47 - Pascabahala
[PERINGATAN!] Cerita ini hanyalah fiksi belaka, semua karakter, alur, serta beberapa latar dalam cerita adalah milik penulis yang tidak terlepas dari berbagai inspirasi.
Selamat Membaca!
✬✬✬
Nyala api yang sudah tersulut, membakar rerumputan kering di tanah lapang. Angin yang bertiup kencang semakin mengobarkan nyalanya. Meskipun mereka sudah menghabisan ratusan galon air, tetapi kobaran itu masih sangat sulit untuk dipadamkan. Bahala yang sudah digaungkan itu terlanjur sulit untuk diredam kembali.
Berita utama diberbagai penjuru Noffram kini memuat judul dan isi yang sama. Semua orang tengah memusatkan perhatian mereka pada tragedi yang baru-baru ini terjadi. Pemberontakan dari minoritas Sektor 2 yang ternyata merupakan anggota dari kelompok Troides itu kini mengancam rasa aman mereka. Petinggi Noffram dan Centrus mulai mengencangkan sabuk pengaman.
Layar hologram yang terpancar di setiap sudut Centrus melaporkan kejadian terkini tanpa henti. Para pemburu berita mulai mengais keberuntungan dari kemalangan yang menimpa Venturion. Mereka berlomba-lomba menampilkan liputan terbaiknya, meskipun menyakitkan bagi orang lain.
Venturion masih menjadi headline utama sorotan media. Sejak berakhirnya Valka, api yang berkobar itu bahkan belum bisa dipadamkan total hingga 4 hari kemudian.
<Laporan Berita>
"Kami melaporkan kondisi terkini dari arena Valka. Ledakan yang terjadi sudah berhenti, tetapi api yang membakar arena masih belum bisa dipadamkan oleh pasukan pemadam kebakaran yang dikerahkan. Menurut keterangan beberapa ahli, hal ini terjadi karena peledak yang memicu kebakaran besar ini terbuat dari beberapa bahan kimia yang memicu api itu sulit untuk dipadamkan," papar reporter itu sembari menunjukkan kodisi terkini arena melalui rekaman dari helikopter yang mengudara di atas kepulan asap pekat.
Arena yang luasnya mencapai berhektar-hektar yang sebelumnya memiliki sebuah kubah transparan itu kini berubah menjadi lahan yang carut-marut. Warna merah menyala dengan lidah api yang masih menjilat-jilat itu menggantikan hijaunya pepohonan. Asap hitam pekat yang membumbung tinggi memenuhi atmosfernya.
"Sementara itu, keadaan di Orisea masih belum kondusif. Pasca jatuhnya Pusat Energi Tenaga Air Noffram yang dikelola oleh Myriad Corp ke tangan kelompok pemberontak, Troides. Pemerintah langsung mengerahkan Pasukan Tempur Elite Noffram (PTEN) untuk mengatasi kelompok tersebut. Setelah diwarnai dengan aksi baku tembak selama kurang lebih selama 4 jam, akhirnya PTEN berhasil mengambil alih Pusat Energi Noffram dari tangan kelompok Troides. Dikabarkan ada beberapa korban jiwa akibat baku tembak tersebut. Namun, masih belum bisa dipastikan berapa jumlahnya."
"Pihak Kepolisian Negara Noffram masih menyelidiki mengenai siapa saja yang bertanggung jawab atas kerugian besar yang menimpa Venturion dan Noffram. Namun, pihak kepolisian telah mengonfirmasi dengan jelas bahwa selain menyebabkan pecahnya pemberontakan di Sektor 2, beberapa anggota kelompok Troides ternyata berhasil menyusupi Venturion dengan memalsukan identitas diri mereka. Berikut ini kami tayangkan beberapa profil dari mereka."
Hans Lincoln, Carlos Hank, Adam Stone, Dana Viena, James Bettany, Ewan Thompson, dan Vera Silbert. Data ketujuh orang itu kini memenuhi dinding daftar pencarian orang. Foto hingga profil mereka sudah tersebar ke seluruh Noffram. Mengumumkan kepada masyarakat luas bahwa mereka terkonfirmasi sebagai anggota kelompok yang bertanggung jawab atas kejadian ini, yaitu kelompok Troides.
"Kepolisian sudah berhasil meringkus beberapa dari tersangka. Namun, masih diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengetahui apa motif mereka yang sebenarnya. Kenapa Troides bisa masuk ke Ventuiron dan menyebarkan teror bagi Noffram dan mengancam keamanan peserta lain? Tetap simak laporan terbaru kami di Centrus News!"
<Laporan Berita Selesai>
Jempol gadis itu memencet tombol off pada remotenya. Selang infus masih mengalir di tangan kanannya. Sementara bedside monitor yang masih terpasang di tangan kirinya, memonitor tanda-tanda vitalnya.
