11 ~ Mantan Pertama, Bukan Cinta Pertama.
Ini urusan hati, jangan main-main.
Ketika ada hati yang berlabuh, jangan disakiti.
Namun jalan yang aku pilih sudah salah.
Aku menyakitinya secara tak langsung.
Melambungkannya lalu menghempasnya dari ketinggian.
(Nararya Tirtakusuma)
🍃🍃🍃
"Nara, terima kasih atas bantuannya. Kita selamat karena medianya selesai," ujar Mala begitu kelas usai.
"Sama-sama. Makasih juga sama yang lainnya. Mereka sudah mau bertanggung jawab atas tugas masing-masing. Ya, meski ada yang telat sampe sini."
Arya kemudian beranjak menghampiri Andre yang sudah menunggunya selesai berkemas. "Ndre, ngantin! Laper gue!" ucap Arya sambil menepuk bahu sahabatnya.
Mala yang mendengar ajakan Arya pada Andre memilih untuk menyusul mereka. Gadis berhidung bangir itu tak sendirian, ada Ana yang menemani. Mereka menjadi dekat sejak pembentukan kelompok kemarin.
"Mala, kita ngikutin mereka? Ngapain? Kalo sekiranya lama aku mau balik dulu. Soalnya masih ada yang mau dikerjakan," kata Ana.
"Makan siang aja, An. Nggak akan lama, kok! Mala cuma mau traktir Nara sebagai ucapan terima kasih. Temenin Mala, ya?"
"Abis makan aku balik, loh, ya!"
Mala lalu mengangguk, menggandeng tangan Ana supaya gadis berjilbab peach itu sejajar dengannya. Diam-diam Mala mengamati Ana dengan saksama. Mala menilai Ana sebagai wanita tegas, tapi juga lembut.
Aura keibuan dan anggunnya amat terasa. Mala yang berdiri di samping Ana merasa sangat nyaman dengan keberadaan gadis itu. Kenapa baru sekarang Mala merasa mendapat teman dekat?
Seharusnya dari dulu Mala kenal dekat sama Ana. Batin Mala diiringi senyum di bibir pink-nya.
🍃🍃🍃
Mala menengok kanan dan kiri untuk menemukan keberadaan Arya dan Andre. Ana yang berdiri disampingnya juga melakukan hal yang sama. Hingga gadis yang lebih pendek dari Mala itu menarik Mala ke jejeran meja terdepan.
"Mau ke mana?" tanya Mala.
"Tuh, mereka di sana!" tunjuk Ana pada Andre yang sedang tertawa terbahak.
"Tau aja sama yang Mala cari. Ana emang pengertian."
Keduanya berjalan menghampiri Andre dan Arya yang sudah mulai menyantap gado-gado. Mala yang tiba-tiba duduk di hadapan Arya membuat lelaki itu tersedak dan terbatuk beberapa kali.
"Ma-maaf ..., minum dulu, minum dulu!" tawar Mala sambil menyodorkan segelas the hangat yang ada di hadapan Arya.
Andre pun tak tinggal diam, dia menepuk pelan punggung sahabatnya. "Lo dateng macem jelangkung, Mal. Tiba-tiba udah ngejogrok depan Arya! Nggak disembur untung, lo!"
"Maaf, nggak sengaja. Padahal niatnya bikin surprise. Lah, malah keselek kayak ini."
"Udah, udah. Gue gak papa, Ndre," kilah Arya.
"Sebagai permintaan maaf, boleh nggak Ana sama Mala duduk sini? Lagian tempat lain udah penuh."
"Ya, udah! Boleh," balas Arya datar.
"Nara ..., untuk makan siang ini Mala yang traktir ya? Sebagai ucapan terima kasih dan sekaligus permintaan maaf sudah bikin Nara keselek barusan."
"Yeaay, makan gratis! Gue juga ditraktir, Mal?" tanya Andre.
"Andre bayar sendiri. Mala mau traktir Ana sama Nara."
Ucapan Mala dibalas dengan wajah sok imut seperti bocah yang tidak mendapat jatah beli mainan dari bapaknya. "Please, masa Arya sama Ana saja? Nggak boleh pilih kasih, Mal. Ada aku, jadi aku harus dibayarin juga."
"Ish ..., padahal Andre anak orang kaya. Masa minta traktir sama Mala?"
"Makasih, Mal. Aku bayar sendiri. Nggak usah repot-repot."
"Mala nggak repot, Nara nggak usah sungkan. Kita nggak cuma berdua, ada Ana sama Andre. Kita makan siang bareng."
Arya menoleh pada Ana dan Andre bergantian. Akhirnya lelaki itu menerima tawaran dari Mala. Tanpa banyak suara lagi, Arya menikmati gado-gado yang tadi sempat dia abaikan untuk sesaat.
Mala yang biasanya banyak bicara pada Arya memilih untuk menikmati sajian di hadapannya dengan dalam diam. Sesekali dia mengangkat kepala dan menatap manik mata milik Arya. Ana menyenggol Mala saat selama sepersekian detik gadis berkacamata itu terpesona dengan garis wajah Arya yang tegas.
