Prolog
... Pevita Pov ...
Saat ini aku sedang bersantai di rumah Wijaya karena kata dokter aku akan segera melahirkan,karena Denis suamiku pergi perjalanan bisnis untuk memperbesar Firma Hukum miliknya ,dia mengirimku kemari dengan alasan dia takut aku dan baby dalam kandunganku kenapa-napa.
"Sayang, kamu yang sehat ya di perut mama. Mama senang akhirnya kamu hadir dipernikahan mama dan papa, 2 minggu lagi kamu akan melihat dunia yang penuh lika liku ini " aku mengelus dengan sayang perut buncitku ini.
Aku tidak sabar melihat princesku lahir kedunia, apapun yang terjadi aku akan melindungi putriku dengan segenap jiwa ragaku.
Selama hamil aku sering sekali menyulam untuk membuat switer musim dingin yang sangat cantik untuk putriku kelak. Rencananya aku akan memberikannya saat berusia tujuh belas tahun , entahlah aku sudah menyimpan kado ketika ia berusia 17 tahun yang berisi beberapa barang pentingku.
Oh iya kalian pasti sudah tau jika Nadia sudah melahirkan bayi tampan nan gemas berjenis kelamin laki laki bernama Dinan, dia sangat lucu dan baru berumur 7 bulan.
" sayang ayo minum susunya dulu " kata mama sonia membawakan susu hamil untukku
" maaa jangan repot repot, aku hanya hamil bukan cacat yang tidak bisa melakukan apapun " Cibirku
" eh ibu hamil gak boleh bilang seperti ini loh " peringat mama,
" habisnya mama sih " gerutuku.
Aku bahagia, meskipun mama Fera sudah meninggal namun mama Sonia tetap menjaga dan merawatku selayaknya Nadia tanpa ada pembedaan diantar kami berdua, aku ingin seperti beliau.
" loh kok nangis " tanya mama Son saat melihatku menangis
" Vita hanya terharu memiliki keluarga seperti kalian " ucapku dengan suara serak menahan tangis
" mama juga bahagia memiliki kalian " kata mama sambil memelukku erat.
" apakah Nadia melupakan saudaranya yang sedang hamil tua ??" Gerutuku sebal membuat mama menyunggingkan senyumnya.
Aku merogoh ponsel dalam saku daster hamilku,
" hallo ada apa ,kau sudah lahiran? Dimana ? Kenapa tidak bilang ?" Tanya cerewet Nadia
" bukan, aku masih dirumah mama kemarilah aku kesepian " ujarku dengan kikikan
" iya iya aku kesana, mumpung dirumah sepi dan Dinan diculik mertuaku " ujarnya terkekeh.
" oke aku tunggu " kataku mengakhiri sambungan.
" gimana ?" Tanya mama
" dia akan datang,hihihi " jawabku terkikik geli.
.
.
.
" hei bumil jangan nyemil muluu" kata Nadia yang baru datang sukses membuatku berjingkat kaget
" kamu mengagetkan anakku " gerutuku sambil mengelus dada dan perutku.
Dia berjalan kearahku dan terkekeh,
" hallo baby girl, taukah kamu auntymu ini sudah tidak sabar melihat wajah cantikmu " kata Nadia sambil memegang perut buncitku,
" iya aunty aku juga tidak sabal melihat wajah cantik aunty celewetku " kataku menirukan suara anak kecil
" dasar menyebalkan " cibir Nadia kesal akan godaanku.
" loh Nadia mana cucu mama ?" Tanya mama yang baru saja menghampiri kami
" ih mama, anaknya datang malah yang ditanyain cucunya " gerutu Nadia
" Nad Nad kamu itu cemburu kok sama anak sendiri " kata mom sambil tertawa.
" Dinan diculik mertuaku ma, mereka selalu memonopoli Dinan " keluh Nadia
" kamu harus buat jadwal " kata mama membuat kami menyerngit heran
" for ?" tanya Nadia menaikkan satu alisnya
" ya jadwal Dinan akan bersama siapa, mama papa kan pengen juga sama cucu mama "
" aihh mama, aku kirain jadwal apa. Baby girl , jangan kaget dengan tingkah oma opamu ya jika nanti kamu lahir " kata Nadia sok sedih didepan perutku.
Aku merasa perutku mulas,
" auu, mama Nadia perutku sakit. Awwww " pekikku kesakitan
" astaga kamu akan melahirkan, Mamangggggg bantu Pevita kemobil " teriak mama memanggil sopir rumah.
Mamang berlari tergesa gesa membantuku berjalan kearah mobil Nadia, mama mengelus kepalaku menghilangkan keringat yang bercucuran. Nadia melajukan mobilnya bagaikan pembalap handal dengan klakson tak henti hentinya,
" sabarlah sebentar lagi sampai " ujar Nadia.
