawab pertanyaannya. Dia merasakan kelu di lidahnya. Dia tidak tahu bagaimana caranya memberi tahu Samuel mengenai apa yang sebenarnya sudah ia putuskan jauh-jauh hari.
"Sebenarnya ada yang ingin aku katakan-"
"Oh sudah dimulai?" ujar Samuel memotong ucapan gadis itu ketika melihat tayangan resmi dari Cascallustre.
Amaryllis terperanjat ketika melihat siaran itu. Dia semakin merasa kebingungan. Bukankah seharusnya hal itu diumumkan nanti sore? Kenapa mereka memajukan jadwalnya?
"Akhirnya mereka akan mengumumkan keputusan akhirnya hari ini," gumam Samuel yang membuat gadis itu berkeringat dingin.
"Minum dulu, Amy," ujarnya lagi sembari meletakkan gelas itu ke meja di depan Amaryllis.
"Terima kasih," jawab Amaryllis lirih.
Jantungnya semakin berdegup kencang. Matanya ikut menatap hologram yang mengambang. Perasaan gadis itu bercampur aduk ketika ia melihat Tuan Charles sudah menaiki podiumnya.
Bukan sambutan Tuan Charles yang ia khawatir, melainkan ia mengkhawatirkan konferensi pers yang akan dimulai setelahnya. Konferensi pers yang dihadiri oleh seluruh ketua union yang ada di Venturion.
Amaryllis memperhatikan Frans yang sudah menempati podiumnya. Laki-laki itu memberikan beberapa kata sambutan atas kemenangan Red Thunder di Venturion tahun ini, sembari menunjukkan piala yang mereka dapatkan kemarin. Lalu menegaskan bahwa Red Thunder tetap akan menjadi satu union dan tidak akan bubar ataupun merger dengan union lain.
Bombardir kamera dari para pemburu berita terpantul jelas melalui hologram yang mereka saksikan. Frans kembali mengetuk pelan mikrofonnya. "Hari ini, selain merayakan dan menyebarkan kebahagiaan yang kami dapatkan. Terlebih dahulu aku ingin meminta maaf kepada banyak pihak atas kabar yang akan aku sampaikan selanjutnya," ujar Frans diakhir-akhir pidatonya.
"Aku Frans Hwann, ketua dari Red Thunder mengumumkan bahwa mulai hari ini akan mengundurkan diri dari jabatanku sebagai ketua union dan pensiun dari Venturion. Dan akan menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada Samuel Raedeen."
Pernyataan laki-laki itu mengundang riuhan jurnalis yang tampak kebingungan. Sepertinya mereka tidak menduga pengumuman pensiun Frans mengingat unionnya sedang berada di masa keemasan.
Frans kemudian membungkukkan badannya dalam-dalam lalu turun dari posisinya. Beberapa jurnalis dan reporter masih tampak membuntutinya untuk meminta penjelasan lebih lanjut. Namun, pengawal berhasil mencegah aksi mereka yang ingin memaksa masuk ke ruang tunggu.
Kini tiba giliran sang pentolan Venturion. Pria paling bersinar di seluruh Noffram. Ketua union teratas Venturion, Alastair Sylvester.
Walaupun tahun ini Eagle Eye harus tergeser dari posisi juara umum. Namun, kehadirannya tetap saja dinanti-nantikan oleh khalayak ramai. Pengumuman yang akan disampaikan oleh Alastair Sylvester akan selalu diantisipasi oleh banyak orang.
Setelah selesai mengutarakan kata pembuka yang cukup panjang. Laki-laki bersetelan biru laut itu kini memulai inti pengumumannya. Membuat semua orang memasang telinga mereka lebar-lebar, berusaha agar tidak tertinggal satu kalimat pun.
"Walaupun kami kehilangan posisi kami sebagai juara umum di tahun ini, tetapi aku ingin menyampaikan berita yang menyenangkan. Pada kesempatan ini, aku akan mengumumkan keluarga baru Eagle Eye," umum Alastair.
"Dia adalah peserta yang paling istimewa, yaitu Amaryllis Heath. Dia adalah pemain transfer yang akan bergabung dengan kami mulai musim depan," pungkas Alastair yang menciptakan keriuhan di sana.
Amaryllis terpaku pada tempatnya karena melihat Samuel yang terperangah. Laki-laki itu kini menatapnya dengan penuh tanda tanya. Seolah masih belum bisa mencerna apa yang barusan mereka dengar.
"Apa yang dia katakan?" tanya Samuel lirih dengan menatap Amaryllis tajam.