"Apa?" tanya Mala.
"Gitu ama liatin Arya? Emangnya si Arya tontonan? Mingkem, Mal!" ucap Ana sambil mendorong dagu Mala supaya mulutnya mengatup.
🍃🍃🍃
Kejadian siang tadi di kantin membuat Arya tak bisa memejamkan matanya. Lelaki itu memutar kembali kenangat saat dia menerima Mala menjadi kekasihnya. Arya melamun, dia kembali ke masa dia mengangguk dan menerima Mala.
Setelahnya, mereka menjadi sepasang kekasih. Jika keduanya saling sayang dan cinta setidaknya ada gelenyar aneh yang merasuk dan menumpuk di dada. Namun apa yang dirasakan Arya hanya hampa.
Selama seminggu sejak hari jadi mereka, Mala tetap setia menyapa Arya dalam setiap kesempatan melalui pesan yang dia kirim melalui whatsapp. Arya memainkan perannya dengan apik. Dia enggan membuat Mala kecewa. Segala pesan itu dibalasnya dengan lembut meski tak dari hati.
Desahan napas Arya ternyata mengundang kernyitan di dahi sepupunya. "Kenapa, Bang?"
"Pernah jatuh cinta, nggak?"
"Lo nanyain gitu ke gue? Emang lo sendiri gimana? Pernah jatuh cinta?"
"Ditanyain malah nanya balik! Gue nggak jatuh cinta, tapi udah punya cewek!" ujar Arya yang lagi-lagi menghela napas.
"Cewek mana yang lo PHP-in? Jangan mainin perasaan cewek, Bang. Perasaan mereka itu lembut. Lo tau ager-ager yang setengah beku nggak? Perasaan cewek kayak itu, sekalinya disentuh langsung ambyar."
"Gue nggak mainin perasaannya. Si Mala main nembak gue di depan kelas. Apa yang gue lakuin itu justru nyelametin muka Mala dari temen-temen. Kebayang nggak kalo gue nolak dia?" jelas Arya.
"Nggak! Tapi apa lo bayangin gimana kalo dia tahu ternyata lo nerima ungkapan perasaan hanya karena nyelametin dia dari rasa malu?"
Arya meneguh ludahnya. Terasa seret di tenggorokannya. "Gue nggak mikir sampe ke situ. Terus gimana?"
Aren hanya diam dan mengangkat bahunya. "Gue nggak ikut-ikut, balik lagi ke lo. Lo maunya gimana? Saran gue, kalo emang lo nggak suka kenapa harus dipaksakan?"
"Gue nggak nyaman sama situasi kayak ini. Gue lega dia nggak malu depan teman-teman, tapi gue yang ngerasa terbebani, capek!"
Arya kemudian meraih ponselnya. Jarinya menari-nari di permukaan ponsel. Hingga beberapa saat kemudian helaan napas yang keluar dari bibirnya.
Me:
Asalamualaikum, Mala.
Maaf mau minta waktunya sebentar, boleh?
BIN18_MALA
Wa alaikum salam, Nara.
Boleh, ambil waktu Mala sebanyak yang Nara mau.
Me:
Mal, mohon maaf sebelumnya.
Mungkin apa yang bakal aku sampaikan ini melukai perasaan Mala.
Jujur saja tidak ada sedikit niatan untuk melakukannya.
Mal, aku nggah nyaman sama hubungan kita.
Aku sadar di mana letak salahku, harusnya aku bilang dari awal.
Aku cuma nggak mau Mala itu malu di depan teman-teman.
Maaf sudah menyita waktu kamu sampai selama ini.
Nyatanya, waktu yang Mala luangkan ternyata sia-sia.
Maaf ...
BIN18_MALA
Mala nggak nyangka kalo ternyata tindakan itu malah bikin Nara repot.
Maaf atas kebodohan Mala.
Nara nggak salah. Mala yang salah.
Bolehkah Mala simpan perasaan ini?
Jujur, Mala itu sayang sama Nara.
Nara cinta pertamanya Mala
Me:
Untuk urusan hati, itu hak Mala.
Tapi satu pesanku, jangan seperti itu lagi.
Jangan membuat diri Mala malu di hadapan banyak orang.
Karena Mala meliki harga diri yang harus dijaga.
Jangan mengejar Mal, biarlah kamu yang dikejar.
Tugasmu hanya satu.
Memantaskan diri untuk dia yang akan menjadi jodohmu.
BIN18_MALA
Naraaaa... Mala makin cinta sama Nara.😢😢😢
Hubungan kita selesai, tapi bisa nggak balikan?
Kalo Nara berubah pikiran, ayo balikan!
Me:
😑😑😑😑
Maaf, Mal. Mungkin gue cinta pertama buat lo, tapi sayangnya lo mantan pertama gue. Batin Arya
🍃🍃🍃
Mohon maaf untuk keterlambatan update chapter ini.
Maaf tidak menepati janji.
Tapi malam ini malah double up, seneng nggak?
Aku sih seneng, masio rada senep.
Wkwkwkwkw
ONE DAY ONE CHAPTER BATCH 3
#DAY11
Bondowoso, 06 Juli 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top