22 ~ Datang Lagi

Dia kembali datang lalu menghajar tanpa ampun.
Tak ada jeda ataupun waktu beristirahat.
Melawan adalah caraku untuk bertahan.
Meski remuk redam aku terimakan.
Aku harus kuat, karena itu adalah pilihan terakhirku.
(NararyaTirtakusuma)

🍃🍃🍃

Musim pancaroba masih saja berlangsung. Panas terik selama seharian tiba-tiba tertutup mendung. Hujan merubah suhu menurun drastis dan membuat beberapa orang bergidik karena dingin.

Mahasiswa yang sedang fokus mendengarkan penjelasan dosen menoleh saat hujan mulai turun. Belum lagi suara bergeretak seperti benda keras beradu dengan genting di balik gedung perkuliahan.

"Hujan es!" seru beberapa orang.

"Bu, terlalu berisik! Kurang jelas suaranya," teriak Indra.

"Oke, kita jeda sebentar sambil menikmati hujan es, semoga lekas reda supaya kita lanjut," ujar Bu Hana.

Sebagian mahasiswa hanya mengangguk, selebihnya justru berharap hujan akan awet hingga akhir kegiatan. Andre berbisik pelan pada Cio. "Semoga hujannya awet sampe kelar jam kuliah terakhir, ya, Kak?"

"Amin! Semoga saja begitu. Kalau bisa sampai akhir lumayan, bisa pulang cepet," ujar Cio sambil mengangkat tangannya, menjawab doa Andre

"Mana bisa pulang cepet kalo hujan begini? Gue bawa motor! Eh, tapi lumayan bisa hujan-hujanan," timpal Arya.

"Lo mah sukanya hujan-hujanan ae kek bocah! Inget umur, Nyet! Lo bukan anak kecil lagi."

"Asal kalian tahu, saat hujan itu waktu yang paling tepat untuk berdoa. Insyaallah doanya diijabah bareng hujan yang turun ke bumi." Arya menjawab ejekan dari Andre

"Udah, Ndre! Iyain ae kalau Pak Ustaz lagi ceramah, biar cepet kelar. Emangnya lo nggak kepanasan diceramahin?" ujar Cio

"Sialan, lo, Kak! Selalu aja gitu pas gue kasih tau. Emangnya lo nggak percaya sama yang gue omongin? Itu agama yang bilang, bukan gue!"

"Gue percaya, bocah! Gue cuma khawatir itu penunggu di badan Andre pada berontak pas lo ceramah, nggak lucu juga 'kan pas kita asyik ngobrol dia malah teriak-teriak kepanasan," jelas Cio.

"Si Andre kesurupan? Mana bisa, Kak? Sebelum masuk badannya jin-jin udah pada nolak kali, Kak. Mereka nggak akan mau soalnya sesama jin nggak boleh saling merasuki." Arya menjawab sambil meraih jaket saat dingin mulai menyapa kulitnya.

"Emang sahabat nggak ada akhlak, ya, begini ini. Teman sendiri disamain sama jin. Asyeemm banget lo, Ar!" Andre menimpali ucapan Arya sambil menatap sahabatnya yang sedang memakai jaket. "Lo kedinginan? Padahal meski hujan gini masih kerasa gerah banget, Ar," imbuh Andre.

Arya hanya menganggguk dan bersedekap guna menghangatkan tubuhnya. Lelaki itu mencoba bernapas dengan mulut saat beberapa kali tarikan napasnya justru terasa menyakitkan hingga membuatnya terbatuk . Batuk yang sedang menderanya selama dua hari ini terasa lebih menyesakkan.

🍃🍃🍃

Mereka pulang kuliah saat hujan sudah benar-benar reda. Namun, hawa dingin justru semakin terasa saat mereka naik motor. Arya bahkan meminta Aren supaya lebih pelan membawa motor yang mereka kendarai.

Saat dini hari, Aren terganggu tidurnya karena mendengar Arya terbatuk tanpa jeda. Terdengar begitu menyakitkan. Apalagi batuknya tak berdahak.

Perlahan Aren memasuki kamar abangnya dan mendapati Arya tengah duduk bersandar pada kepala ranjang sambil berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Aren tertegun melihat sang abang kesusahan dalam bernapas.

"Gu-gue ganggu tidur, lo, ya?" ujar Arya lirih. "Makanya jangan bawa penyakit, lo sakitnya pake acara nularin gue lagi!"

"Nggak usah banyak omong, napas yang bener pake hidung, jangan pake mulut!" Aren memerintah dengan sangat tegas.

"Hufth ..., na-napas pake hidung lama, sempit pula lubang hidungnya. Pake mulut bisa dapet ba-banyak!" jawab Arya dengan terengah.

Belum sempat Aren membalas ucapan sang abang, suara Arya lebih dahulu menginterupsi. Arya sampai membungkuk begitu batuk itu menyerangnya lagi. Sial! Batuknya itu sampai tak memberinya jeda untuk mengambil napas.

Tarikan napas Arya semakin memberat. Bahkan dia sampai membusungkan dadanya berharap oksigen bisa memenuhi paru-parunya. Setiap satu usaha tarikan napas justru terjeda batuk.

"Lo bakal kehabisan napas kalo kayak ini, Bang! Ke rumah sakit, ya? Biar bisa dibantu oksigen." Permintaan Aren hanya dijawab dengan gelengan.

"Gak apa-apa, gue masih bisa," ujar Arya sambil meraih mug di nakas dan menandaskan isinya.

