16 - Tower Capella
[PERINGATAN!] Cerita ini hanyalah fiksi belaka, semua karakter, alur, serta beberapa latar dalam cerita adalah milik penulis yang tidak terlepas dari berbagai inspirasi.
Selamat Membaca!
✬✬✬
Hari ini Amaryllis harus segera memulai pelatihan resminya sebagai peserta dari Red Thunder. Dia akan berlatih bersama dengan peserta lainnya di Tower Capella. Salah satu tower tertinggi di Kompleks Cascallustre-Pusat Pelatihan Venturion-yang memiliki lebih dari 130 lantai.
Amaryllis berjongkok untuk membenarkan tali sepatunya yang sedikit terlepas. Dia tidur dengan cukup nyenyak semalam. Meskipun dia harus pulang dini hari akibat pesta yang tidak kunjung usai.
Amaryllis berangkat sendirian menuju ke tempat pelatihan karena apartemennya yang berada di luar kompleks. Namun, hingga kakinya sampai ke Tower Capella, dia belum kunjung bertemu dengan Samuel lagi sejak Galanite semalam. Bukankah seharusnya mereka lebih sering bertemu karena apartemen mereka satu gedung?
Amaryllis sedikit berlari ketika elevator berhenti di lantainya. Dia lantas memasuki elevator itu, tetapi ternyata sudah ada orang lain yang berdiri di dalam sana. Melihat laki-laki bermata biru yang tersenyum ke arahnya, membuat Amaryllis balik tersenyum kepadanya.
"Selamat pagi," sapa Amaryllis yang canggung ketika pintu elevator kembali menutup.
"Selamat pagi, Nona Amaryllis Heath," jawab laki-laki itu yang Amaryllis yakini sebagai Alastair Sylvester.
Amaryllis berdiri di sampingnya. Beberapa kali Amaryllis hanya melihatnya melalui media. Penampilan laki-laki itu selalu sama karena dia selalu mengenakan pakaian netral tanpa motif yang mencolok ataupun dekorasi yang berlebihan.
"Penampilan perdanamu semalam luar biasa, Nona Heath," puji Alastair.
"Terima kasih atas pujianmu, Tuan Sylvester," jawab Amaryllis tersenyum.
Alastair tertawa pelan. "Jangan panggil aku Tuan Sylvester. Itu terdengar tidak ramah. Panggil saja Alastair atau Al, seperti yang lainnya," ujarnya.
"Baiklah, Alastair. Kalau begitu kau juga bisa memanggilku dengan Amaryllis saja," jawab Amaryllis yang membuat laki-laki itu mengembangkan senyumnya.
"Baik, Amaryllis. Semoga kau betah di sini," ujar Alastair diikuti dengan terbukanya pintu elevator di lantai 20.
"Dan semoga kita bisa mengobrol lagi di kesempatan lain. Aku permisi dulu," pungkasnya seraya melangkah keluar dari elevator.
Amaryllis hanya mengangguk pelan sebelum pintu elevator itu menutup kembali. Masih ada 5 lantai lagi yang harus ia lewati karena tujuannya adalah lantai 25. Namun, apa yang Alastair lakukan di lantai 20? Apa dia juga akan ikut mengawasi pelatihan?
Pengawas pelatihan ditunjuk khusus oleh Dewan Cascallustre untuk mengawasi pelatihan para peserta. Minggu ini mereka akan berlatih di Tower Capella. Lalu di minggu berikutnya, mereka akan melanjutkan pelatihan ke basis union masing-masing yang akan diawasi oleh mentor dan asisten mentor.
Para pengawas tidak akan menjelaskan kembali peraturan Venturion karena hal itu akan dijelaskan oleh mentor dan asisten mentor. Selain itu, anggota senior union juga berperan penting untuk mengarahkan anggota baru selama periode ini. Mereka harus bekerja sama untuk menyiapkan segala hal demi menciptakan struktur tim yang kuat dan bisa saling berkompetisi di arena nantinya.
