25 - Peringatan

[PERINGATAN!] Cerita ini hanyalah fiksi belaka, semua karakter, alur, serta beberapa latar dalam cerita adalah milik penulis yang tidak terlepas dari berbagai inspirasi.

Selamat Membaca!

✬✬✬

Tiga puluh menit bukanlah waktu yang lama, tetapi Amaryllis tetap ingin melihat keadaan kedua temannya di belakang arena. Tidak ada orang yang boleh mengakses tempat di balik arena dengan sembarangan. Namun, berkat kemenangannya, Amaryllis mendapatkan sebuah hak khusus. Gadis itu bisa mengaksesnya dengan mudah bersama dengan Samuel yang merupakan wakil ketua union.

"Oh, Amy! Kau datang kemari dengan Samuel?" sergah Selina yang melihatnya masuk ke ruang istirahat mereka.

"Dia hanya ingin melihat keadaan kalian," jawab Samuel yang disetujui Amaryllis dengan anggukkan.

"Terima kasih, tapi kau seharusnya tidak perlu repot-repot ke sini. Penampilanku terlihat buruk," canda Hans seraya membuka helmnya.

"Kalian keren sekali tadi!" ungkap Amaryllis dengan mengacungkan jempolnya.

"Terima kasih banyak, Amy. Tapi kami belum memasuki tahap ketiga, jadi simpan dulu semangatmu untuk nanti, okay?" ujar Selina.

Beberapa helper mulai membantu Selina dan Hans untuk mengganti setelannya. Pasalnya, setelan yang mereka kenakan sejak awal permainan sudah banyak terkoyak akibat tahap kedua. Amaryllis penasaran sebenarnya mereka aslinya didatangkan dari mana. Namun, kata Samuel semua helper berasal dari Sektor 0. Sebuah daerah yang tidak diketahui letak pastinya, tetapi dikatakan bahwa daerah itu merupakan daerah yang paling terisolasi di Noffram.

"Ngomong-ngomong apa ada yang ingin kalian tanyakan sebelum masuk ke arena lagi?" tanya Samuel.

"Berkat Selina, teka-tekinya terasa lebih mudah," ungkap Hans yang memuji kecerdasan rekan sebabaknya. "Tapi kami belum melihat peserta dari union lain, sejauh ini kami hanya berjumpa dengan Phoenix sekali. Kira-kira di mana mereka?" tanyanya kemudian.

"Aku pikir mereka pasti ada di sebrang kita, Hans," timpal Selina.

Arena Acumen dan Flair didesain untuk bergeser setiap 20 menit. Itulah sebabnya mereka kesulitan untuk melihat arah mata angin di dalam arena. Mereka harus menghafalkan bentang alam dengan baik agar tidak kehilangan arah.

Para penonton juga tidak bisa melihat ke arah mana mereka datang atau pergi. Karena apa yang ditampilkan melalui panel hanyalah cuplikan saat-saat menegangkan saja. Bukannya keseluruhan arena Acumen yang sangat luas.

"Sepertinya aku sempat melihat Antares di dekat sebuah batu besar," ujar Amaryllis mengingat kembali apa yang sempat ia lihat.

"Aku tidak melihatnya," gumam Samuel.

"Batu besar? Sepertinya itu dekat dengan daerah kita, Selina," ujar Hans."

"Itu benar. Kalau tidak salah lihat ada sebuah batu yang sangat besar di sayap timur," jawab Selina.

"Kalau begitu, kalian harus menghindari Antares. Jangan sampai bertemu dengan mereka dulu," saran Samuel.

"Baik, kami akan berusaha sebaik mungkin," jawab Hans yang sudah selesai membenahi setelannya.

Amaryllis sedikit mengusap lengannya sendiri. Bukan karena dingin, tetapi dia mencoba untuk menenangkan dirinya yang ikut gelisah. Meskipun bukan dirinya yang masuk ke arena Acumen, tetapi Amaryllis tetap merasa risau karenanya.

Suara bel terdengar nyaring melalui speaker yang ada di sana. Pemberitahuan bahwa waktu istirahat telah usai membuat peserta mengaktifkan kembali mode khusus mereka. Mereka harus segera kembali memasuki arena dan menyelesaikan tahap terakhir.