Aren merasakan basah saat menerima gelas pemberian Arya. Aren berpikir mungkin itu tetesan air yang lolos dari bibir abangnya, tetapi begitu dilihat ada bercak merah yang menempel di mug putih tersebut.

Aren kemudian meraih tangan abangnya. Noda darah itu juga ada di sana. Abangnya batuk dan berdarah, meski tak banyak hal itu cukup membuat Aren khawatir.

"Lo nggak bisa nolak kali ini, ke rumah sakit sama gue atau gue telepon orang rumah sekarang juga? Sakit lo nggak main-main, Bang! Ini sampai berdarah!"

"Tenggorokan gue yang luka sampe berdarah gini!" elak Arya.

Aren diam dan berlari ke kamarnya. Lelaki itu mengaktifkan aplikasi grab-car guna memesan satu mobil untuk membawa Arya ke rumah sakit. Begitu dapat, dia langsung bersiap.

Tanpa banyak berbicara, Aren membantu Arya bersiap. Mengganti kaos yang sudah basah, kemudian melapisi pakaian abangnya dengan jaket yang lumayan tebal. Tak lupa juga mengantongi ponsel dan dompet.

"Nggak perlu ke rumah sakit. Tidur bentar pasti sembuh!"

Meski sedikit kesal, Aren tetap fokus perhatian pada Arya dan membantu menuntun abangnya ke lantai bawah. Begitu suara klakson terdengar, mereka bergegas keluar dan masuk ke mobil yang sudah Aren pesan. Tanpa banyak tanya lagi, sang sopir langsung membawa mereka ke rumah sakit terdekat.

🍃🍃🍃

"Lagi tidur, Ma. Semalam begitu masuk UGD langsung dipakein masker oksigen. Batuknya nggak berhenti malah makin sesak. Aren juga panik, soalnya batuknya abang ada darahnya."

"Aren sudah benar bawa abang ke RS. Aren sabar dulu, ya, Nak? Bentar lagi Mama, Ayah Ris sama Papa bakal ke sana. Jagain abangnya. Jangan lupa istirahat juga kalo emang abang lagi tidur," ujar suara di ujung telepon.

"Iya, Ma. Aren hari ini bolos. Cuma titip pesan sama teman kalau abang masuk RS, semoga saja dimaklumi lagi."

"Iya, nggak apa-apa, yang penting abangnya dulu dijagain. Mama siap-siap dulu. Aren mau dibawain apa? Baju? Makanan?"

"Nggak usah, Ma. Baju udah minta tolong sama Andre dan Kak Cio buat bawain sehabis kuliah."

"Mama siapin makan saja buat kalian. Baik-baik ya, Nak. Asalamualaikum."

"Iya, Ma. Wa alaikum salam."

Aren duduk di kursi samping brankar. Menatap sendu wajah pucat Arya dengan nasal canul bertengger dibawah hidungnya. Bersamaan dengan helaan napas dari Aren, terdengar ketukan dan suara pintu terbuka.

Aren menoleh dan mengangkat jari di depan mulutnya saat tamu yang datang sudah ancang-ancang untuk berbuat gaduh. Dua laki-laki itu akhirnya masuk perlahan dan duduk di sofa dengan tenang.

Aren memeriksa barang bawaan yang tersimpan dalam satu tas punggung. Dia mengangguk puas karena barang yang dipesan tidak ada yang tertinggal.

"Dah tadi yang tidur? Anteng banget dia kalau seperti ini," Cio mendekat lalu mengusap peluh yang membasahi kening Arya dengan tisu yang tersedia di nakas.

"Baru dapat satu jam yang tidur. Mulai dari UGD sampe observasi selesai abang nggak bisa tidur. Batuk terus-terusan sama sesak. Itu bisa nyaman tidurnya pas posisi setengah duduk gitu. Kalau full berbaring malah makin susah napasnya." Aren menjelaskan dengan suara pelan.

Andre hanya terdiam mengamati sahabatnya. Jarang-jarang dia mendapati sahabatnya itu terkapar di rumah sakit. Sekalinya terkapar kondisinya tampak begitu mengenaskan.

"Itu kapan bisa dibuka? Gue nggak suka liatnya, berasa parah banget. Baru ini gue liat dia nggak berdaya kayak ini. Sakitnya apaan, sih?"

"Nggak ngerti, diagnosis awal ada masalah sama paru-parunya. Tadi sudah diambil darahnya untuk cek lab, dari situ baru bisa ambil tindakan selanjutnya sambil nunggu visite dari dokter," ujar Aren sambil menahan kantuknya.

"Ren, tidur aja. Ada kita yang jagain Arya. Lo pasti capek udah begadang dari semalam," ujar Cio.

"Gue tidur dulu, Kak," ujar Aren sambil beranjak ke tempat tidur yang disediakan untuk penjaga pasien. "Kalau abang butuh sesuatu bangunin, ya? Keluarga gue udah otw ke sini, nggak akan lama bakal sampe. Untuk saat ini sorry, kita lagi-lagi ngerepotin lo berdua."

"Udah, tidur sana. Makin lama makin ngelantur omongan lo, Ren!" perintah Andre sambil mendorong tubuh Aren supaya segera berbaring.

🍃🍃🍃

Hualaaaa, up di jam sinderlela!
Selamat menikmati malam kalian bersama Aren dan Arya.

Salam sayang!

ONE DAY ONE CHAPTER BATCH 3
#DAY22
Bondowoso, 16 Juli 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top