28 - Janggal

[PERINGATAN!] Cerita ini hanyalah fiksi belaka, semua karakter, alur, serta beberapa latar dalam cerita adalah milik penulis yang tidak terlepas dari berbagai inspirasi.

Selamat Membaca!

✬✬✬

Dewan Cascallustre tengah menggelar pertemuan penting hari ini. Wajah dewan tampak mengeras ketika beban itu ditambahkan ke pundak mereka secara paksa. Insiden tempo hari di Acumen nyaris membuat mereka kebakaran jenggot.

Untung saja media berhasil mengalihkan rasa penasaran masyrakat Noffram. Kegaduhan yang terjadi di Centrus saja sudah cukup membuat dewan sakit kepala, bagaimana dengan 7 sektor lainnya? Jika rakyat di sektor-sektor jadi sulit dikendalikan akibat insiden ini, Centrus tidak bisa menjamin kalau tentara nasional dapat mengatasinya dengan baik.

Setelah membahas beberapa hal yang serius, pria bersetelan jas beludru hitam itu kini mengangkat tangannya. "Maaf karena aku menyela, tapi apakah kita tidak bisa menunda babak Gallantry lebih lama lagi? Mungkin 5 atau 6 hari lagi?" usul Tuan Roney Licester, anggota Dewan Cascallustre dan Mentor Eagle Eye.

"Aku menolak usulanmu, Tuan Licester," jawab Tuan Charles Smith, Kepala Dewan Cascallustre.

"Permainan akan tetap dilanjutkan besok lusa. Kita sudah menyepakatinya sejak awal," imbuhnya yang kemudian membuka panel di tengah meja.

Tuan Roney sedikit mengepalkan tangannya. "Bukankah lebih baik kalau kita mengusut tuntas siapa dalangnya terlebih dahulu?"

"Penyidik sudah menemukannya," ujar Tuan Charles sembari menampilkan data yang diperoleh oleh Biro Keamanan.

Tuan Roney menaikkan sebelah alisnya. "Helper? Maksud Anda orang yang akan disalahkan tanpa bukti-bukti yang kuat?" tanya Tuan Roney yang terdengar sarkas.

"Tim penyidik hanya perlu melengkapi data pendukung sembari kita melanjutkan Venturion. Mereka akan menyelesaikannya dengan cepat," jawab Tuan Charles.

"Aku setuju kita melanjutkan permainannya lebih cepat," timpal dewan lain.

"Lagi pula, tidak ada anak didikmu yang terluka parah. Asetmu masih aman, jadi apa yang kau khawatirkan?" tanya dewan lain yang meragukan usulan Tuan Roney.

"Jika Venturion tertunda terlalu lama, para investor pasti akan menuntut pengembalian dana dan pembayaran denda. Kita tidak bisa membiarkan Centrus mengalami kerugian yang besar," tambah Tuan Charles.

Tuan Roney tersenyum miring. "Aku hanya was-was jika sampai ada insiden yang serupa lagi. Permainan akan terasa kurang meriah jika ada peserta lain yang jatuh sebelum permainan yang asli dimulai."

"Aku menghargai kekhawatiranmu, tapi permainan akan tetap meriah selama kita masih memiliki kartu as," ujar Tuan Charles yang mendapatkan senyuman kaku dari Tuan Roney.

"Apakah ada yang ingin mengemukakan pendapatnya lagi?" tanya Tuan Charles sembari menutup layar panelnya. "Jika tidak ada, pembahasan hari ini kita akhiri sampai di sini. Aku harap, insiden ini tidak akan mengganggu jalannya Venturion," pungkasnya.

Para dewan mulai meninggalkan ruang pertemuan itu satu per satu. Tuan Roney memilih diam di tempat duduknya selama beberapa waktu. Laki-laki itu memejamkan matanya sebentar untuk meredam emosinya yang sudah berada diujung lidahnya.

"Aset dan kartu as katanya?" desisnya dengan menghembuskan napasnya kasar.