"Semangat Hans dan Selina, semoga berhasil!" seru Amaryllis menyemangati ketika kedua rekannya yang sudah berdiri di atas piringan teleportasi.

"Terima kasih, Amy. Sampai jumpa lagi nanti!" balas mereka berdua yang hampir bersamaan sebelum memasuki arena Acumen.

"Ayo kita kembali sekarang," ajak Samuel.

Amaryllis mengangguk pelan lalu berjalan di belakang Samuel untuk kembali ke tribun. Namun, saat dia melintasi persimpangan lorong di belakang arena. Seseorang tanpa diduga menabraknya dengan cukup keras hingga mereka terjatuh.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Samuel sembari membantu Amaryllis untuk berdiri kembali.

"Aku baik-baik saja," jawab Amaryllis yang langsung bangkit.

"Lain kali kau harus memperhatikan langkahmu!" ujar Samuel kepada helper itu.

"Tidak apa-apa, Sam," ujar Amaryllis yang kemudian memperhatikan helper yang masih terduduk di lantai dengan tangan yang bergetar. "Mari aku bantu,"ujar Amaryllis sembari mengulurkan tangannya.

Helper itu tidak menerima uluran tangannya. Dia justru mengeratkan tangannya yang tengah menggenggam sesuatu yang tidak bisa Amaryllis lihat. Dia kemudian bangkit dari posisinya dan bergegas pergi dari sana tanpa mengucapkan atau melakukan sesuatu kepada Amaryllis. Helper itu seperti terburu-buru untuk menghindarinya.

Amaryllis mengernyitkan dahinya. Setelah melihat kepergian helper itu dia baru menyadari bahwa bajunya ternyata sedikit basah. Perasaan Amaryllis, dia belum sekali pun menyentuh air. Lalu dari mana lengan bajunya yang basah itu berasal? Apa helper tadi menumpahkan sesuatu saat mereka bertabrakan? Seingatnya tadi, sekilas dia memang membawa sebuah botol kecil di tangan kanannya.

Amaryllis kemudian mencoba menghidu cairan yang menempel di bajunya. Dia masih mengamatinya dengan saksama. Namun, itu sama sekali tidak berbau dan terasa seperti air biasa di kulitnya.

"Ada apa?" tanya Samuel yang menyadarkan Amaryllis.

"Tidak apa-apa, lengan bajuku hanya sedikit basah," jawabnya tersenyum kecil. "Lebih baik kita segera kembali. Aku tidak ingin ketinggalan permainanya."

Amaryllis tidak menyangka kalau dia akan kehilangan beberapa menit berharganya. Amaryllis sedikit tidak enak untuk kembali ke tribun khususnya. Dia seperti menganggu pemandangan penonton lain ketika menuju kursinya, mengingat permainan sudah berlangsung sejak beberapa menit yang lalu.

Tahap ketiga Acumen sudah dimulai. Peserta harus mengumpulkan bendera Acumen paling banyak untuk menang. Peserta akan saling berebut satu sama lain sesuai dengan aturan, yaitu wanita dengan wanita dan pria dengan pria. Meskipun begitu, mereka tetap diperbolehkan untuk bekerja sama lintas gender untuk merebut benderanya.

"Aku kira kau tidak akan kembali," celetuk Gavin ketika dia melihat Amaryllis yang sudah kembali ke tempat duduknya.

"Mauku memang begitu, tapi mereka tidak membayarku untuk itu," ujar Amaryllis yang membuat Gavin tertawa keras.

"Ngomong-omong, apa kau benar-benar sedekat itu dengan Samuel?" tanyanya yang membuat Amaryllis heran.

"Tentu saja kami dekat. Kami kan satu union," jawab Amaryllis.

"Bukan itu yang ku maksud! Dia selalu memperhatikanmu di mana-mana. Seperti induk itik yang tengah mengawasi anaknya. Apa kau tahu kalau dia sudah memperhatikan kita sejak awal permainan?" ujar Gavin berbisik yang membuat Amaryllis menolehkan kepalanya ke tempat duduk Samuel yang berada jauh di belakangnya.

Saat mata mereka bertemu, laki-laki itu dengan cepat memalingkan wajahnya untuk menatap ke arah lain. Jadi Gavin dari tadi menyadari hal itu? Kenapa dia baru mengatakannya sekarang?

