08 - Dewan
[PERINGATAN!] Cerita ini hanyalah fiksi belaka, semua karakter, alur, serta beberapa latar dalam cerita adalah milik penulis yang tidak terlepas dari berbagai inspirasi.
Selamat Membaca!
✬✬✬
Hembusan napasnya yang kasar dengan dadanya yang naik turun tak beraturan, membuat Amaryllis beberapa kali menggoyangkan kakinya untuk mengurangi kecemasannya. Namun, ujung jari-jemarinya yang basah oleh keringat dingin justru membuatnya semakin gelisah.
Beberapa kali dia mencoba melakukan relaksasi diri dengan napas dalam. Namun, usahanya tersebut tidak cukup berpengaruh. Berada di ruangan bernuansa abu-abu itu justru semakin menambah ketegangan.
Amaryllis sedang duduk di ruang tunggu bersama dengan beberapa orang lainnya. Mereka semua hendak menemui dewan untuk mendaftarkan diri ke union. Beberapa kali matanya melirik ke arah pintu putih yang tertutup. Dia sempat melihat beberapa orang mulai bergantian masuk dan keluar dari ruangan yang ada di balik pintu itu.
Amaryllis sekali lagi menghela napasnya panjang. Dia tidak bisa mengeluh kepada siapa pun saat ini. Pikirannya terganjal dengan satu pertanyaan. Dia bahkan belum tahu menahu terlalu dalam mengenai Venturion dan sebagainya. Bagaimana bisa seseorang yang masih awam seperti dirinya langsung didaftarkan untuk masuk ke union oleh Samuel? Apa dia gila?
"Nona Amaryllis Heath!" panggil seseorang kepadanya melalui pengeras suara yang membuat gadis itu menoleh ke pintu yang sudah terbuka.
"Silahkan masuk ke dalam."
Amaryllis lantas bangkit dari duduknya dan melangkah memasuki ruangan di balik pintu putih itu. Warna monokrom yang terpampang di sana seolah menghantam psikologisnya.
"Tolong tekan di sini," minta pria berseragam dengan menunjuk tablet yang dipegangnya.
Tangan gadis itu menekan lembut layar tablet untuk mengonfirmasi identitasnya. Lalu setelah selesai, sekat besar yang memisahkan dirinya dengan para dewan langsung terbuka. Selanjutnya, pria bersetelan formal itu langsung memasangkan sebuah mikrofon di kerah bajunya.
Amaryllis yang masih berdebar itu lantas memasuki ruangan. Matanya membulat sempurna, ternyata ruangan itu disetting mirip dengan alam liar. Layar proyeksi terbentang di atas ruangan luas itu. Mungkin luasnya bisa mencapai luas lapangan sepak bola? Atau justru memang seluas stadion? Amaryllis bahkan belum pernah melihat ukuran stadion yang sebesar ini.
Matanya kembali membulat ketika layar transparan besar yang ada di atasnya itu mulai menyala dan menampilkan identitas dirinya. Kelima dewan yang bertugas hari ini duduk di atas tribune yang berada jauh di atasnya.
Guratan tajam dan serius terpahat nyata di wajah mereka. "Coba perkenalkan dirimu," minta salah satu dewan berjas biru tua.
Amaryllis berjalan mendekat dengan sedikit menegapkan punggungnya. "Perkenalkan saya Amaryllis Heath, dari Sektor 5, Kota Wanner," ujar Amaryllis dengan suara yang lantang melalui mikrofon yang dipakainya.
Beberapa dewan tampak terheran-heran. Amaryllis tidak tahu apa yang sedang mereka bisikkan saat ini. Mungkin karena Amaryllis memperkenalkan namanya, atau karena daerah asalnya yang pelosok?
"Siapa yang mendaftarkanmu, Nona Heath?" tanya dewan lain dengan nada penasaran.
"Tuan Samuel Raedeen," jawab Amaryllis yang justru kembali membuat beberapa dewan itu tampak terkejut untuk yang kedua kalinya.
Amaryllis melihat datanya yang tertulis di dalam layar transparan, di sana memang tertulis dia mendaftarkan diri untuk Red Thunder, tetapi nama penanggung jawabnya kosong. Apakah nama Samuel cukup berpengaruh bagi orang-orang di sini?