Rasanya laki-laki itu sudah muak dengan kedua istilah yang mereka sematkan itu. Peserta Venturion selalu mereka anggap sebagai objek yang menjadi aset Cascallustre dan Centrus. Sedangkan kartu as adalah para pemenang Venturion yang membawa keuntungan materiil.

Sekali lagi, menjadi salah satu anggota dewan memaksanya untuk memakai topeng kaum kapitalis.

✬✬✬

Investigasi masih terus dilakukan ketika mereka menyiapkan Gallantry yang akan dimulai besok lusa. Amaryllis membawa tas kecilnya untuk bersiap pergi hari ini. Clara yang sedang menalikan sepatu itu melihat Amaryllis yang hendak keluar dari kediaman mereka.

"Kau mau ke mana, Amy?" tanya Clara yang melihatnya sudah berpakaian rapi.

"Pergi ke rumah sakit," jawab Amaryllis.

"Sendirian?" tanya Clara yang mendapat anggukan dari Amaryllis.

"Aku tahu kau punya waktu luang untuk ke sana, tapi Tuan Edward Raedeen ingin menemuimu hari ini pukul 2 siang," ujar Clara yang kemudian berdiri dari posisinya. "Kau bisa meluangkan waktumu untuk pergi ke Myriad Corp setelah dari rumah sakit, kan?"

"Tentu saja. Aku akan pergi ke sana nanti," jawab Amaryllis.

"Kalau kau butuh pendamping, telepon saja Travis."

"Baiklah, aku mengerti," jawab Amaryllis sembari mengamati Clara sudah memakai setelannya dan membawa tabung besi. "Kau mau pergi geladi?" tanyanya.

"Iya."

"Kalau begitu hati-hati, Clara. Semangat! Aku pergi dulu," pamit Amaryllis.

Amaryllis duduk di kursi monotrain Cascallustre dengan santai. Hanya perlu memakan waktu sekitar 3 menit untuk sampai ke Pusat Medis Centrus jika dia menaiki transportasi itu. Ketika dia mengamati pemandangan di luar, dia jadi teringat dengan kereta tua yang selalu ia naiki dari Wanner ke desanya dulu.

Meskipun kereta tua itu tidak secepat dan sebagus monotrain yang ia naiki sekarang, tetapi kereta itu sangat berjasa bagi hidupnya. Tanpa transportasi sederhana itu, dia tidak mungkin bisa menjual hasil buruannya ke kota untuk menyambung hidupnya. Amaryllis kembali menyadari bahwa hidupnya sudah berjalan sejauh ini, bahkan mungkin sudah terlalu jauh untuknya kembali.

Selama mengikuti Venturion, mereka hanya perlu mengikuti jadwal yang sudah diberikan. Misalnya melakukan geladi bersih seperti yang Clara dan Samuel lakukan hari ini. Melihat dan mencoba arena yang akan mereka gunakan untuk berkompetisi akan sangat membantu peserta saat mereka memasuki permainan aslinya. Namun, jika tidak ada jadwal, mereka masih diperbolehkan untuk pergi selama itu masih berada di kompleks Cascallustre dan di bawah pengawasan dewan.

Bunyi ding terdengar di telinganya, menandakan dia sudah sampai di tempat tujuan. Setelah turun dari gerbongnya, Amaryllis langsung keluar dari peron segera menuju ke gedung bangsal perawatan. Namun, dia sedikit melambatkan jalannya ketika melihat salah satu rekannya ternyata sudah berada di sana lebih dulu.

"Aku tidak menyangka kau datang kemari, Thomas," sapa Amaryllis yang membuat pemuda itu menoleh.

"Aku hanya menjenguk mereka, apa itu tidak boleh?" jawab Thomas.

Amaryllis mengernyitkan dahinya ketika dia melihat sosok lain yang berdiri di dekatnya.

"Halo, Amaryllis," sapa Asa yang entah dari mana bisa bersama dengan Thomas, lagi.

"Halo juga, Asa," jawab Amaryllis yang mengamati gelagat kedua orang itu sejenak. Sudah dua kali ini dia melihat mereka berdua bersama. Rasanya ini bukan hanya kebetulan semata.

