02 ~Langganan
Tak selamanya jawaban 'iya' akan menyenangkan.
Tak selamanya menerima adalah keputusan yang terbaik.
Tak selamanya pula yang diam akan tertindas.
Butuh waktu untuk belajar bilang 'tidak'.
Butuh waktu untuk belajar menolak.
Butuh waktu sampai akhirnya hati nyaman untuk berbicara.
Kebaikanmu itu berharga, tak seharusnya diobral dan disalahgunakan.
(Narendra Tirtakusuma)
🍃🍃🍃
Seorang gadis dengan kemeja berwarna biru langit berdiri di hadapan Arya. Senyum merekah di bibirnya yang berpulas lipstik berwarnya peach. Kacamata berbingkai bundar bertengger di atas hidungnya.
Arya berdiri dan berhadapan langsung dengan Aruan Kumalasari. Wanita keturunan Jawa-Manado the most wanted di kelas Pendidikan Bahasa Indonesia 2018. Arya masih kaget dengan kedatangan Mala yang tiba-tiba.
"Mau apa?" tanya Arya sembari memundurkan tubuhnya hingga mepet ke meja.
"Aku tadi telat cek pesan di grup kelas. Sampai kelas anak-anak udah nggak ada. Aku tanya sama yang lain katanya kamu udah pergi. Terus kata Uci kamu ada di perpus, makanya aku ke sini," terang Mala.
"Terus, kamu mau apa?"
"Kok Nara jadi ketus sama Mala? Nggak kangen sama Mala?" Gadis itu memanggil Arya dengan awalan namanya.
"Aku sibuk, anak-anak belum kumpulin tugas Bu Hana. Tugas Pak Fad deadline-nya ntar malam, tapi masih banyak yang belum kerjain," terang Arya dengan suara pelan.
Lelaki yang sedang menempuh semester empat itu tak melupakan di mana dia berada. Sehingga suaranya dibuat serendah mungkin supaya tak mengganggu dan melanggar aturan yang ada.
Bukannya pergi, Mala justru mendudukkan dirinya di kursi kosong sebelah kursi Arya. "Mala mau anterin tugas Pak Fad sekalian tanya tugasnya Bu Hana."
Dengan ragu Arya kembali duduk. "Kirim surel saja, ngapain pake dianterin?"
"Sekalian melepas rindu sama Nara!"
Arya berdeham, selalu saja begini jika berhadapan dengan Mala. Ada gelenyar aneh yang memenuhi dadanya. Detak jantungnya seperti memainkan musik disko, sangat mengganggu.
"Nih tugasnya, Mala pake flashdisk, boleh? Surel Mala terblokir. Mala juga kehabisan kuota. Tadi coba kirim pakai wifi di rumah yang ada cuma muter-muter aja. Mala boleh sekalian minta tolong nggak?"
"Apa?" tanya Arya datar.
"Sekalian dicek tata bahasanya, ya? Terus kalo ada yang belum rapi minta tolong dirapikan, Nara pasti jauh lebih paham dari Mala."
"Berhenti panggil Nara, aku nggak suka."
"Nggak peduli. Sampai kapanpun setelah 'M' akan selalu ada 'N'. Jadi setelah Mala akan selalu ada Nara yang menunggu. Bye, Nara! Mala pamit dulu. Itu si gula Aren dah datang!" ujar Mala sambil menunjuk pintu dengan menaikkan dagunya.
Arya cengo mendengar gombalan receh dari Mala. Arya lantas menoleh ke arah pintu perpus setelah Mala beranjak dari sampingnya. Dilihatnya sang adik melambai pada tanpa suara dengan sedikit kernyitan di dahi yang membuat alis tebalnya saling beradu.
🍃🍃🍃
Arya dan Aren menempati sudut kantin yang berhadapan langsung dengan taman. Rindang pepohonan dan semilir angin yang berhembus membuat mereka berdua betah berlama-lama di kantin.
Apalagi saat jam kosong seperti ini. Menikmati suasana sendu dan terpaan sinar matahari yang mencuri celah menembus rimbunnya dedaunan. Ditemani dengan sepiring gado-gado untuk Arya, dan sepiring tahu lontong untuk Aren. Tak lupa dua gelas es jeruk untuk melepas dahaga.
"Sebelum gue nyampe perpus, yang lo ajakin ngobrol itu si Mala? Lo masih sering ngobrol sama dia?" tanya Aren penuh selidik.
"Hu'um ..., itwu Mwala," jawab Arya dengan mulut yang masih penuh dengan gado-gado.
"Heh, bocah! Telen dulu, baru ngomong!"
Arya menyambar es jeruk di hadapannya dan menoleh pada Aren. "Gue abangnya, lo yang bocah!" Arya tak terima dianggap bocah oleh sang adik.
"Gue lahir duluan kalo lo lupa! Gue lebih tua dari lo dan itu sah secara hukum ...." Ucapan Aren terhenti saat seseorang yang mereka kenal tiba-tiba datang dan menyambar gelas es jeruk yang baru saja menempel di bibir sepupunya.
Sebagian isinya tumpah membasahi baju Arya. Sang tersangka hanya nyengir kuda melihat baju sahabatnya itu. Andre--sahabat Arya--kemudian mengambil beberapa helai tisu dan mengelap dagu Arya.
"Nyet, lo dapat salam dari anak-anak. Mereka dah kirim tugasnya Bu Hana sama Pak Fad. Seperti biasa, sekalian minta tolong koreksiin," jelas Andre sambil menyendok gado-gado milik Arya.
