14 - Galanite

[PERINGATAN!] Cerita ini hanyalah fiksi belaka, semua karakter, alur, serta beberapa latar dalam cerita adalah milik penulis yang tidak terlepas dari berbagai inspirasi.

Selamat Membaca!

✬✬✬

Ballroom Sirius adalah salah satu gedung yang berada di Kompleks Cascallustre, tempat di mana Galanite diselenggarakannya tahun ini. Puluhan lampu sorot dan dekorasi mewah terpasang di setiap sudutnya. Halaman luasnya sudah beralih fungsi menjadi karpet merah bagi para tamu yang hadir di Galanite. Para sosialita, pejabat, sponsor, dan orang terpandang yang berduyun-duyun menghadiri undangan pesta pembukaan Venturion.

Tidak ada yang ingin melewatkan rangkaian acara besar ini. Jurnalis mulai berbondong-bondong memberitakannya ke seluruh Noffram. Namun, Amaryllis meragukan masyarakat di Thon. Apakah ada yang akan menyaksikan keriuhan acara yang hanya diadakan setahun sekali itu, mengingat fasilitas mereka yang kurang memadai?

Amaryllis masih bersiap-siap dengan penampilannya. Lucia dan timnya sedang meriasnya dengan usaha terbaik mereka. Amaryllis yang duduk di depan cermin tidak berani untuk menggerakkan badannya. Dia takut merusak riasan yang sudah dipoleskan ke atas wajahnya.

Sebenarnya, Lucia akan mulai bertugas untuk Red Thunder saat Zavesys dimulai. Namun, mengingat Galanite adalah gerbang penting untuk mendapatkan perhatian, maka Lucia memanfaatkan semua keterampilannya untuk membuat Amaryllis menonjol lebih awal. Dia ingin membuat gadis itu memberikan kesan pertama yang bagus kepada semua orang.

"Apa pun itu, kesan pertama yang bagus membuat kita lebih mudah dan cepat untuk mendapatkan sponsor," pikir Amaryllis yang terngiang-ngiang oleh perkataan Samuel beberapa waktu yang lalu.

Mendapat perlakuan khusus lebih awal justru membuat Amaryllis merasa kikuk. Beberapa kali dia menghembuskan napas panjang. Sepertinya dia masih membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri sebagai orang yang akan menjadi pusat perhatian.

"Baik, Sayang! Sekarang tinggal sentuhan terakhir!" ujar Lucia dengan memasangkan topeng masquerade kupu-kupu yang beraksenkan berlian ke separuh wajah Amaryllis.

"Selesai! Coba berdiri sekarang, Amy!"

Amaryllis lantas berdiri dari kursinya. Dia kemudian menatap pantulan dirinya selama beberapa saat di cermin. Matanya melebar, seolah masih tidak percaya dengan penampilannya sekarang.

"Seperti yang aku duga, kau akan tampak luar biasa, Amy!"

"Terima kasih, Lucia. Aku tidak bisa berkata-kata lagi," ujar Amaryllis yang masih menatap kagum atas hasil karya Lucia dan timnya.

"Aku terima pujiannya nanti saja. Sekarang cepat masuk ke limusin dan segera berangkat. Aku akan menyusul setelah membereskan penampilanku yang acak-acakan ini. Dan jangan lupa untuk melepaskan topengnya dengan hati-hati, oke? Aku tidak ingin kau merusak gaya rambutmu."

"Baik, Lucia. Aku pasti akan hati-hati," jawab Amaryllis tersenyum seraya menuju ke limusin yang terparkir.

Saat dia kesulitan berjalan dengan gaun lebarnya. Tiba-tiba saja seseorang membantunya untuk sedikit mengangkat gaunnya yang menjuntai. Laki-laki dengan tuxedo formal di balik topeng hitamnya itu mengembangkan senyumnya.

"Sam?"

"Apa kau siap, Amaryllis?" tanya Samuel sembari mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu naik ke dalam mobil.

"Iya, aku siap."

✬✬✬

Iringan orkestra berkumandang merdu di Ballroom Sirius. Semua orang tengah bersembunyi di balik topeng mereka sembari menunggu dimulainya pesta malam ini. Banyak sekali yang sulit dikenali, tetapi juga ada beberapa orang yang mudah dikenali karena mereka sudah beberapa kali menghadiri acara itu.

Para jurnalis dan reporter saling berjejalan di sepanjang pintu masuk ballroom. Mereka saling berebut potret tamu yang mulai memasuki gedung itu. Kilatan kamera dan ujung mikrofon pun ditodongkan kepada siapa saja yang muncul di sana.

Hendrik Kurtz dan Phoebe Blossom adalah pembawa acara Galanite malam ini. Kedua orang itu mengenakan kostum yang mencolok. Ada berbagai macam aksesoris mengkilap, rambut yang nyentrik, dan riasan yang untungnya tidak terlalu tebal.

"Siapa yang kau tunggu malam ini?" tanya Hendrik kepada rekannya, Phoebe.

"Aku? Kau pasti tahu, kalian juga pasti tahu!" jawabnya dengan suara yang suggestif kepada para penonton yang kemudian disambut dengan riuh.

Perhatian semua orang langsung beralih kepada mobil hitam yang baru saja berhenti di depan pintu masuk. Seorang wanita dengan gaun satin nude pink berbelahan dada rendah, anting ruby, dan sebuah topeng masquarade hitam keluar dari mobil dengan perlahan. Wanita berambut pink blonde itu merangkul lengan laki-laki bertuxedo hitam yang berada di sampingnya.

"Siapa yang memiliki rambut pink blonde yang indah ini selain Callana Starr!" sambut Hendrik antusias seraya mengarahkan mikrofonnya ke arah wanita itu. "Selamat datang di Galanite, Callana!"