"Bolehkah aku permisi dahulu?" tanya Amaryllis yang menghiraukan isi pikirannya.

"Silahkan," jawab Asa dengan sedikit mengangguk.

"Terima kasih."

Amaryllis kemudian berjalan melewati mereka untuk masuk ke elevator dengan cepat. "Apa yang sebenarnya mereka bicarakan di sini?" gumamnya yang dibarengi dengan menutupnya pintu elevator.

Pintu putih dengan corak sulur itu ia tatap selama beberapa saat. Bangsal perawatan terasa tidak terlalu ramai setelah kehebohan yang terjadi. Amaryllis yang mengetuk pelan pintu bernomor 06 itu, lantas melangkah masuk ketika pemilik kamar memberinya izin.

"Oh, Amy! Aku tidak menyangka kau akan datang!" seru Hans yang langsung menyingkirkan piringnya.

"Apa aku mengganggu waktu makanmu, Hans? Kau bisa menyelesaikannya dulu."

"Tidak. Aku sudah selesai makan. Ngomong-ngomong kau kemari sendirian?" tanya Hans.

"Iya, semua orang sibuk jadi aku sendirian. Bagaimana keadaanmu? Melihat kau sudah menghabiskan makananmu, sepertinya kau sudah baikan."

Hans mengangguk pelan. "Aku sudah merasa jauh lebih baik hari ini."

Amaryllis kemudian duduk di kursi biru di samping ranjang Hans. "Syukurlah kalau begitu, kau harus segera pulih."

"Bagaimana permainannya?" tanya Hans kemudian.

"Mereka menundanya sampai lusa."

Hans menghela napasnya. "Ini tidak bisa dibiarkan. Permainan tahun ini hampir kacau."

"Tapi jangan khawatir, Amy. Aku pasti akan segera sembuh untuk Valka nanti," jawab Hans dengan tersenyum lebar.

Amaryllis menganggukkan kepalanya. Membatalkan permainan memang mustahil untuk dilakukan. Dewan pasti akan menentangnya dengan keras.

Mereka sudah menggelontorkan banyak biaya yang fantastis untuk arena Venturion. Para peserta juga sudah terikat dengan kontrak yang mereka tanda tangani. Mereka wajib mengikuti rangkaian babak Venturion, selama tidak ada alasan yang berarti. Tidak peduli seberapa banyak luka yang mereka derita, jika mereka masih sanggup untuk berdiri di arena maka tidak ada pengecualian yang berlaku untuk absen dari permainan.

"Lalu bagaimana dengan kabar dari peserta Acumen yang lain?" tanya Hans.

"Setahuku, beberapa orang masih harus berada di ruang perawatan intensif, termasuk juga Selina," jelas Amaryllis.

Wajah Hans sedikit murung. "Aku masih tidak habis pikir hal ini bisa terjadi," desahnya pelan. "Kami bahkan tidak mencium apa pun saat masuk ke arena. Bagaimana senyawa semacam itu bisa masuk ke sana?"

"Aku juga belum tahu, tapi Biro Keamanan sudah melakukan pemeriksaan, mereka sedang memeriksa helper yang bekerja untuk Acumen kemarin."

"Helper?" tanya Hans bingung.

"Salah satu helper yang menjadi terduga insiden ini," ungkap Amaryllis.

Hans tertawa canggung. "Bagaimana bisa mereka mencurigai helper?" tanya pemuda itu ragu.

"Karena aku melihatnya," ujar Amaryllis yang membuat pemuda itu membelalak.

"Aku juga sempat terkena cairan dari senyawa itu dan aku melihat seorang helper yang membawanya."

Hans sedikit ternganga. "Ini ... cukup sulit untuk dipercaya," gumam Hans yang tampak berpikir sejenak.

"Ngomong-ngomong, apa Thomas tadi menjengukmu?" tanya Amaryllis.

"Thomas? Dia tidak datang kemari. Memangnya kenapa?" jawab Hans yang membuat kedua alis gadis itu terangkat.