Arya mengangguk dan menyambar sendok Aren lalu menyuap sesendok penuh tahu lontong yang kaya bumbu ke dalam mulutnya.
"Ngapain juga itu anak Bahasa Indonesia masuk jurusan bahasa kalo self-editing aja mereka masih minta tolong sama orang lain? Nggak kreatif banget sih, Ndre?"
Andre yang paham tabiat Aren hanya mengedikkan bahunya. "Meneketehek?! Coba aja adain survey buat tau jawabannya. Dan survey membuktikan ..., sepupu lo nggak pernah nolak kalo dimintain tolong. Monyet satu ini paling anti menolak permintaan orang lain."
Ternyata masih saja seperti yag sudah-sudah. Banyak yang memanfaatkan kelemahan Arya yang memang tak pernah bisa menolak saat dimintai bantuan. Arya selalu saja meng-iya-kan setiap permintaan yang datang padanya.
Apalagi jika sudah berkaitan dengan tugas kuliah, pinjaman uang, bahkan permintaan untuk menjemput salah satu teman yang kesiangan dan tidak ada yang mengantar.
Aren berdecak kesal dan melirik tajam pada sang abang.
Arya yang merasa terintimidasi dengan tatapan elang sang adik salah tingkah. Dia mendorong piring gado-gadonya ke hadapan Andre. "Gue tau lo kelaperan, tapi nggak usah ngeces juga kali. Tuh habisin! Ajegile nih Bu Kantin, seporsi sebanyak ini apa nggak rugi ya?"
Merasa tatapan sang adik masih tertuju padanya Arya berkata, "Gue sekadar bantuin aja. Kalo banyak salah ya gue balikin ke orangnya. Itung-itung latihan dasar, siapa tau punya perusahaan penerbit lumayan 'kan?"
"Suka-suka lo ae, Bang!" ketus Aren sambil berlalu meninggalkan abangnya dan Andre.
🍃🍃🍃
Aren bersedekap diambang pintu kamarnya dengan wajah dingin dan tanpa ekspresi. Sejak kejadian di kantin kampus, Aren mendiamkan sang abang. Kesalnya siang tadi masih belum sepenuhnya hilang.
Bukan menghilang, kesalnya kian bertambah ketika dia mendapati Arya masih menatap layar laptop dan berkutat dengan tugas milik temannya.
"Kenapa lo yang ribet koreksi tugas mereka, sih? Lo nggak kurang kerjaan, Bang!"
"Tugas mereka banyak, Ren! Gue Cuma bantuin mereka di waktu senggang aja," elak Arya.
"Lo pikir mereka nggak punya waktu senggang?"
"Beberapa yang gue bantuin emang lagi sibuk sama urusannya masing-masing."
"Terus? Lo sendiri nggak punya urusan gitu? Bang, lo itu bukan editor lepas! Lo kerjain itu gratisan. Harusnya mereka tanggung jawab sama tugas masing-masing. Kalo mereka gak bisa koreksi tugas karena sakit, kecelakaan ato apalah keperluan mendesak, gue gak masalah, Bang!" Aren mulai terbawa emosi.
Sang adik mengembuskan napas dengan kasar. "Mereka bukan nggak ada waktu senggang! Waktu senggang mereka terlalu banyak sampai-sampai mereka bisa hangout dan nonton bioskop! Sementara lo di sini mumet sendirian!" ucap Aren dengan intonasi yang meninggi.
"Ngegas amat, Pak? Woles dikit, Ren!" Arya menjawab dengan pandangan masih tertuju pada laptop.
"Bang, berhenti!" pinta Aren saat melihat Arya sudah mulai kehilangan fokus saat menatap layar laptop
"Tanggung, dikit lagi dan tinggal simpan!"
Aren geregetan melihat Arya yang tak kunjung menghentikan kegiatannya, sebelum Arya menekan ctrl+S, dengan cepat dia merebut laptop Arya dan menjauhkan jangkauannya
"Heh, itu belum tersimpan, Ren!" Arya berusaha merebut kembali laptopnya, tetapi dia kalah cepat dengan Aren yang sudah meletakkan laptop tersebut ke dalam lemari dan menguncinya. Seringai kemenangan tersungging di bibir Aren
Gerakan Arya yang tiba-tiba berdiri, ditambah dengan terlalu lama menunduk dengan fokus menatap layar membuat dunia Arya seolah berputar dengan hebatnya. Kepalanya seperti dihempas dengan sangat kuat.
"Bang?" panggil Aren dengan pelan saat melihat sebelah tangan Arya bertumpu ke meja.
Arya menggelengkan kepalanya dengan kuat guna menetralkan sensari berputar yang semakin menggila. Memejamkan mata ternyata bukan solusi yang baik. Rasa terhempas dan berputar malah membuatnya mual.
Aren langsung meraih sebelah lengan Arya saat melihat tubuh abangnya itu mulai limbung. "Makanya kalo dibilangin itu nurut! Kalo gini siapa yang repot?"
"Lo yang repot, Ren!" sahut Arya lirih seperti tak berdaya.
🍃🍃🍃
Hello! Ada orang nggak?
Suka sama Arya vs Aren?
Kalo dah mulai suka bilang, ya!
Jangan lupa kasih kesan dan pesan buat mereka.
Siapa tahu yaaa, siapa tahu mereka suka
.
Nah, ini mereka lagi akur-akurnya!
Lebih tajem mata siapa?
ONE DAY ONE CHAPTER BATCH 3
#DAY2
Bondowoso, 26 Juni 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top