Akan tetapi, Amaryllis terngiang dengan ucapan Alastair tadi. Apakah dia bisa betah di sana? Amaryllis rasa dia belum bisa memikirkan jawabannya.
Bagaimanapun juga, awalnya dia hanya ingin melarikan diri dari Thon, atau lebih tepatnya dari rumahnya. Amaryllis hanya berusaha menghindari perlakuan bibinya yang semakin memuakkan. Dia bahkan tidak berpikir dengan serius mengenai permainan ini sebelumnya. Semuanya terasa mengalir begitu saja.
Akan tetapi, setelah Galanite semalam, gadis itu mulai sadar bahwa sekarang dia harus memikirkan semua tindakannya matang-matang. Jangan ada lagi tindakan gegabah yang ia lakukan. Atau dia akan menyesalinya di kemudian hari.
Fasilitas yang disediakan Centrus benar-benar bukan main. Beberapa peralatan dengan teknologi yang super canggih terpasang di setiap stasiun pelatihan. Setiap peserta yang memasukinya akan dipasangi sebuah gelang yang dinamakan Unharmed Device (UHD). Gelang ini berfungsi untuk menciptakan medan pelindung yang bertujuan untuk meminimalkan cidera yang bisa mereka dapatkan saat latihan.
Beberapa kali dia melihat peserta dari union lain yang melintas. Amaryllis juga menangkap kerumunan orang yang mengenakan pin sayap burung di dekat kerah baju mereka. Amaryllis yakin bahwa orang yang tengah berkerumun di timur ruangan itu merupakan peserta dari Eagle Eye, union yang diketuai oleh Alastair.
Eagle Eye adalah union pemegang mahkota Venturion yang paling banyak selama satu dekade terakhir. Total mereka sudah menjadi juara umum Venturion sebanyak 5 kali. Dan menang secara beruntun 2 tahun terakhir.
Belum ada yang bisa menumbangkan karir mereka hingga saat ini. Termasuk Red Thunder yang baru menjadi juara umum Venturion sebanyak 2 kali, menganggap bahwa Eagle Eye adalah saingan yang berat. Setidaknya itulah yang Clara jelaskan kepadanya beberapa waktu yang lalu.
Di sana Amaryllis juga melihat Callana dan William. Dia tidak terlalu terkejut melihat mereka berdua kembali diturunkan musim ini. Meskipun tidak ada peraturan tertulis yang menyatakan berapa batasan anggota senior yang boleh ikut serta kembali, tetapi beberapa orang lebih menyukai wajah baru dibandingkan dengan wajah lama.
Para sponsor akan merasa lebih penasaran dan tertantang karena mereka belum mengetahui skill dan kemampuan para peserta baru. Mereka akan menginvestasikan aset dan uang mereka sebanyak-banyaknya untuk bertaruh. Salah satu kesenangan yang investor dapatkan dari Venturion.
"Amy!" panggil Clara yang bersama dengan Selina seraya menghampirinya.
"Iya?"
"Apa kau mau mencoba ini?" tawar Selina yang memberikan sebuah senjata yang saat ini tampak seperti balok itu.
"Apa ini?" tanya Amaryllis yang penasaran.
Selina kemudian menekan sebuah tombol yang ada di sana, yang membuat balok itu berubah bentuk menjadi sebuah pistol. "Ini pistol termal."
"Wow!" seru Amaryllis dengan membulatkan matanya.
"Jangan mengarahkannya sembarangan," ingat Clara.
Pistol itu bukan termasuk senjata yang mematikan. Seperti namanya pistol termal, alat ini digunakan untuk melukai lawan dengan cara membuat semacam luka bakar pada kulit mereka melalui sinar lasernya.
"Kalau begitu kalian bisa melihat-lihat dulu pusat pelatihan ini dan mencoba beberapa alat yang ada di sini. Samuel, Thomas, dan Hans ada di lantai atas. Kalian berdua bisa bergabung dengan mereka jika mau. Pukul 3 nanti turunlah ke Ruang B di lantai 21. Travis akan menjelaskan sesuatu di sana," ujar Clara kepada Amaryllis dan Selina.