Mata hazelnya itu menatap lantai selama beberapa saat. "Aku-"
"Kau membuat kesepakatan dengan Alastair di belakangku?" potong Samuel dengan nada keras hingga membuat bahu gadis itu sedikit tersentak.
"A-aku bisa menjelaskannya, Sam!"
"Kenapa? Apakah dikenal oleh banyak orang belum cukup untukmu?" tanyanya sinis.
"Sam! Aku hanya ingin kau mendapatkan Red Thunder kembali!" sergah Amaryllis yang keceplosan.
Samuel melebarkan matanya. Bibirnya sedikit bergetar karena amarah yang ditahan. "Jadi itu pertaruhanmu dengan laki-laki itu?" geramnya sebelum menggebrak meja itu dengan keras. "Persertan!" umpatnya kasar.
"Apa kau pikir aku akan senang, jika tahu kalau kau bertaruh demi mendapatkan Red Thunder kembali, Amy?" desis Samuel.
"Jawabannya tidak!" tegas laki-laki itu dengan sedikit mengeratkan genggamannya agar emosinya tidak semakin meluap.
"Aku hanya ingin membantumu! Apa itu tidak boleh?!" bela Amaryllis yang ikut menaikkan suaranya.
"Aku tidak butuh pengorbananmu untuk mendapatkan unionku lagi!" bentak Samuel.
Hati Amaryllis mencelos, dia menggigit bibir bawahnya. Gadis itu merasa tidak dihargai atas keputusannya untuk memilih jalan batu yang terjal ini. Sebuah keputusan egois yang Amaryllis pilih untuk pertama kalinya dalam hidupnya, yang ia anggap bisa mengobati rasa kecewa laki-laki itu. Namun, ternyata justru fakta pahit yang ia dapatkan sekarang.
"Apa kau sadar? Alastair hanya akan memanfaatkanmu demi memenuhi ambisinya," ujar Samuel dengan tatapan miris. "Seharusnya kau tidak datang kemari sejak awal."
Amaryllis terlanjur kesal hati dengan apa yang ia dapatkan sebelumnya. Ternyata rasa kecewa sangat tidak mengenakkan hati. "Aku tidak peduli!"
"Amaryllis!"
"Ini pilihanku, Sam! Kau tidak berhak mengaturku terus-menerus!" tegas Amaryllis yang mendapatkan keberanian besar entah dari mana.
Samuel tersenyum kecut. "Baik, kalau ini keinginanmu! Aku kira kau berbeda dengan yang lainnya. Ternyata kau sama saja."
Samuel mencoba berdiri dari duduknya, meskipun tubuhnya masih sedikit gemetaran.
"Hubunganmu denganku sekarang sudah berakhir, lebih baik kau pergi dari sini," ujar Samuel dengan menahan napasnya.
"Sam," panggil Amaryllis yang sedikit melembut ketika melihat laki-laki itu kesulitan.
Amaryllis hendak membantu Samuel untuk berdiri. Namun, laki-laki itu mengabaikan uluran tangannya. Dia bersikeras untuk bangkit sendiri dengan gusar, hingga akhirnya kaki-kakinya yang masih lemas itu tidak kuat menopang tubuhnya.
"Samuel!" sergah Amaryllis yang nyaris berhasil menahan tubuh laki-laki itu.
"Keluar!" tampik Samuel.
Tubuh Amaryllis tersentak ke belakang. Jantungnya seolah jatuh ke bawah. Penolakan itu terasa menyesakkan dada.
Amaryllis memejamkan matanya sejenak dengan menarik napas dalam. Dia meremas jarinya dengan kuat untuk menyalurkan perasaan yang bergerumul di dada. Kedua matanya kini sudah mulai memanas dan berair.
Dia menatap Samuel yang memalingkan wajahnya. "Baik. Aku akan pergi," ujarnya lirih.
"Senang bisa mengenalmu, Sam," pungkas Amaryllis dengan suara yang bergetar sebelum kaki-kakinya melangkah keluar dari tempat itu dengan kasar. Disertai dengan bulir-bulir air mata yang mulai membasahi pipinya.
Kepergiannya itu membawa keheningan yang menyakitkan. Retakan yang sudah terjadi ternyata merambet lebih cepat. Terlalu cepat hingga gadis itu tidak menyadari bahwa jurang pemisah yang dalam ternyata sudah tercipta di antara mereka.
✬✬✬
Mulmed: UNSECRET - LOSING YOU (FEAT. SAM TINNESZ)
Halo hai, how's life? Bab 49 sudah ditambahkan 😊 makasih buat yang udah mampir kesini. Kalian bisa voment di bawah ya~
Sampai jumpa lagi 🖐🏻
2021 © Anna Utara
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top