"Apa aku terlalu keliatan?" tanya Callana dengan nada manja yang dibuat-buat.

"Siapa yang tidak akan melihatmu? Kau selalu tampak memukau dan menyilaukan," jawab Hendrik yang kemudian terkekeh bersama mereka.

"Terima kasih atas pujiannya," jawab wanita itu tersenyum bangga.

"Dan juga selamat datang, Alastair! Ketua union tercinta kita, Eagle Eye!" seru Phoebe yang kemudian mengarahkan mikrofonnya. "Aku harap kau bisa menikmati pesta ini nanti."

"Terima kasih. Aku harap kau juga bisa menikmatinya," jawab Alastair dengan senyumnya.

"Oh lihat! Senyumnya sangat menawan!" seru Phoebe dengan memegangi dadanya yang berpura-pura seperti terkena serangan pesona.

"Kalau begitu, kami masuk duluan," ujar Alastair sembari melambai ke arah kamera.

"Nikmati pestanya, Callana dan Alastair!"

"Sampai jumpa di dalam," pungkas Callana.

Hendrik kemudian mengibaskan tangannya ke arah wajahnya seolah sedang kepanasan. "Kalian liat tadi? Pesona mereka tidak main-main!"

"Sepertinya kita perlu menambahkan pendingin udara lagi, Hendrik. Kira-kira siapa selanjutnya?" timpal Phoebe.

✬✬✬

Sementara itu, di dalam mobil limusin putih. Amaryllis masih duduk dengan tenang sembari memijit ujung-ujung jarinya. Dia masih berjibaku dengan rasa gelisah yang mulai melandanya ketika melihat keramaian yang menunggu di luar.

"Apa kau segugup itu? Ini hanya perkenalan dan pesta biasa, santailah sedikit," ujar Samuel yang ada di sebelahnya.

"Hanya sedikit," jawab Amaryllis yang merasakan tangannya sedikit basah.

Amaryllis tidak bisa membohongi dirinya. Beberapa kilatan cahaya kamera yang cukup intens dari luar mobil mereka membuatnya semakin gugup. Dia khawatir kalau dirinya nanti akan tampak kaku dan aneh di depan kamera.

"Kau tidak sendirian, jadi selalu pegang tanganku. Kalau kau semakin gugup, cukup jawab pertanyaannya dengan singkat, dan jangan lupa untuk selalu tersenyum," ujar Samuel.

"Kau tidak mau dicap sebagai orang yang judes, kan?" imbuh Samuel lagi.

"Tentu saja tidak!" jawab Amaryllis yang kemudian merasakan mobil mereka telah berhenti di tengah-tengah kilatan shutter kamera.

"Aku akan keluar lebih dulu. Tunggu aba-abaku, baru kau keluar, oke?"

"Baiklah," jawab Amaryllis dengan seulas senyuman.

Semetara itu Hendrik dan Phoebe tengah menunggu orang yang ada di dalam limusin itu untuk menampakkan batang hidungnya.

"Lihat, ada limusin lagi! Kira-kira siapa mereka?" tanyanya kepada Phoebe yang mewakili para penonton.

"Lihat! Rambut merah itu! Siapa lagi kalau bukan Samuel Raedeen!" kekeh Phoebe.

Samuel yang merasa namanya dipanggil itu langsung melambaikan tangannya. Kamera jurnalis pun sibuk memotret dirinya.

"Samuel, kau datang sendirian? Ke mana gadis-gadis yang selalu bersamamu?" goda Hendrik.

Samuel tertawa renyah. Hampir semua orang di Centrus mengenalnya sebagai seorang casanova. Padahal itu semua hanyalah rumor yang beredar karena banyaknya gadis yang mendekatinya.

"Aku tidak sendirian, Hendrik. Aku membawa seorang teman," jawab Samuel.

"Siapa? Jangan bilang itu Travis," balas Phoebe.

"Tentu saja bukan. Perkenalkan, dia adalah teman baruku," ujar Samuel seraya membuka pintu mobilnya.

Semua orang melihat ke arah pintu mobil. Suara jepretan kamera terdengar semakin keras ketika gadis bergaun burgundy dengan sulaman emas dan payet berlian bunga Goldenlin itu keluar dari sana. Beberapa orang terdengar berdecak kagum setelah melihat penampilan perdananya.

"Cantik sekali!" puji Phoebe yang terpesona dengan Amaryllis.

Beberapa jurnalis menyadari bahwa yang hadir bersama Samuel saat ini adalah orang yang tidak mereka kenali. Mereka mulai berebut untuk mengarahkan mikrofonnya. Berdesakan untuk memberondong Amaryllis dengan berbagai pertanyaan.

"Siapa nama Anda, Nona?" tanya salah satu jurnalis.

Tangan gadis itu mulai merangkul lengan Samuel dengan cukup erat. Melihat reaksi spontan Amaryllis, Samuel lantas sedikit mencondongkan tubuhnya kepada gadis itu.

"Jangan lupa untuk bernapas, cukup jawab siapa namamu," bisiknya.

Amaryllis menatap laki-laki itu selama beberapa saat sebelum ia mulai membuka bibir kemerahannya.

"Namaku Amaryllis Heath," jawab gadis itu dengan memberikan senyuman terbaiknya.

✬✬✬

FROM the other side,

Holla, chapter baru sudah diupdate!
Jangan lupa tinggalkan jejak ya, silahkan komen untuk membantu perkembangan cerita ini ya, dan kalau kalian suka cerita ini kalian bisa kasih vote dan tambahin ke perpustakaan kalian ya. Thanks and see you~❤

2021 © Anna Utara

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top