Amaryllis sedikit menganggukkan kepalanya. "Baik kami mengerti."
Dia lantas mengajak Selina untuk naik ke lantai atas. Di sana dia menjumpai Samuel yang tengah beradu dengan pull up bar. Memperlihatkan otot-otot tubuhnya yang mengencang.
"Kau sudah datang?" tanya Samuel yang kemudian turun dari sana.
"Baru saja, kenapa kau tidak membawaku bersamamu?"
"Aku tidak bisa terus-terusan bersamamu setelah Galanite, Amy," jawabnya.
"Kenapa?" tanya gadis itu yang mengangkat alisnya.
"Aku tidak mau mencuri spotlightmu," jawab Samuel yang kemudian mengambil dua buah tabung platinum yang cukup panjang dari rak yang ada di sampingnya.
"Aku rasa tidak begitu," celetuk Amaryllis yang tidak habis pikir dengan jawaban konyol laki-laki itu.
"Aku hanya berusaha untuk menjaga citramu sebelum Zavesys. Setelah Galanite kemarin, kau pasti sudah mendengar banyak rumor tentangku."
Jadi Samuel menghindarinya karena masalah perhatian sponsor? Agar dia tidak kesulitan mendapatkan sponsor nanti? Menurut Amaryllis itu merupakan jawaban terkonyol yang sulit untuk dibantah olehnya.
"Tapi paling tidak hubungi atau kirimi aku pesan. Kau bilang aku harus menggunakan tablet yang kau berikan."
"Apa kau merindukanku?" goda laki-laki itu dengan menyeringai.
Amaryllis mendengus. "Sekarang mungkin aku akan percaya kepada rumor-rumor itu," desah Amaryllis yang ingat dengan salah satu rumor yang menyebut Samuel sebagai seorang casanova.
Samuel tertawa lepas. "Itu terserah padamu, Amy. Aku tidak akan memaksamu untuk percaya kepada siapa pun di sini," jawabnya seraya berjalan ke sebuah ruangan bersekat transparan yang diikuti oleh Amaryllis.
"Ngomong-omong, kau perlu mengasah skillmu. Jadi lebih baik kita mencoba ini saja," ujarnya yang melemparkan tabung platinum itu ke arah Amaryllis. Untungnya tangan gadis itu berhasil menangkapnya dengan sigap sebelum tabung itu jatuh ke lantai.
"Ini busur?" tanya Amaryllis.
"Kau tahu rupanya."
"Aku sempat melihat benda semacam ini saat tentara menjaga perbatasan Wanner," jelas Amaryllis sembari memutar bagian tengah tabung itu yang kemudian membentuk sebuah busur.
Amaryllis tidak sengaja melihat para tentara menggunakannya saat mereka menjaga ketat perbatasan sektor. Setiap kali Venturion sudah dimulai, seluruh sektor seolah akan dipasangi sebuah jeruji besar sehingga tidak akan ada orang yang bisa keluar masuk dengan bebas. Mungkin hal itu dilakukan agar masyarakat Centrus yang sudah membayar mahal bisa menikmati permainan ini dengan tenang?
"Tapi ini sedikit berbeda. Yang kau lihat itu busur panah elektrik sungguhan, sedangkan yang ini hanya IR. Jadi kau tidak perlu menggunakan anak panah, kau hanya perlu menarik dan melepaskan senarnya saja, seperti saat kau memanah sungguhan," jelas Samuel.
(*IR = Impeccable Reality, sebuah teknologi realitas termutakhir yang diciptakan oleh ilmuan)
"Aku akan memperlihatkannya kepadamu terlebih dahulu," ujar Samuel yang selanjutnya mulai memencet beberapa tombol yang di layar. Dia sedang mengatur beberapa kombinasi objek yang akan mereka gunakan.
"Perhatikan baik-baik," ujarnya yang kini sudah berdiri di tengah-tengah lingkaran.
Cahaya di sana mulai meredup, diikuti dengan suara hitungan mundur yang mulai terdengar. "5 ... 4 ... 3 ... 2 ... 1."
