Chapter 15: Is It The End?
Setelah peperangan itu, kami kembali menjalani kehidupan masing-masing. Walau begitu aku tak bisa melupakan dirinya begitu saja, suaranya, wajahnya, bahkan setiap malam aku terus memimpikannya bersama orang-orang yang aku sayangi, yang telah direngut paksa dariku, mungkin ini yang namanya karma karena dulu aku juga sudah merenggut nyawa orang lain.
Tapi setiap kematian pasti ada kehidupan, walau aku kehilangannya, aku masih diberi satu kesempatan untuk menjaga seseorang.
“Selamat kamu akan menjadi seorang ibu.” Ucap Susan yang merupakan salah satu kenalanku, dia seorang dokter kandungan.
Ya, dua bulan setelah itu aku merasakan sesuatu yang aneh pada diriku, aku sering mual dan sudah 4 bulan ini aku tak mengalami menstruasi, walau aku seorang vampire aku masih mengalami hal itu.
Juga saat aku melihat kekaca, aku mendapati tubuhku mengeluarkan aura berwarna ungu yang sangat tipis, padahal aura itu adalah aura seorang Ghoul. Karena itu saat Susan mengatakan aku hamil, aku hanya bisa memandangnya tidak percaya seolah mengatakan ‘kamu gak sedang bercanda denganku kan?’.
“Mana mungkin aku bercanda, aku serius tau, tapi apa kamu yakin?, bayi yang ada dikandunganmu itu adalah Ghoul, dia tidak akan hidup kalau tidak dengan keajaiban.” Ucap Susan memandang khawatir padaku.
Sementara aku sendiri langsung menundukan kepalaku dan memegang perutku yang masih datar.
“Aku akan melahirkannya, aku akan membuat keajaiban, karena dia satu-satunya titipan darinya, aku akan menjaganya.”
Setelah itu aku memutuskan untuk menuntaskan studyku lebih awal tanpa diketahui oleh siapapun kecuali sang kepala kampus, lalu aku kembali kekampung halamanku, tempat dimana rakyatku menunggu setelah sekian lama. Disana aku diangkat menjadi Ratu sementara adikku menjadi Rajanya, bukan berarti aku menikahi adikku loh ya, aku masih ingin menganggapnya sebagai keluarga yang berharga.
Dan soal kandunganku, aku benar-benar membuat keajaiban. Aku meniru salah satu sahabatku, memakan makanan Ghoul agar bayi yang ada dikandunganku tetap bertahan. Dan selama sembilan bulan lebih aku harus merasakan daging manusia, akhirnya seorang anak half vampire dan Ghoul lahir kedunia. Dia memliki wajah dan surai seperti ayahnya, tapi matanya seperti milikku.
Ini menjadi perdebatan dari asosiasi vampire, mereka mengira anakku adalah iblis karena pertumbuhannya yang tak normal. Ya dia tumbuh terlalu cepat untuk ukuran seorang anak, untung saja adikku dan aku sendiri cepat bertindak dan tak sampai menimbulkan perpecahan pada kaum kami. Hanya saja aku khawatir kalau dia terus tumbuh, aku tak akan bisa menghabiskan waktu dengannya, tak kusangkah novel karya Stephenie Meyer bakalan terjadi dikehidupan nyata. Bersyukur pertumbuhannya terhenti begitu dia menginjak umur dua tahun, walau dia sekarang seperti anak umur 6th.
“Mama lihat aku memetikan bunga mawar ini untuk mama.” Ucap seorang anak mendekat kearahku sembari membawa bunga mawar merah.
“Thank you, kamu anak yang baik, ayo kita main lagi.”
“Emm, tapi sebelum itu.” Anak itu memasangkan bunga mawar tadi pada ikatan dirambutku lalu tersenyum lebar padaku.
“Nah sekarang mama jadi makin cantik.” Lanjutnya masih tersenyum yang aku balas dengan senyuman diwajahku.
Ne kamu yang ada disana, apa kamu bisa mendengarku. Sampai saat ini aku masih mencintaimu, karena itu aku akan menjaga anak ini walau nyawaku yang akan menjadi taruhannya.
“Kali ini aku akan benar-benar menjaganya, dan tak akan kubiarkan siapapun merenggutnya dariku.”
.