"Bukankah kau dan William juga dekat? Aku terus melihatmu bersama dengannya," tanya Amaryllis balik.

"Siapa yang bilang kami dekat? Kami hanya rekan bisnis karena Venturion," elak Gavin sembari meminum sodanya.

"Lalu apa masalahnya kalau kami dekat?" tanya Amaryllis.

"Sebenarnya tidak masalah. Hanya saja, terkadang jangan terlalu dekat dengan anggota unionmu. Kita semua hanya rekan bisnis di sini, bukannya keluarga sungguhan."

"Orang yang tampak ramah belum tentu baik dan orang yang mencurigakan belum tentu buruk. Kita tidak bisa langsung menilai mereka dari luarnya saja." lanjut Gavin sembari kembali menyedot minumannya.

"Kau tidak bisa langsung mempercayai mereka sepenuhnya. Ini peringatan bukan sekadar nasihat untukmu, Amaryllis," imbuhnya yang membuat dahi Amaryllis mengernyit.

"Hah! Anak-anak itu tidak bisa diandalkan!" decak Gavin karena melihat kedua bendera milik Eagle Eye berhasil direbut oleh Antares. "Sepertinya permainannya akan segera selesai."

Sementara itu Amaryllis juga kembali memperhatikan layar. Matanya memang melihat ke arah sana, tetapi pikirannya justru melayang ke tempat lain.

"Apa maksud Gavin?"

Permainan semakin memanas. Kini tinggal 3 union yang tersisa, yaitu Antares, Red Thunder, dan Black Rose. Antares dan Red Thunder sudah mendapatkan 2 pasang bendera. Sedangkan Black Rose hanya memiliki sepasang bendera. Jika salah satu dari Antares atau Red Thunder berhasil mendapatkan sepasang bendera lagi, maka salah satu dari mereka yang akan mejadi pemenang Acumen musim ini.

Para peserta selalu bergerak bersama dengan rekan unionnya. Selain untuk memudahkan koordinasi. Hal ini juga dilakukan agar bendera mereka tidak mudah direbut oleh lawan. Berjalan di arena sendirian tentu saja akan menjadikan mereka sebagai sasaran empuk.

Perputaran arena yang terjadi membuat arena itu tampak seperti labirin raksasa. Jika peserta tidak bisa menghafalkan setiap sudut arena dengan baik, maka bisa dipastikan bahwa mereka hanya akan berputar-putar di wilayah yang sama.

Selina dan Hans memilih rute lain untuk menyusuri sisi lembah. Mereka hendak menemui Black Rose dan merebut benderanya. Namun, ternyata jalan pintas yang mereka lalui itu justru membuat mereka bertemu dengan Antares.

"Sepertinya mereka menargetkan unionmu," ujar Gavin ketika melihat Black Rose juga baru saja berkumpul dengan Antares dan Red Thunder dalam satu wilayah.

"Aku tidak berpikir begitu," jawab Amaryllis.

Antares dan Black Rose sama-sama berusaha untuk menjatuhkan Selina dan Hans. Beberapa kali, Selina berusaha untuk menembakkan bola dome-sebuah alat yang dapat menarik peserta untuk masuk ke dalam bola raksasa bermedan gaya yang otomatis akan melempar mereka ke luar arena-ke arah peserta wanita Black Rose.

Peserta wanita dari Black Rose itu dapat menghindarinya dengan gesit. Namun, tanpa dia duga ternyata peserta wanita Antares kemudian menyerangnya dengan menembakkan jaring elektrik.

Peserta wanita Black Rose itu terkena jeratannya. Antares yang melihat kesempatan itu langsung merebut benderanya. Satu kursi di Acumen berhasil Antares amankan.

Sedangkan para peserta pria juga masih bersaing satu sama lain. Hans yang kini naik ke atas pohon, berusaha untuk menargetkan peserta Black Rose. Beberapa kali dia juga menghindari tembakkan peluru yang nyaris mengenainya.

Hans langsung memanfaatkan peluangnya ketika dia melihat sebuah celah. Black Rose berjarak lebih dekat darinya. Pemuda itu bergegas menambakkan jaring elektrik ke arah Black Rose dan pin elektrik ke arah peserta Antares yang bersebrangan dengan mereka.