Saat hitungan mundur selesai, beberapa objek yang sudah diatur tadi muncul dari teknologi realitas itu. Samuel lantas mulai memanah mereka satu per satu dengan cukup cepat. Hingga membuat rahang Amaryllis hampir jatuh ke bawah.
Amaryllis bukan hanya terpukau dengan kelihaian Samuel dalam memanah, tetapi ia juga terpukau dengan teknologi yang sedang ia lihat. Ini adalah pertama kalinya dia melihat seseorang memanah objek proyeksi realitas. Meskipun bukan benda sungguhan, tetapi mereka tampak sangat nyata di matanya.
"Sekarang cobalah, Amy."
"Oke," jawab Amaryllis seraya memposisikan dirinya.
Dia kemudian memilih beberapa kombinasi yang akan ia gunakan. Selanjutnya jari-jarinya itu menyentuh senar mengkilap busurnya. Senar itu terasa lebih lembut dan lentur daripada busur asli yang biasa ia gunakan saat di Wanner.
Saat sesinya dimulai, Amaryllis mulai menggerakkan jari dan tubuhnya dengan leluasa. Gadis itu merasa takjub dan senang karena akhirnya ia bisa memegang busur lagi setelah beberapa hari berkutat dengan persiapan Galanite.
Amaryllis bahkan sampai tidak menyadari kehadiran ketiga anggotanya yang kini tengah menontonnya dari balik sekat transparan.
Hans dan Selina tampak membulatkan mata mereka. "Bagus, Amy! Kau keren!" teriak pemuda berambut pirang itu yang bersahutan dengan Selina. Sedangkan Thomas hanya menatapnya jengah.
"Sekarang berlatihlah sepuasmu. Kau bisa tetap berada di ruangan ini atau pindah ke lantai lain hingga pukul 3 nanti," ujar Samuel.
"Aku akan latihan dengan giat!"
"Semangatmu bagus juga, tapi jangan lupa untuk membatasi kemampuan yang kau tunjukkan di sini. Ada beberapa orang yang tertarik untuk melihatmu," ujar Samuel dengan setengah berbisik kepadanya yang membuat gadis itu menoleh ke belakang. Benar saja, ada beberapa peserta lain yang mulai mendekati ruangannya.
"Aku mengerti."
"Baiklah. Sepertinya tidak ada yang perlu aku khawatirkan tentangmu. Kau beradaptasi cukup cepat, Amy," puji laki-laki itu yang membuat Amaryllis sedikit merona karena mendengar pujian sederhana.
"Tower Capella ini cukup luas, jadi cobalah untuk bersosialisasi. Tidak perlu basa-basi panjang lebar, cukup tersenyum dan lambaikan tanganmu, atau sapa orang-orang itu dengan singkat," lanjut Samuel.
Amaryllis mengangguk sembari mengembangkan senyumnya. Jika dia hanya perlu tersenyum dan melambaikan tangannya, bukankah itu cukup mudah untuk dilakukan?
✬✬✬
✬Terminologi:
- Impeccable Reality (IR): sebuah teknologi realitas sempurna yang diciptakan oleh para ilmuwan. IR terbentuk dari kombinasi antara realitas (AR, MR, dan VR), gelombang cahaya dengan partikel nano. Selain dapat diproyeksikan melalui hologram berdimensi, IR juga bisa mengubah bentuknya menjadi partikel benda padat, cair, maupun partikel kecil lainnya. Selain visualisasi dan audio yang diproyeksikan dengan nyata, teknologi ini juga mampu menciptakan aroma, tekstur, dan gerakan seperti objek aslinya.
FROM HOME,
Halo semua! Chapter baru sudah di-update! Jangan lupa tinggalkan jejak ya, kalau kalian suka cerita ini kalian bisa kasih vote dan tambahin ke perpustakaan kalian ya, dan juga silahkan komen untuk membantu perkembangan cerita ini. Thank you and see you~ ❤
Stay Healthy
2021 © Anna Utara
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top