48 - Penobatan
[PERINGATAN!] Cerita ini hanyalah fiksi belaka, semua karakter, alur, serta beberapa latar dalam cerita adalah milik penulis yang tidak terlepas dari berbagai inspirasi.
Selamat Membaca!
✬✬✬
Waktu ternyata berlalu dengan cepat. Baru semalam rasanya ia memejamkan matanya, ternyata sekarang matahari sudah menyembul di atas cakrawala. Hari penobatan dan upacara penutupan Venturion yang dinanti-nantikan itu sekarang telah datang.
Walaupun perban dan kasa yang membalut kulitnya itu sudah dilepas, tetapi anggota geraknya masih terasa ngilu. Amaryllis bahkan belum sempat bertemu dengan dokter dan terapisnya hari ini, tetapi dia harus kembali duduk di meja rias sekarang.
Lucia menyamarkan bekas luka milik Amaryllis sebelum dia tampil di khalayak ramai. Tangan Lucia memang sangat lihai memainkan kuasnya. Selain menjadi perancang papan atas, dia juga perias profesional yang handal.
Amaryllis bahkan membulatkan matanya ketika Lucia mampu menutupi luka di pipinya hanya dengan make up yang dipoleskan ke wajahnya.
"Oh Sayang, kau benar-benar tidak masalah hadir di acara ini?" tanya Lucia sembari memakaikan blush on.
"Aku baik-baik saja," jawab Amaryllis.
Bibir wanita itu mengerucut. "Aku harap mereka memberimu kesempatan bersantai setelah ini. Baiklah! Aku akan menyuruh Ellen untuk mengambilkan sepatu yang nyaman untukmu."
Lucia lalu mendesah. "Gara-gara Callana merobek pipimu, penampilanmu jadi kurang maksimal. Untung saja kemampuanku ini sangat bagus," ujar Lucia yang membuat Amaryllis terkikih pelan.
"Aku selalu bisa mengandalkanmu. Lagi pula, ini sudah sangat bagus," jawab Amaryllis dengan mengacungkan jempolnya.
"Kau menyanjungku, nona muda?" goda Lucia.
"Tidak ada yang bisa menandingi bakatmu."
"Oh lihat! Gaunnya datang!" seru Lucia yang antusias ketika Ellen membawakan gaun berwarna keemasan itu ke depannya. Amaryllis menyentuh bagian gaun yang menjuntai ke bawah. Serat-serat kainnya terasa sangat halus.
Amaryllis mengembangkan senyumnya. "Ini cantik sekali. Aku tidak tahu harus berapa kali berterima kasih padamu."
"Kau boleh berterima kasih berkali-kali padaku. Yang terpenting kau harus tampil luar biasa hari ini!"
✬✬✬
Suara orkestra yang dimainkan itu menggema ke seluruh alun-alun Centrus. Tribun tinggi itu kini dipenuhi oleh masyarakat yang saling berdesakan. Antusiasme mereka tampaknya masih belum padam, meskipun perhelatan ini diwarnai oleh berbagai peristiwa tak terduga. Letusan kembang api dan aksi akrobatik di udara mewarnai langit Centrus hari ini.
Amaryllis sudah berdiri di ruang tunggu. Dia tengah menunggu gilirannya untuk naik ke atas panggung. Menantikan kamera yang akan kembali menyorotinya.
Tangan Amaryllis sedikit membenarkan gaun yang ia pakai. Kilauan mulai berpendar dari serat-serat gaun itu. Sementara aksesoris yang menghiasi sanggulnya kini mulai terasa berat. Dia tidak yakin berapa gram berat yang harus disangga oleh lehernya.
Suara dentingan pintu yang terbuka itu membuatnya menolehkan kepala. Pemuda bertuxedo gelap dengan pin elang dan berlian yang menghiasi cuffnya tampak cukup menawan. Dia langsung berdiri di samping Amaryllis dengan senyuman lebar.
"Senang bertemu denganmu lagi, Amaryllis!" sapa Gavin.