Peserta Black Rose berhasil terkena jaring elektrik itu. Hans langsung turun untuk mengambil benderanya. Namun, sebelum Hans berhasil mengambil bendera milik Black Rose. Sayangnya kejut listrik yang ditembakkan oleh peserta Antares dari kejauhan membuat Hans lumpuh seketika.

Amaryllis mendesah pelan dengan memukul sedikit lengan bangkunya. Padahal tinggal sedikit lagi Hans berhasil mendapatkan bendera itu. Namun, Antares berhasil menggagalkannya di detik-detik terakhir.

Tabuhan genderang berkumandang di atas Plethora Hall. Menandakan bahwa Acumen telah selesai diselenggarakan. Sorak-sorai pun terdengar riuh di tribun Antares yang mendapatkan kemenangannya di babak ini.

"Sepertinya aku harus segera kembali. Tidak ada selebrasi untuk unionku ataupun unionmu kali ini," ujar Gavin.

"Sayang sekali babak kali ini unionmu juga kurang beruntung. Sepertinya aku juga harus segera kembali," jawab Amaryllis.

Gavin tersenyum. "Kalau begitu sampai jumpa lagi di Gallantry, senang bisa menonton permainan bersamamu hari ini," pungkas Gavin yang kemudian turun dari tribunnya dengan sedikit melompati pagar pembatas.

Amaryllis menatap arena yang sudah ditutup. "Selina dan Hans pasti akan baik-baik saja," gumamnya yang langsung beranjak dari tempat duduknya, setelah melihat bahwa Samuel sudah menghilang dari tribunnya. Dia pasti juga bergegas melihat keadaan mereka.

Hans sempat pingsan karena terkena kejut listrik di arena. Amaryllis hanya ingin memastikan bahwa kedua temannya tidak terluka dengan parah. Dia bergegas untuk menemui mereka lagi yang mungkin akan segera di pusat perawatan.

Amaryllis melangkahkan kakinya dengan cepat. Namun, ketika dia melewati persimpangan lorong yang panjang itu. Dia lantas menghentikan langkahnya sejenak.

"Katakan apa yang kau lakukan!" bentak sebuah suara yang dikenal gadis itu.

Amaryllis menajamkan pendengarannya. Memastikan suara siapa yang ia dengar di tengah keriuhan staff yang berlalu lalang.

"Jangan harap aku melepaskanmu karena kau seorang helper. Di mana kau membuangnya!" geram suara itu yang terdengar dengan sangat jelas.

"Thomas?" gumam Amaryllis yang kemudian menghampiri Thomas yang tengah mencengkeram lengan helper itu dengan cukup kuat.

"Apa yang kau lakukan!" sergah Amaryllis.

Pemuda itu terperanjat ketika dia mendengar suara Amaryllis. "Ini bukan urusanmu, Amy!"

"Lepaskan dia!" seru Amaryllis yang tidak digubris oleh pemuda itu.

"Lepaskan!" bentak gadis itu lagi dengan melepas paksa tangan Thomas.

"Sekarang pergilah," perintah Amaryllis kepada helper itu yang dibalasnya dengan anggukan kecil.

"Sebenarnya apa masalahmu? Kenapa kau selalu mencampuri urusan orang lain!" sarkas Thomas.

"Karena yang kau lakukan itu tidak benar," jawab Amaryllis.

"Tidak benar? Bahkan aku ragu kau tahu apa yang sebenarnya sedang aku lakukan!" decak Thomas dengan menghentakkan kakinya. "Kau akan menyesalinya karena sudah membiarkan helper itu pergi, Amy!" geram Thomas yang kemudian pergi meninggalkan Amaryllis.

Gadis itu terkesiap. Sebenarnya kenapa Thomas tampak semarah itu? Kenapa Thomas mengatakan bahwa dia akan menyesalinya nanti?

✬✬✬

🎵 Tommee Profitt ft. Jessie Early - Will I make it out alive

Terima kasih banyak buat pembaca yang udah mampir dan mungkin juga bagi yang ngga sengaja mampir kesini selama setahun ini ☺️ semoga kedepannya keadaan semakin membaik ❤️✨ New year new challenge!

Anna Utara © 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top