“Huh?, kenapa kamu menangis?.” Tanya pemuda bersurai hitam melihat gadis berpenutup mata dengan surai hijau pendek tengah menatap ke LN yang ada ditangannya. Begitu dia mendengar pertanyaannya itu, dia langsung kaget lalu menyentuh wajahnya yang memang basah karena airmata.
“A-ah ini karena aku membaca LN ini.” Jawab gadis itu menunjukan LN ditangannya pada pemuda tadi.
“Laluna?.”
“Karya Hiiragi Yui sensei ya, aku juga membacanya berulang kali malah.” Jawab gadis bertubuh gemuk tapi berwajah imut memiliki surai biru panjang dengan nada ceria.
“Tapi endingnya sad story, berbeda dengan The Mistic Tales tapi aku tetap menyukainya, aku selalu menangis saat membaca kata-kata terakhir Laluna.” Lanjutnya dengan pandangan sendu.
“Hee, aku tak menyangkah kalau kalian membaca LN murahan seperti itu.” Olok pemuda lain yang memiliki surai kuning memandang malas kearah mereka bertiga yang langsung menyulut emosi dari mereka.
“JANGAN MENGHINANYA, KAMU AJA YANG GAK PERNAH MEMBACA KARYA-KARYANYA.” Maki mereka bertiga bersamaan, bahkan sampai pemuda bersurai hitam tadi ikut-ikutan memaki teman timnya yang satu itu.
“Ne Maman kamu setuju dengan kami kan?.” Tanya gadis bersurai biru mengerling kearah pemuda yang lainnya yang memiliki postur tinggi dengan surai yang terbilang cukup unik, hitam dan putih menoleh kearah gadis tadi sambil tersenyum.
“Ya aku setuju dengan kalian, lagipula aku suka semua karya Hiiragi Yui sensei.”
“Yeey Maman membela kami.” Ucap gadis bersurai biru dengan ceria lalu menjulurkan lidahnya pada pemuda bersurai orange yang seketikah berdecih, mengalihkan pandangannya dari mereka.
“Tapi aku tak menyangkah kalau Sasaki-san suka membaca LN, aku pikir kamu hanya membaca novel soalnya Sasaki-san juga suka karya Takatsuki.” Komentar gadis bersurai hijau pendek.
“Aku juga tidak tau, tapi saat aku membaca The Mistic Tales aku langsung menyukai karyanya, ceritanya sangat ringan dan aku menyukai karakter utama dicerita itu, lalu untuk Laluna sendiri, pembawaannya benar-benar pas dan Laluna yang digambar Hiiragi sensei terlihat cantik, aku tak pernah bosan membacanya.” Jawab pemuda bernama Sasaki Haise itu sambil mengaruk belakang kepalanya.
“Benar, selain membuat cerita ternyata Hiiragi sensei juga pintar menggambar, tapi aku heran kenapa dua seri terakhir Hiiragi sensei menggunakan bahasa Inggris untuk karya aslinya?.” Tanya gadis bersurai biru meletakan jarinya di dagu lalu memiringkan sedikit kepalanya.
“Aku dengar kalau Hiiragi sensei pindah ke Inggris.” Jawab pemuda bersurai hitam.
“Ah benar juga, aku lupa.”
“Dia mengatakan kalau ingin melanjutkan studynya disana.”
“Masuk akal sih mengingat di Inggris ada universitas yang cukup menjanjikan.”
“Tapi aku dengar kalau dia akan kembali ke Jepang.”
“Eh benarkah?.”
“Benar, sesampainya di Jepang nanti dia akan mengadakan jumpa fans dan acara penandatanganan di Tokyo.”
“Waaah, aku ingin kesana, Maman apa kamu bisa mengantarku?.” Pinta gadis bersurai biru menatap Sasaki dengan puppy eyes yang tak bisa ditolak olehnya.
“Aku juga ingin ikut.” Ucap gadis bersurai hijau antusias.
“Baiklah, ayo kita kesana sama-sama.” Jawab Sasaki sambil tersenyum yang dijawab sorakan bahagia dari kedua rekan wanitanya.
Sementara itu jauh di negeri seberang tepatnya disebuah mansion besar layakya istana, terdapat seorang wanita cantik bersurai hitam panjang tengah menatap taman bunga mawar dari balkon ruang kerjanya. Sampai seseorang mengetuk pintu yang segera saja dia menyuruh siapapun untuk masuk kedalam.
“Your highness, kopi anda.” Ucap pemuda bersurai orange pendek dan berpenampilan layaknya seorang butler mendorong troli mendekat kearah wanita itu lalu meletakan secangkir kopi didepannya.
