46 - Akhir Sentral
[PERINGATAN!] Cerita ini hanyalah fiksi belaka, semua karakter, alur, serta beberapa latar dalam cerita adalah milik penulis yang tidak terlepas dari berbagai inspirasi.
Selamat Membaca!
✬✬✬
Getaran yang cukup kuat kembali menghujamnya. Amaryllis masih berusaha melompati beberapa bebatuan berlumut yang tampak mulai bergerak. Sepertinya perputaran arena kembali terjadi untuk yang kesekian kalinya. Pohon-pohon yang tinggi itu saling berjatuhan dengan keras. Matinya sistem keamanan di sana tampaknya tidak mempengaruhi rancangan perputaran arena.
Pikirannya kacau. Tubuhnya berusaha keras untuk tidak tertimpa pohon yang ambruk. Kakinya menghindari beberapa retakan tanah yang lebar. Satu-satunya yang masih ia pikirkan sekarang adalah dia harus berusaha mencapai sentral bagaimana pun caranya. Jika dia bisa keluar dengan selamat lebih dulu, mungkin para komplotan itu bisa diatasi dengan cepat.
"Lompat!" serunyanya ketika ia melompati sebuah batang pohon yang menggelinding.
Amaryllis tersentak ke belakang. Tanah yang licin hampir membuatnya terjerembab ke dalam ceruk. Untung saja tangannya dapat meraih sebuah akar yang menggantung untuk menahan tubuhnya.
"Tidak. Aku harus mencari Samuel dulu," ujarnya ditengah kebingungan yang semakin melanda batinnya. Semua rencana yang ia susun sebelum masuk ke Valka langsung buyar seketika.
Spora dan debu yang beterbangan membuat napasnya terasa sesak. Menutupi hampir separuh pandangan Amaryllis. Dia masih berusaha lebih keras untuk keluar dari kukungan debu itu.
Ketika tenaganya sudah cukup terkuras untuk melompat dan menghindari setiap pohon yang jatuh. Tanah yang ia pijaki tiba-tiba saja amblas dengan cepat hingga membuat tubuhnya hampir terperosok ke dalamnya. Namun, beruntungnya sebuah tangan yang kekar itu berhasil menangkap tubuhnya dan menjauhkannya dari sana.
"Sam!" sergah Amaryllis ketika melihat laki-laki itu berusaha menariknya keluar dari lubang.
"Bertahanlah, Amy!"
"Ayo! Cepat!" serunya setelah berhasil mengeluarkan Amaryllis agar gadis itu berlari lebih cepat.
Akan tetapi, kaki mereka berhenti tepat di pinggir jurang yang cukup dalam. Sementara tanah yang bergerak semakin mendekat. Mereka kehabisan pijakan untuk menghindarinya.
"Sam itu!" tunjuk Amaryllis kepada akar pohon besar yang menjuntai di atas jurang.
"Apa kau yakin akan menyebrang menggunakan itu?"
"Tidak ada pilihan lain!" seru Amaryllis seraya memegangi akar itu dengan kuat dan berayun ke sebrang bersama dengan laki-laki itu di saat yang riskan.
Satu ayunan keras berhasil membawanya ke tanah sebrang. Suara debuman akibat tubuhnya yang menhantam tanah itu terdengar cukup keras. Mata hazelnya membulat sempurna. Tangannya memegangi dadanya yang masih berdetak tak karuan.
"Ingin bangun?" tanya Samuel yang membantunya untuk duduk.
"Ini belum selesai?" tanya Amaryllis dengan napas yang terengah.
"Kau baik-baik saja kan, Sam?" tanya Amaryllis lagi.
"Aku baik-baik saja seperti yang kau lihat," jawab Samuel.
"Hans ... aku melihatnya bersama Adam. Apa itu yang kau maksud?" tanya Amaryllis yang membuat Samuel membelalak.
"Apa yang sebenarnya terjadi di sini?" tanya gadis itu frustrasi.
"Ini rumit untuk dijelaskan sekarang, Amy. Yang jelas dugaanku, mereka adalah komplotan kelompok Troides yang menyusup," jawab Samuel.
"Sebanyak itu? Bagaimana mereka bisa masuk ke Venturion?" tanya Amaryllis yang bingung.