Amaryllis memperhatikan pemuda bermata hijau itu dengan saksama. "Jadi kau mematahkan lenganmu sendiri?" tanyanya ketika melihat lengan kiri pemuda itu disangga oleh arm sling.
"Aku hanya meretakkannya saja. Ini sudah terlihat menyedihkan kan?" jawab Gavin.
"Aku tidak mau terlihat baik-baik saja setelah kekacauan ini. Setidaknya aku harus membuat mereka bersimpati padaku. Seharusnya kau juga tidak perlu menutupi pipimu dengan riasan," lanjutnya.
"Aku tidak mau membuat orang lari tunggang langgang setelah melihatku," jawab Amaryllis.
"Baik, itu pengecualian," deham Gavin.
"Seharusnya hari ini menjadi hari yang menyenangkan. Kalau tidak ada kejadian sialan ini, kita pasti bisa merayakan kemenangan ini dengan meriah. Coba kau bayangkan berapa bonus dan kompensasi yang akan kita dapatkan," celoteh pemuda itu.
"Aku masih menyimpan pertanyaan yang besar untukmu, Gavin," ujar Amaryllis yang terdengar serius tanpa menanggapi pernyataan Gavin sebelumnya. "Kenapa kau membantuku kemarin?"
Gavin tersenyum kecil. "Aku sudah menjelaskannya padamu," jawabnya yang masih membuat Amaryllis mengangkat sebelah alisnya. "Aku hanya ingin mengamankan nama unionku," imbuhnya dengan menekan setiap kalimatnya.
"Menurutmu, jika sampai aku yang menang, siapa yang akan dicurigai selanjutnya?" tanya Gavin balik yang terdengar serius.
Amaryllis terdiam karena dia masih memproses setiap kalimat Gavin. Tentu saja Eagle Eye yang akan dicurigai. Siapa lagi yang akan diuntungkan atas kejadian ini selain Eagle Eye?
Antares sudah terseret jatuh sejak insiden Acumen akibat kesalahpahaman. Red Thunder, Phoenix, dan Black Rose juga menyusulnya akibat adanya anggota yang tergabung dalam komplotan itu. Hanya tinggal Eagle Eye yang tidak tersentuh oleh kekacauan ini. Jika sampai mereka yang menang tahun ini maka dewan pasti akan langsung menganggap mereka sebagai dalangnya. Atau jika pun tidak terbukti benar, mungkin merekalah yang akan dijadikan kambing hitam selanjutnya.
"Terlepas dari semua yang terjadi, bukankah seharusnya kau merasa senang karena sudah menang, Amaryllis?" tanya Gavin sembari membenarkan posisi cuffnya.
"Semua orang pasti senang jika menang," tanggap Amaryllis.
"Kau berhasil mendapatkan keinginanmu dan mendapatkan popularitas secara singkat. Semua orang berkata kalau kau melakukan aksi heroik untuk memenangkan Venturion demi Red Thunder. Mereka hanya tahu kalau kau berhasil berjuang hingga akhir Valka, tanpa mempelajari apa yang menimpamu sebelum itu," ujar Gavin tersenyum miring.
Pintu kembali berdenting ketika sudah masuk waktunya bagi mereka untuk tampil. Pintu elevator yang menghubungkan ke atas panggung mulai terbuka. "Wanita duluan," ujar Gavin agar Amaryllis bisa naik duluan.
Amaryllis langsung memasuki elevator yang akan membawanya ke atas panggung bersama dengan Gavin. Lensa kamera mulai menyorot mereka. Sorak-sorai penonton terdengar heboh ketika para pemenang yang hadir sudah berada di atas panggung
Di tengah panggung hanya ada Amaryllis Heath, Gavin Tinnez, Isabella Quin, dan Erica Courtney. Hanya mereka pemenang babak Venturion yang mampu tampil di acara penobatan karena yang lainnya masih terbaring di rumah sakit. Namun, juga ada Frans Hwann dan Alastair Sylvester yang menjadi delegasi bagi pemenang yang tidak bisa hadir di sana.