Dia pun mengambil kopi itu, menghirup wanginya sebentar lalu meminumnya seteguk sebelum akhirnya tersenyum.
“Tidak buruk, kamu sudah semakin mahir ya Hide.” Ucap wanita itu mengerling kearah pemuda yang tak lain adalah Hide masih dengan senyuman diwajahnya, yang juga dibalas cengiran lebar oleh Hide.
“Thank you, aku berterima kasih pada Amuro-san yang sudah mengajariku.”
“Sepertinya aku harus memberi bonus pada Amuro-san.” Komentar wanita itu kembali menyesap kopinya lalu meletakannya diatas meja.
“Rosechan jahat, setidaknya beri aku bonus juga.” Protes Hide sembari menggembungkan pipinya pada wanita yang tak lain adalah Rose. Sedangkan dirinya hanya bisa tersenyum menanggapinya.
“Lalu bagaimana?, apa kamu suka menjadi bagian dari kami?.” Tanya Rose menoleh kearah Hide dengan mata yang berubah menjadi merah menyala.
“Ya seperti yang kamu lihat, aku sudah mulai menikmatinya.” Jawab Hide dengan mata yang berubah merah, hampir sama seperti milik Rose.
“Aku pikir kamu bakalan jadi gila gara-gara aku mengubahmu menjadi vampire?.”
“Hah?, mana mungkin, ya memang sih awalnya aku marah padamu karena sudah mengubahku, tapi setelah dipikir-pikir ini gak buruk juga, lagipula masih mending aku menjadi vampire daripada Ghoul.”
“Hee kamu sedang menyidir seseorang?.”
“Hahahaha aku hanya bercanda kok.” Jawab Hide sambil tertawa, tapi dia langsung terdiam dan menyunggingkan senyuman lembut diwajahnya.
“Bagaimana ya reaksi Kaneki kalau melihatku seperti ini?.” Tanya Hide membuat Rose juga terdiam lalu kembali menatap jendela dengan wajah sendu. Hide yang menyadari perkataannya barusan segera menutup mulutnya gelagapan.
“Ma-maaf aku tidak bermaksud-.”
“Mungkin dia akan terkejut melihat perubahanmu sekarang, atau dia akan memarahiku karena sudah mengubahmu.” Jawab Rose tersenyum sendu.
“Rose-.”
“Ah I found you uncle Hide.” Ucap seseorang memotong perkataan Hide dan terlihat seorang anak laki-laki bersurai hitam pendek sedang memeluk kaki Hide dengan senyuman diwajahnya.
Sontak hal itu membuat Hide terkejut, sementara Rose menoleh kearah anak laki-laki tadi dengan wajah bertanya-tanya.
“Eh bagaimana bisa kamu menemukanku Tsuna?, padahal aku sudah menghilangkan hawa keberadaanku loh.” Tanya Hide sembari menggendong anak laki-laki yang dipanggil Tsuna itu.
“Aku mencium wangi darah uncle Hide.” Jawab Tsuna riang, ah Hide lupa kalau Tsuna ini setengah Ghoul jadi bisa mencium wangi darahnya walau dia menghilangkan hawa keberadaannya.
“Hide and seek again?.” Tanya Rose berdiri dari kursinya dan berjalan kearah Hide, sementara Tsuna yang melihat Rose langsung mengulurkan tangannya meminta Rose untuk menggendongnya, tentunya Rose menuruti permintaan Tsuna juga mencium pipi kiri Tsuna.
“Mommy I miss you, apa mommy mau ikut bermain?.”
“Permainannya sudah selesai Tsuna, waktunya kamu tidur.”
“Heee, aku masih ingin bermain?.”
“Kamu mau ikut mommy besok kan, jadi kamu harus istirahat ya.” Jawab Rose menempelkan keningnya pada kening Tsuna dan menatap kedua manik babyblue Tsuna yang juga menatapnya.
Walau Tsuna sedikit kesal karena tidak bisa bermain tapi dia tak bisa menolak permintaan ibunya karena dia sangat menyayanginya.
“Baiklah, tapi mommy temani aku tidur ya.”
“Tentu.” Jawab Rose berjalan menuju pintu keluar ruang kerjanya ke kamar milik Tsuna.
Sesampainya disana, dia membaringkan Tsuna ditempat tidur sementara dirinya tiduran disamping Tsuna.