Tidak mungkin mereka dapat masuk dengan mudah. Apalagi sampai ikut ke dalam Venturion. Seleksi yang dilakukan oleh dewan bahkan sudah dilakukan dengan ketat. Mereka bahkan melihat riwayat hidup peserta sebelum menyetujuinya untuk bergabung ke dalam union.
"Apa ada orang dalam yang membantu mereka? Tidak mungkin!"
"Aku tidak tahu. Kita semua kebobolan."
"Apa alasan mereka melakukan semua ini?" tanya Amaryllis dengan alis yang bertautan.
Yang pertama adalah masalah sabotase di Acumen dan sekarang mereka harus menghadapi masalah pelik di Valka. Apa insiden Acumen kemarin hanya sebagai bentuk pengalihan untuk rencana yang lebih besar.
Samuel terdiam sejenak. "Sepertinya ini terkait pemberontak-"
Tubuh Samuel tiba-tiba saja menerima sinyal bahaya. Laki-laki itu langsung menarik Amaryllis untuk menjauhkannya dari sebuah peluru yang hampir menyerempet tubuhnya.
Amaryllis dengan sigap membaca keadaan. Dia langsung menembak panah elektriknya ke arah orang yang sedang bersembunyi di balik semak. Membuat Adam jatuh tersungkur ke tanah karena tersetrum.
"Amaryllis!" sambut Hans yang kini sudah menodongkan dua buah pistol ke arahnya dan juga Samuel.
"Apa yang kau lakukan, Hans? Bukankah kita rekan?" tanya Amaryllis yang kini juga mengarahkan panahnya kepada pemuda itu.
Hans terkekeh sinis sembari berjalan mendekati Samuel. Lalu Adam yang tadinya tergeletak, sekarang sudah bangkit dari posisinya.
"Hati-hati, Amy," ingat Samuel yang juga mengarahkan senjatanya kepada kedua orang itu.
"Kenapa kau melakukan ini?" tanya Amaryllis lagi kepada Hans yang tampak berantakan.
Tangan Hans kini sudah memegang erat-erat pistolnya. "Ini semua karenanya!" geram Hans sembari menunjuk Samuel dengan pistolnya.
"Karena korporasinya, daerah kami jadi terdampak! Orang-orang seperti dia hanya bisa menginjak-injak orang-orang lemah seperti kita! Apa kau tidak sadar?" sinis Hans yang membuat wajah Samuel tampak mengeras.
"Myriad Corp telah merenggut keluarga kami. Mereka tidak pernah merasa bersalah! Orang-orang kolot itu justru terus-menerus menghamburkan uang yang mereka dapatkan dari penderitaan kami!"
Amaryllis masih menguatkan kuda-kudanya dan mengencangkan genggamannya. Dia merasa geram, tetapi tidak berdaya di waktu yang bersamaan. Benang merah itu kini mulai tampak. Cerita tentang keluarga Hans yang pernah ia dengarkan sekarang muncul kembali di benaknya.
"Aku minta maaf atas semua yang terjadi. Tapi kau tidak perlu masuk ke Troides hanya untuk membalas dendam. Masih ada cara lain yang bisa dilakukan untuk menuntut keadilan," ujar Samuel yang membuat Hans tertawa keras.
"Maafmu itu tidak berguna, Sam. Keadilan yang kami cari hanya bisa digapai dengan cara ini," tanggapnya tersenyum miring.
Amaryllis tertegun pada tempatnya. Hans yang ia kira bersahabat ternyata memiliki sisi yang lebih kelam. Walaupun kehilangan keluarga dengan tidak adil memang menyakitkan, tetapi sekarang pemuda itu sudah dibutakan oleh rasa dendam. Kebencian yang sudah mengakar sampai ke lubuk hatinya itu membuatnya secara sukarela bergabung ke kelompok militan itu.
"Kalian tahu apa yang sedang terjadi di luar arena sekarang?" tanya Hans dengan menyeringai.
"Kekacauan! Troides berhasil mengambil alih pusat energi yang dipegang Myriad Corp di Sektor 2. Kami akan menghancurkan sistem perbudakan ini dan menuntut balas!"