Pipinya masih dibalut kasa yang cukup tebal. Sesekali ia meringis akibat rasa nyeri yang menjalar ke seluruh wajahnya. Matanya tampak sayu, tubuhnya serasa remuk. Dia bahkan tidak mampu menggerakkan seluruh anggota tubuhnya dengan baik hingga hari ini.
Suara ketukan pintu itu membuatnya menolehkan kepalanya. Pria jangkung itu kemudian memasuki kamar inapnya.
"Bagaimana kabarmu, Amy? Aku membawakan titipan dari Lucia untuk. Dia bilang aroma bunga bisa membuatmu sedikit lebih baik," ujar Travis sembari menaruh buket bunga berwarna cerah yang dibawanya itu ke atas nakas porselen di samping Amaryllis.
Amaryllis sedikit tersenyum walaupun pipinya terasa kaku. "Terima kasih, Travis. Aku sudah cukup baikan hari ini," jawabnya.
Laki-laki itu kemudian duduk di sampingnya. "Kau sudah makan?"
Amaryllis menganggukkan kepalanya. "Aku sudah menghabiskan buburnya tadi, meskipun sedikit hambar," jawab gadis itu yang membuat Travis tertawa kecil.
"Paling tidak buburnya bisa menambah energimu agar kau bisa segera pulih."
Suasana menjadi hening selama beberapa saat. Suara tetesan infus bahkan seperti terdengar lebih keras di indra pendengaran mereka. Membuat keadaan menjadi cukup canggung.
"Dokter bilang, kalau besok kau bisa keluar dari sini. Semua hasil pemeriksaanmu bagus," ungkap Travis.
"Syukurlah. Aku senang mendengarnya," jawab Amaryllis yang masih berusaha mendobrak ingatan di kepalanya.
Sekeras apa pun ia berusaha mengingatnya, tetap saja hal yang terakhir ia ingat hanyalah suara ledakan yang memekakan telinga.
"Travis ...," panggilnya dengan sedikit menjeda kalimatnya.
"Hm?"
"Bagaimana keadaan Samuel?" tanya Amaryllis lirih.
"Dia sudah membaik, tim medis juga masih memantau keadaannya setelah berhasil mengeluarkan dua selongsong peluru dari tubuhnya, "jawab Travis.
"Lalu Clara?"
"Dia juga masih dirawat intensif. Sayang sekali tulang panggul dan humerusnya patah. Dia sempat mengalami perdarahan juga, tapi sekarang semuanya sudah ditangani."
Mendengarnya membuat perasaan Amaryllis menjadi lebih tenang. Setidaknya dia tahu perkembangan mereka. Gadis itu kemudian menghela napasnya berat.
"Lalu bagaimana dengan ... Hans?" tanyanya kemudian.
Travis mengedipkan matanya beberapa kali sebelum menjawab pertanyaan Amaryllis. "Kepolisian masih mencari tubuhnya, kemungkinan untuk ditemukan sangat kecil. Tapi mereka akan mengusut tuntas insiden ini."
Amaryllis memejamkan matanya selama beberapa saat. Mencoba menenangkan perasaan yang mulai bergerumul.
"Sebenarnya aku membawa kabar yang kurang mengenakkan hari ini," ujar Travis
"Apa itu?"
"Dewan akan tetap menyelenggarakan penobatan pemenang Venturion besok lusa. Mereka memintamu untuk tetap hadir karena hasil pemeriksaan kesehatanmu yang cukup bagus," jawab Travis.
Amaryllis mengangkat kedua alisnya. Dia bahkan belum mampu mengangkat tubuhnya sendiri, tetapi besok lusa mereka menyuruhnya untuk naik ke atas panggung lagi?
"Aku sudah bernegosiasi dengan mereka, tapi dewan tidak mau mendengar apa pun," desah Travis.
"Tidak apa-apa. Aku akan datang, katakan itu pada mereka," jawab Amaryllis yang berusaha meraih gelas minumnya.
"Terima kasih," ujarnya ketika Travis membantunya dengan mengambilkan gelasnya itu.
"Aku akan memberitahu Lucia untuk menyiapkan penampilanmu. Aku harus pergi sekarang. Ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini," ujar Travis seraya bangkit dari duduknya. "Lucia akan segera kemari untuk menemanimu."
Amaryllis mengangguk. "Baik. Terima kasih banyak, Travis."
"Aku pergi dulu, Amy."
Amaryllis sedikit melambaikan tangannya ketika laki-laki itu keluar dari kamar inapnya. Mata hazelnya kemudian menatap ke arah bunga yang tergeletak di atas nakasnya. Warna cerah dari bunga peony dan daisy itu tidak terlihat terlalu mencolok di matanya.