"Baiklah, Nona Heath. Apa keahlianmu?" tanya dewan berjas biru lagi.
Gadis itu terdiam sejenak sembari mengamati setting tempat yang ada di hadapannya. Gadis itu mulai berpikir tentang apa yang bisa ia lakukan di sana.
"Berburu."
Salah satu dewan kemudian menekan sebuah tombol berwarna hijau. "Baik. Senjata apa yang menjadi keahlianmu?" tanyanya bersamaan dengan munculnya beberapa perkakas dan senjata dari dalam kapsul yang tiba-tiba muncul dari bawah lantai.
Amaryllis melihat tombak, pedang, tali tambang, dan beberapa perkakas lain. Sesuatu yang melengkung yang berada di ujung kapsul itu langsung menarik perhatiannya.
Tangannya kemudian terulur untuk mengambil busur beserta anak panah yang terbuat dari serat karbon. Saat mengangkatnya, dia merasa massa panah itu jauh lebih ringan jika dibandingkan dengan busur dan anak panah kayu yang biasa ia gunakan di Wanner.
"Saya akan memanah."
"Oke, lakukan," perintah salah satu dewan yang kemudian memencet lagi sebuah tombol untuk mengeluarkan beberapa papan target yang cukup besar dari balik dinding. "Waktumu 7 menit untuk memanah sebanyak-banyaknya."
"Di mulai dari sekarang!" seru dewan berbarengan dengan suara sirine penanda dimulainya waktu.
Amaryllis langsung menembakkan panahnya ke papan-papan itu. Setiap kali Amaryllis melepaskan anak panahnya, dia akan selalu menarik napasnya panjang dan kembali memfokuskan penglihatannya.
Papan-papan itu tidak bergerak sama sekali. Hal itu cukup memudahkannya untuk memanah mereka satu per satu dengan cepat dibandingkan dengan saat dirinya berburu di hutan. Dalam hitungan menit, ia berhasil mengenai 15 target dengan skor 8 hingga 10 di setiap tembakannya.
Tak terasa, suara tanda habisnya waktu pun sudah terdengar. Amaryllis lantas menghentikan tembakannya. Gadis itu merasakan jari-jemarinya yang sedikit gemetaran, mengingat dia belum pernah memanah dengan panah semacam itu sebelumnya.
Di sisi lain, dewan cukup terpukau dengan kemampuan memanah Amaryllis. Siapa sangka gadis bergaun pendek cerah itu dapat memanah dengan baik? Mereka kemudian mulai memberikan penilaiannya di balik meja mereka.
"Baik, Nona Heath. Kau bisa keluar dari sini dan menunggu hasilnya."
Gadis itu mengernyitkan dahinya. Dia merasa belum cukup puas dengan apa yang sudah ia lakukan. Memanah target biasa adalah hal yang cukup mudah. Apakah itu sudah cukup untuk membuatnya masuk ke Red Thunder? Kenapa sepertinya ada yang masih kurang?
"Permisi!" seru Amaryllis yang membuat para dewan menatap ke arahnya.
"Apakah saya boleh meminta tambahan waktu?" tanya Amaryllis yang membuat para dewan saling memandang satu sama lain.
"Apa ada hal lain lagi yang ingin kau tunjukkan, Nona Heath?" tanya dewan berjas biru itu yang tampak antusias.
"Apakah ada hewan yang bisa dilepaskan di arena ini?" tanya balik Amaryllis.
"Kami bisa melepaskan beberapa binatang kecil seperti kadal, serangga, kelinci, burung, ular."
"Tolong lepaskan beberapa burung yang bisa terbang."
"Maaf?"
"Tolong lepaskan burung-burung itu dan berikan saya waktu 10 menit," minta Amaryllis yang membuat para dewan terheran-heran di balik senyuman penuh rasa penasaran mereka.
"Baiklah. Kami beri tambahan waktu 10 menit," jawab dewan sembari memencet tombol untuk membuka sebuah pintu dari langit-langit ruangan itu.
Beberapa burung yang mulai beterbangan di atas mereka dengan riuh. "Dimulai dari sekarang!"
✬✬✬
✬Holla guys... Semoga sehat selalu... Jangan lupa untuk voment di bawah ya... SEE YOU ~ ❤
2021 © Anna Utara
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top