Amaryllis memperhatikan penonton yang memadati tribun. Dia kemudian mendengar lagu iringan ketika Tuan Charles Smith memasuki panggung. Kepala Dewan Cascallustre mulai memberikan sambutan.
Setelah selesai dengan pidato singkatnya, Tuan Charles lantas mendekati para pemenang untuk menyematkan lencana. Dimulai dengan Gavin yang menerima lencana Zavesys, dan kemudian dirinya.
"Selamat atas kemenanganmu di Zavesys dan Flair, Nona Amaryllis Heath," ucap Tuan Charles seraya menyematkan lencana Zavesys dan Flair yang berlapiskan emas dan berlian itu ke gaunnya.
Tuan Charles bergeser ke Erica untuk menyematkan lencana berikutnya. Pada awalnya Acumen dimenangkan oleh semua peserta dari Antares. Namun, karena salah satu peserta yang menang adalah Carlos Hank, peserta yang tergabung dalam kelompok kemarin maka mereka menganulir salah satu juaranya.
Para dewan sempat kebingungan untuk mencari pengganti. Hans Lincoln dari Red Thunder yang menjadi juara dua dan Ewan Thompson dari Black Rose yang menjadi juara tiga di babak itu pun tidak bisa dinobatkan karena jelas-jelas terlibat dengan kasus kemarin. Oleh karena itu, dewan memutuskan Revaldo York dari Eagle Eye sebagai pengganti juara satu. Karena Revaldo tidak bisa hadir, maka Alastair yang menerima lencananya.
Tuan Charles bergeser ke Isabella Quin untuk menyematkan lencana Gallantry. Lalu menyerahkan lencana satunya lagi kepada Frans sebagai perwakilan Samuel yang tidak bisa hadir di sana.
Di akhir acara, Tuan Charles kemudian memberikan medali dan piala Venturion kepada Frans. Menobatkan Red Thunder sebagai pemenang baru Valka dan juara umum Venturion yang ke 64.
"Semoga kedamaian dan kemakmuran selalu menyertai kita semua," pungkasTuan Charles setelah selesai memberikan semua penghargaan itu kepada mereka.
Tepukan tangan yang riuh menyambut mereka. Alunan lagu kebangsaan dan ledakan kembang api semakin memeriahkan acara itu. Sorotan kamera mulai menampilkan para pemenang Venturion tahun ini satu per satu.
Setelah dua minggu pelaksanaan Venturion yang ke 64. Akhirnya mereka sampai di penghujung perhelatan akbar itu. Setelah ini, para pemenang Venturion akan menjadi bahan perbincangan yang baru untuk masyarakat di Noffram hingga musim selanjutnya dimulai.
Mata Amaryllis membulat sempurna ketika mendengar keriuhan penonton yang meneriaki nama mereka. Para pemenang itu kemudian mulai melambaikan tangan mereka ke arah kamera. Membalas para pemirsa yang mengelu-elukan mereka.
"Selamat kepada pemenang Zavesys, Amaryllis Heath dan Gavin Tinnez. Pemenang Acumen, Erica Courtney dan Revaldo York yang diwakili Alastair Sylvester. Pemenang Gallantry, Isabella Quin dan Samuel Raedeen yang diwakili Frans Hwann. Pemenang Flair, Amaryllis Heath. Dan juga selamat kepada juara umum Venturion yang ke 64, yaitu union Red Thunder!" seru pengeras suara yang ada di panggung itu.
"Semoga kedamaian dan kemakmuran selalu menyertai kalian," pungkas suara itu sebelumm orkestra epik berkumandang di sana.
Amaryllis mengeratkan tangannya yang menggenggam ujung gaunnya. Kemeriahan itu membuat batinnya bergumul. Dia mencoba menyamarkan rasa gelisah yang sedang melandanya.
Suara letusan kembang api dan kilatan cahaya yang ada di panggung itu membuatnya sedikit pusing. Ledakan yang terjadi di arena tempo hari masih membayangi Amaryllis. Kedamaian sepertinya tidak berpihak kepada jiwanya hingga permainan ini berakhir.
✬✬✬
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top