Akhirnya kami sampai di rumah sakit milik Fernand , aku menggigit bibirku dan menggenggam tangan mama kuat,
" huh huh, sak..kitttt "
" tolong panggil dokter kandungan terbaik " suruh Nadia pada perawat itu
" baik Nyonya Pirthfly "
Tak lama dokter kandungan itu menghampiriku yang duduk dikursi roda,
" nyonya apakah dia kakak anda ?" Tanya dokter itu
" ya Maria, tolong bantu dia melahirkan keponakanku " kata Nadia cemas
" tolong bantu nyonya ini berbaring " kata dokter itu.
Aku berbaring dibantu para perawat, dokter itu memeriksaku
" kapan anda merasa mulas nyonya ?"
" sudah 1 minggu ini dok..ter " ucapku terbata saking menahan sakitnya
" baiklah, releks saja dulu, ini baru bukaan tiga "
Lalu dokter itu keluar disusul Nadia, aku meremas tangan mama yang masih menggenggam tanganku,
" mama sakittt " aku menangis
" sabar sayang, suamimu akan segera datang dengan jett pribadinya " kata Mom
... Author Pov ...
Peluh membasahi wajah Pevita,Denis dan dokter Maria. Suasana menegangkan menyelimuti ruangan bersalin itu,
" ayo nyonya, tarik nafass hembuskan "
" akuu.akku tidak kuat lagi " kata Pevita sebelum menutup matanya
" sayang bertahanlah demi anak kita " ujar Denis menciumi puncak kepala Pevita
" kita akan melakukan operasi " putus dokter maria
Denis keluar dengan wajah murung membuat Nadia, Fernand, Sonia, Ardi dan Sellin mama Denis bingung dan khawatir.
" bagaimana nak ?" Tanya Sellin khawatir,
" Pevita harus operasi Mom " jawab Denis lirih,
Sonia lalu menangis dipelukan Ardi,
" tenanglah" ujar Ardi menenangkan Sonia.
Menunggu 1 jam bagi mereka seperti satu tahun, Denis mondar mandir didepan ruang persalinan dengan menggigit jarinya tanda ia mulai resah.
" kenapa lama sekali " gerutu Denis
" tenanglah ,aku juga pernah disisimu " ujar Fernand pada Denis
Oekkk oekk, suara tangis bayi membuat semua orang tersenyum lega.
Ceklek , pintu ruang bersalin terbuka. Dokter Maria menghampiri mereka
" bagaimana kondisi mereka dok ?" Tanya Denis
" putri anda sehat pak, tapi Nyonya Pevita kehilangan banyak darah. Beliau ingin bertemu anda dan anda harus mengadzani putri anda " jawab Dokter Maria
Denis menerima bayi perempuan mungil yang sangat cantik itu dengan haru, lalu dia mengadzani putri pertama mereka,
" putri kita sangat cantik, hanya dagunya yang menuruniku,kau curang " kata Denis kepada Pevita
Pevita tersenyum,
" bolehkah aku menggendongnya ?" Tanya Pevita diangguki Denis.
Pevita menangis menatap putrinya, putri cantiknya dan memberi ASI pertamanya untuk Velove
" namanya Denita Velove Amberley Wijaya " kata Pevita sambil tersenyum membelai wajah putrinya
" Denita Velove ?" Tanya Denis
" ya, Denis Pevita penuh cinta. Dia yang akan mengingatkanmu kepada cintaku padamu, jaga dia untukku "
" apa maksudmu ?"
" berjanjilah, cintai dan sayangi dia. Tolong ambil gambarku , aku ingin membuat vidio dengan putri cantikku. Itu kameranya ada ditas itu " ucapnya menunjuk paper bagnya.
Denis mulai merekam ditandai dengan lampu infrared yang menyala. Pevita menciumi wajah Vee dan berkata
" hai Vee sayang, kesayangan mama papa. Kamu jadi wanita yang kuat ya nak, sayang sama mama papa dan keluarga besar kita. Mama sangat menyayangimu, tumbuhlah menjadi kebanggaan mama dan papa. Mama mencintaimu nak sangat mencintaimu. Denis berikan kalungku untuknya " Pevita memeluk bayi mungil itu dengan erat seakan tidak ingin dipisahkan.
Titttttttttttt , suara alat deteksi jantung itu berbunyi nyaring. Perawat mengambil alih bayi itu,
" buka matamuu sayang, jangan tinggalkan kami" teriak Denis dengan air mata yang menetes sambil mengguncang tubuh Pevita
" silahkan geser dulu pak " kata dokter Maria,
Denis keluar, dan baby Velove berada di gendongan Sellin.
" maaf nyonya Pevita tidak bisa diselamatkan " kata dokter Maria lirih membuat semua orang bagaikan sitampar.
Semua orang menatap sedih bayi itu, berbeda dengan Denis. Dia menatap Vee dengan pandangan kosong.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top