“Mommy bisa kamu ceritakan tentang daddy?.” Pinta Tsuna dengan puppy eyes yang tak bisa ditolak oleh Rose, tapi dia heran bagaimana bisa Tsuna kecilnya mempelajari hal seperti itu?.
“Tsuchan sepertinya tak pernah bosan ya mendengar cerita tentang daddy.”
“Habisnya daddy itu hebat dan baik, mommy terlihat begitu mencintainya, karena itu Tsuna gak akan pernah bosan mendengar cerita tentang daddy.”
“Baiklah, aku akan menceritakannya.”
Rose mulai menceritakan tentang pertama kali dirinya bertemu Kaneki dari a-z, tentunya menskipp adegan-adegan yang tak perlu atau yang terkesan gore and vulgar hingga Tsuna tertidur. Dengan perlahan Rose keluar dari kamar Tsuna setelah sebelumnya mencium keningnya, dia berjalan menuju ruangan adiknya yang ternyata masih terjaga.
“Mitsuo, kamu tidak tidur?.” Tanya Rose mendekat kearah Mitsuo yang sedang menandatangani beberapa dokumen.
“Neechan, aku masih harus menandatangani dokumen ini.” Jawab Mitsuo begitu Rose duduk dikursi yang ada didepannya.
“Oh.”
“Apa Tsuna sudah tidur?.”
“Begitulah, aku baru saja mengantarnya.” Jawab Rose membuat Mitsuo meletakan kertas tadi dimeja dan menatap serius kearah kakaknya.
“Neechan, apa kamu yakin akan melakukannya?.”
“Melakukan apa?.”
“Jangan berpura-pura bodoh, tentu saja kembali ke Jepang dan melaksanakan misi konyol itu.”
“Hmm bagaimana ya, aku ingin menghancurkan CCG dari dalam, dengan begitu dendamku akan terbalaskan.” Jawab Rose menatap langit-langit ruang kerja Mitsuo.
Menghela nafas, Mitsuo mendekat kearah kakaknya lalu memeluknya.
“Aku mohon tetaplah tinggal disini dan jangan laksanakan rencana konyol itu.”
“Aku tidak bisa Mitsuo.”
“Bagaimana dengan Tsuna, dia bisa dalam bahaya kalau mereka tau siapa Tsuna yang sebenarnya.”
“Tenang saja, mereka tidak akan tau dan tidak akan pernah tau, selama aku terus bersamanya, dan lagi dia sudah punya pelindung jadi kamu tenang saja.”
“Ta-tapi-.”
“Dengar Mitsuo, sampai aku berhasil menemukan kebenarannya, setelah itu aku akan kembali.” Ucap Rose mengelus pipi Mitsuo lalu mencium keningnya.
Kembali menghela nafas, Mitsuo menganggukan kepalanya sebagai jawaban dan menyerahkan sebuah map coklat padanya.
“Ini dokumen yang neechan perlukan, aku sudah membuatnya sesuai yang neechan inginkan.”
“Terima kasih, dengan begini akan sesuai rencana.”
“Dan juga, ini kunci apartemenmu, Clarisa sudah tau alamatnya jadi dia akan mengantarmu nanti.”
“Aku mengerti, kalau begitu aku mau istirahat, jangan terlalu larut bekerja ya.”
“Iya iya, good night sister.”
“Good night brother.” Jawab Rose tersenyum kearah Mitsuo sebelum dirinya keluar dari ruangan tepat dimana Hide berdiri disana sambil menatap sendu kearah Rose.
“Ada apa Hi-.” Tiba-tiba saja Hide memeluk Rose dengan tubuh gemetar seperti tidak ingin Rose pergi.
“Aku mohon Rosechan jangan pergi…a-aku tidak ingin kehilangan lagi seseorang yang berharga untukku, sudah cukup aku kehilangan Kaneki, aku tidak mau kehilanganmu juga.”
“Hide tidak apa, aku tak akan mati, kamu sendiri tau kan kalau aku ini immortal, mana mungkin aku akan mati begitu saja” jawab Rose melepas pelukan Hide, menatapnya sambil menyunggingkan sebuah senyuman.
“Baiklah, tapi berjanjilah padaku kalau kamu akan kembali dengan selamat.”
“Pasti, kamu tenang saja.” Jawab Rose mengacak-acak surai Hide yang memang sudah acak-acakan.
.
.
.
End Of Book 2
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top