"Aku tadi melihatnya di luar, jadi dia tidak ke sini?" tanya Amaryllis lagi.

Hans menggeleng. "Kau adalah orang kedua setelah Travis yang menjengukku hari ini, Amy," jawab Hans.

"Jadi Thomas tidak benar-benar mengunjunginya?"

"Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Hans.

"Tidak. Apa kau mau makan buah? Aku bisa mengiriskannya untukmu," tawar Amaryllis yang menunjuk beberapa apel yang ada di meja.

"Boleh. Terima kasih."

Amaryllis tenggelam dalam pikirannya. Kenapa Thomas berbohong kepadanya? Dia kemudian menggelengkan kepalanya kecil. Lagipula, hal itu tidak penting untuknya, kan?

Amaryllis mengobrol kecil dengan Hans. Beberapa kali pemuda itu kembali menceritakan sektornya.

Amaryllis mendengarkannya dengan penuh perhatian. Sektor 2 memang terkenal dengan wilayah perairan yang luas. Mereka memiliki garis pantai yang panjang dan pembangkit listrik tenaga air raksasa.

Air Terjun Zinnia di Orisea merupakan pembangkit listrik tenaga air terbesar di Noffram. Meskipun bukan merupakan air terjun tertinggi, tetapi Air Terjun Zinnia merupakan air terjun terbesar yang memiliki debit air lebih dari 15.000 meter kubik per detik dengan ketinggian sekitar 196 m dan lebar 1928 m.

Sebenarnya Acerion yang bertugas untuk menyediakan energi bagi negara mereka. Namun, karena keterbatasan sumber daya alam yang ada di Sektor 1. Orang-orang dari Acerion pun kemudian berbondong-bondong membawa peralatan canggih mereka ke sektor lain. Mereka pun memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh sektor lain, demi memenuhi kebutuhan energi yang Centrus dan Noffram perlukan.

Salah satu korporasi yang melakukan hal itu adalah Myriad Corp. Mereka membutuhkan energi besar yang ramah lingkungan untuk menggerakkan perusahaannya. Oleh karena itu, mereka memiliki anak perusahaan di Sektor 2.

Sayangnya, banyaknya korporasi yang mulai membangun pondasi mereka di Orisea, juga diiringi dengan jumlah dampak buruk yang muncul di sana. Disadari atau tidak, langkah mereka untuk mengekspansi energi justru menciptakan sistem perbudakan modern bagi penduduk asli Orisea.

Pembayaran pajak yang semakin tinggi, serta penggusuran wilayah dengan dalih pembangunan pembangkit listrik dan sumber energi, memaksa masyarakat Orisea untuk bekerja lebih keras. Hans sempat bercerita kalau keluarganya tidak mendapatkan kompensasi yang sesuai untuk tanah yang mereka berikan. Hal yang lebih parah pun terjadi ketika Hans dan keluarganya tidak kunjung mendapatkan tunjangan kematian yang layak, setelah nyawa kedua orang tuanya terenggut akibat kecelakaan kerja.

Amaryllis terperangah selama beberapa saat. Dulu saat dia masih berada di Thon, dia kira hanya wilayahnya saja yang paling malang di Noffram. Namun, ternyata wilayah lain pun juga mengalami hal yang sama. Mereka harus berjuang keras untuk hidup di tengah eksploitasi berkedok pembangunan.

Hans sekali lagi membuat Amaryllis trenyuh. Alasan pemuda itu berpartisipasi dalam Venturion adalah untuk mendapatkan uang yang cukup untuk membiayai adik-adiknya yang tinggal di Orisea. Pemuda itu juga mengatakan kalau dia tidak keberatan harus terluka, asalkan adik-adiknya bisa hidup dengan nyaman.

Meskipun hatinya terasa sedikit berat untuk meninggalkan Hans, tetapi jam sudah menunjukkan pukul 1 siang. Dia harus bergegas pergi ke Myriad Corp sekarang. Amaryllis tidak ingin membuat kesan yang buruk karena datang terlambat saat menemui sponsornya.