Amaryllis dan Samuel tersentak keras. Gadis itu bersusah payah menelan ludahnya. Apa yang diutarakan Hans memang tidak sepenuhnya salah. Sistem perbudakan modern memang sudah menjadi momok bagi orang-orang kecil seperti mereka. Karena di antara kemakmuran dan kemajuan teknologi suatu negara, pasti ada saja kaum yang harus dikorbankan.
"Jadi kalian berniat untuk memberontak?" tanya Amaryllis lantang.
"Ini adalah revolusi, Amy. Setiap pilar yang usang harus diganti, walaupun harus mengorbankan beberapa orang."
Amaryllis sedikit menggelengkan kepalanya. Meskipun begitu, apa yang dilakukan oleh pemuda itu tetaplah salah.
"Tapi kau tidak harus seperti ini! Ini tidak akan mengembalikan keluargamu, Hans!" seru Amaryllis.
Pemuda itu tertawa sinis. "Benar. Tapi paling tidak, Tuan Edward Raedeen akan dapat merasakan keputusasaan yang kami rasakan ketika kehilangan sesuatu yang berharga," ujarnya sebelum pemuda itu menarik pelatuknya.
Amaryllis merasakan tubuhnya seketika membeku. Dia masih mencerna situasi genting yang barusan terjadi. Saat kesadarannya pulih kembali setelah beberapa detik. Tangannya langsung menarik tali busurnya dan memanah Adam beserta Hans.
Adam kembali tersungkur ke tanah. Namun, Hans berhasil menghindari panahnya. Pemuda itu langsung balik menyerang Amaryllis. Dia berusaha melumpuhkan gadis itu dengan menggunakan pemukulnya.
Amaryllis terpekik tatkala ujung pemukul itu berhasil mengenainya. Saraf-sarafnya seolah berhenti seketika. Ternyata pemukul itu juga dapat menyetrum tubuhnya. Dia kehilangan keseimbangan tubuhnya untuk sesaat.
"Sebenarnya kau itu kadang pintar tapi juga naif, Amy. Aku hampir berterima kasih kepadamu karena kau telah membuat Asa dan Thomas dikeluarkan dari Venturion. Mereka hampir saja menggagalkan rencana kami," ujar Hans yang membuat gadis itu terbelalak.
"Jadi Acumen itu juga ulahmu!" berang Amaryllis.
"Bukan salahku karena membuat Selina koma, salahkan tubuhnya yang lemah," jawab Hans enteng dengan mengedikkan bahunya. "Sayangnya kau tidak berada di pihak kami," lanjutnya seraya kembali memukul gadis itu.
"Menurutmu kenapa peserta dari Sektor 2 masih bisa kembali ke arena, sedangkan yang lainnya tidak?" tanya Hans yang merujuk kepada teman-temannya yang juga terjun di Acumen, tetapi dapat pulih dengan cepat tanpa ada efek samping yang berarti.
Amaryllis sedikit meremas jari-jarinya. Dia tidak menyadari hal itu. Dia terlalu mencurigai Thomas karena perilaku dan sikapnya yang tidak menyenangkan. Mereka berhasil membungkusnya dengan rapi dan berhasil mengelabui semua orang dengan menciptakan kambing hitam baru.
Amaryllis masih berusaha menghindari Hans yang berusaha menembaknya. Namun, Amaryllis memekik tatkala merasakan salah satu peluru itu berhasil menyerempet bagian tubuhnya. Dia belum bisa memastikan bagian mana yang terkena karena Hans berhasil mengunci pergerakannya duluan.
Amaryllis membelalakkan matanya. Rahangnya mengetat, pergerakannya tertahan. "Sayangnya kau juga harus berakhir di sini, Amaryllis," ujar Hans yang hendak mengarahkan pistolnya itu, tetapi justru berteriak keras ketika sebuah jarum berhasil menusuk tangannya.
✬✬✬
✬ Mulmed: Hidden Citizens - Is This The End feat. Sam Tinnesz and Young Summer
✬ Holla Hai, Bab 46 sudah dipublish ya! This is so long I guess? Terima kasih buat yang udah baca cerita ini, semoga kalian stay happy and stay healthy, stay safe all 💕 see you again ~ ✨
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top