Gadis itu menarik napas pelan. Dia sedikit membenarkan posisi duduknya. Siulan pelembab udara yang mengeluarkan aroma terapi itu kini memenuhi ruangan.
Seandainya dia bisa sedikit mengeluh, mungkin dia akan memberi tahu seseorang kalau petugas gizi seharusnya menambahkan garam pada masakannya.
"Berada di dalam ruangan membuatku sesak," desahnya pelan.
Amaryllis sangat ingin memulihkan tubuhnya luar dan dalam. Kelelahan itu sangat membuatnya terganggu. Namun, dia tidak bisa mewujudkannya kecuali dia mengambil cuti yang lama.
Amaryllis kemudian mendengar ada seseorang yang mengetuk pintunya. Dia sedikit menegakkan punggungnya yang semula bersandar di bantal. "Apa itu Lucia?" gumamnya.
"Masuk!" serunya.
"Amy!"sapa wanita itu yang langsung menghamburkan pelukannya.
"Oh!" Amaryllis merasakan pelukan itu terlalu erat untuknya. "Apa kau serindu itu padaku?" tanya Amaryllis tertawa kecil.
"Tentu saja sangat merindukanmu, Sayang! Kau tahu? Aku hampir terkena serangan jantung saat mendengar apa yang terjadi di babak terakhir. Untung saja kau baik-baik saja," ungkap Lucia dengan sedikit mengusap bawah matanya.
"Aku cukup beruntung, Lucia," jawab Amaryllis lirih.
"Aku tidak menyangka kau akan datang secepat ini."
Lucia terkikih. "Aku cepat-cepat datang setelah mendengar konferensi," jawabnya sembari meletakkan barang yang ia bawa ke atas meja.
"Konferensi apa?" tanya Amaryllis dengan menautkan dahinya.
"Travis belum bilang padamu?" tanya Lucia balik.
"Dia hanya memberitahuku kalau aku tetap harus menghadiri acara penobatannya besok lusa," jawab Amaryllis.
Lucia mendecak. "Huh! Aku kesal karena dewan sama sekali tidak peduli dengan masa pemulihanmu."
"Kejadian ini membuat semuanya menjadi kacau. Semua union dan sponsor terkena dampaknya. Banyak peserta yang terpaksa keluar atau dikeluarkan dari Venturion juga," ujar Lucia seraya membuka beberapa wadah yang ia bawa. "Di konferensi tadi, dewan bilang kalau mereka akan merombak besar-besaran semua yang tersisa. Sepertinya mereka sedang mengalami sakit kepala kronis sekarang."
"Wah! Apa ini yang kau bawa?" tanya Amaryllis memperhatikan roti yang terlihat lezat.
Lucia tersenyum lebar. "Aku tahu kalau makanan rumah sakit tidak enak, jadi mungkin kau mau mencicipi ini?"
"Apa kau membaca pikiranku?" tanya Amaryllis yang mengambil sepotong roti.
"Aku juga pernah dirawat, jadi aku tahu bagaimana rasanya. Makanlah yang banyak, Amy," jawab Lucia.
"Katamu para sponsor juga terdampak?"
Lucia mengangguk. "Itu sudah jelas. Mereka menderita kerugian yang sangat besar setelah insiden besar ini. Aku yakin akan terjadi krisis moneter lagi dalam waktu dekat."
Amaryllis masih mengunyah rotinya dengan perlahan. Dia sedikit mengernyitkan dahinya. Sepertinya bukan makanannya yang salah, melainkan indra pengecapnya yang tidak berfungsi maksimal.
"Lalu apa lagi yang terjadi?" tanya Amaryllis.
"Pihak berwenang sedang menyelidiki Blue Sky. Aku khawatir mereka membawa dampak yang buruk bagi Myriad Corp."
"Blue Sky?" sergah Amaryllis ketika mendengar salah satu sponsor yang merupakan perusahaan afiliasi Myriad Corp. Salah satu perusahaan yang ikut mendanai Red Thunder karena menjadi sponsor dari Clara dan Hans.
"Mereka dicurigai dan diduga menjadi komplotan kelompok itu karena mensponsori semua peserta yang berasal dari Orisea," jawab Lucia yang kemudian memegangi kepalanya yang terasa berat.
"Bukankah seperempat tim perancang arena tahun ini dipegang oleh mereka? Pantas saja kalau para kriminal itu bisa menyusup dengan mudah," gumam Lucia yang membuat Amaryllis ikut memikirkannya.
Myriad Corp adalah penanggung jawab Venturion tahun ini. Tidak aneh jika perusahaan afiliasi mereka juga ikut andil dalam perancangan permainan. Namun, akibat nama Blue Sky yang terseret dengan nama tersangka, bukankah hal ini cukup untuk menyudutkan Myriad Corp?
"Apakah ini juga rencana mereka untuk menghancurkan Myriad?"
✬✬✬
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top