Kedua kaki Amaryllis menuntunnya untuk berjalan perlahan menyusuri koridor rumah sakit. "Amaryllis!"

Amaryllis menolehkan kepalanya ketika namanya dipanggil. Matanya menangkap sosok Gavin yang tengah melambaikan tangannya ke arahnya dan sedikit berlari kecil. Hari ini sepertinya Amaryllis bertemu dengan banyak orang di sana. Apa mereka benar-benar mengkhawatirkan anggotanya?

"Kau sendirian?" tanya Gavin.

Amaryllis sedikit mengangguk. "Kau juga sendiri?" tanya balik Amaryllis.

"Tidak, aku bersama dengan Alastair dan Callana," jawab Gavin yang membuat kedua alis gadis itu terangkat.

"Mungkin karena William juga sedang geladi bersih untuk Gallantry. Makanya dia datang bersama mereka."

"Bagaimana keadaan anggotamu?" tanya Amaryllis.

"Mereka baik-baik saja. Lalu bagaimana denganmu? Aku dengar kau terkena juga."

"Aku baik-baik saja, ini tidak parah," jawab Amaryllis dengan sedikit menunjukkan tangannya yang sudah sembuh.

"Syukurlah kalau begitu. Paling tidak kita harus bertemu di arena Flair. Atau akan lebih baik lagi jika kita berdua juga sampai di Valka. Itu pasti akan sangat menyenangkan!" ujar Gavin dengan antusias.

"Tentu saja, terima kasih atas perhatiannya," jawab Amaryllis dengan senyum datarnya.

Pemuda itu menarik ujung bibirnya selebar mungkin. "Dengan senang hati."

"Gavin?" panggil seorang laki-laki jangkung yang datang dari belakang pemuda itu.

"Ya, Al?" tanya Gavin yang membalikkan badannya.

Alastair mengembangkan senyumnya tatkala melihat Amaryllis yang berdiri di sini. "Amaryllis, senang bertemu denganmu lagi," sapanya.

Gadis itu tersenyum kecil. "Senang bertemu denganmu juga," jawabnya.

"Callana memanggilmu untuk kembali ke dalam," ujar Alastair kepada pemuda berambut pirang itu.

"Benarkah? Kalau begitu aku masuk dulu, dah Amaryllis." ujar pemuda itu dengan melambaikan tangannya sembari berjalan untuk masuk ke dalam ruangan.

"Kalau begitu aku permisi dulu," ujar Amaryllis dengan sedikit membungkuk.

"Tunggu sebentar, Amaryllis!" panggil Alastair yang membuat gadis itu menghentikan langkahnya.

"Sebenarnya, berhubung kita bertemu di sini bukankah sebaiknya kita bisa minum teh bersama?" tanya Alastair yang membuat Amaryllis mengangkat sebelah alisnya. Mereka bahkan tidak dekat. Hanya untuk sekadar minum teh, bukankah itu akan terasa aneh meskipun hanya basa-basi belaka?

"Maaf, Alastair. Tapi sekarang aku harus pergi ke Myriad Corp."

"Bagaimana kalau kita makan malam besok? Kau tidak berpartisipasi di Gallantry, jadi mungkin kau punya waktu?" tawar laki-laki itu, tetapi belum kunjung dijawab oleh Amaryllis.

"Hanya makan malam biasa secara privat. Aku akan meminta izin Frans, jika kau meragukan niatku," ucapnya meyakinkan.

"Baiklah, tidak masalah," jawab Amaryllis.

"Kalau begitu, sampai jumpa besok di Le Rouge. Aku mengharapkan kedatanganmu."

Amaryllis sedikit menarik ujung bibirnya sembari mengangguk pelan. "Aku permisi dulu," pamitnya.

✬✬✬

Hai semua, aku balik lagi!

Terima kasih buat pembaca yang udah mampir kesini, kalau kalian suka kalian bisa pencet bintang dan kasih komentar di kolom bawah . Have a good day and see you again~

2021 © Anna Utara

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top