Chapter 1: Meet Again

Akhirnya bisa juga publish ini cerita.

Lanjutan dari Vampire X Ghoul (I).

Kali ini mohon bantuannya lagi dan jangan lupa review atau favorit cerita ini :)

.

DISCLAIMER:
TOKYO GHOUL © ISHIDA SUI
VAMPIRE X GHOUL (II) © SHERRYSAKURA99

.

WARNING: OC, OOC (mungkin), alur mengikuti jalan cerita Tokyo Ghoul hanya saja ada beberapa tambahan dari saya, jika ada yang kurang mengerti jalan ceritanya atau banyak kesalahan Typo mohon di maklumi.

Genre: Friendship, Romance, Hurt/Comfort, Demon, Vampire, Ghoul

Pair: Kaneki Ken X Oc (Akatsuki Rose)

.

Cerita sebelumnya~

"Rosechan, aku tidak akan kembali ke Anteiku."

"A-apa?, aku tidak mengeti?."

"Aku akan pergi...menyelidiki kelompok Aogiri."

"Maksudmu kamu akan masuk dalam Aogiri?."

"Kalau begitu aku ikut."

"Iie kamu tetap disini Rosechan."

"Tapi-."

"Rosechan, aku tak ingin sesuatu terjadi padamu, walaupun kamu immortal sekalipun, aku benar-benar tak tega saat melihat apa yang dilakukan Yamori padamu, karena itu tetaplah disini bersama yang lainnya."

"A-a-aku tidak ingin kehilanganmu."

"Aku juga tak ingin kehilanganmu, karena itu aku mohon jangan ikut ya, aku janji aku akan mengunjungimu."

"Ken, aku mohon jangan pergi."

.

Setelah kejadian hari itu, aku kembali kekehidupan normalku, walau ya tak ada Ken disampingku, rasanya jadi sedikit sepi. Tanpa sadar aku mengingat dirinya ketikah menciumku sesaat sebelum dia pergi guna bergabung dengan Aogiri, saat itu aku benar-benar seperti ditinggalkan lagi oleh seseorang yang sudah aku sayangi.

Trililit...trililit...aku menyambar ponselku dan membaca pesan yang ternyata dari manager, huh hari ini aku ada jadwal tanda tangan.

"Merepotkan, tapi kalau aku gak kesana dia bakalan ngamuk lagi, hah sebaiknya aku pergi."

Menghela nafas, aku berjalan kearah almari dan mengambil wig warna hitam pendek juga kacamata berframe merah, memakai sedikit riasan lalu memasang topi bundar warna hitam yang sepasang dengan dress yang aku kenakan saat ini.
Ya beginilah sosok Hiiragi Yui yang aku tampilkan, begitu dewasa dan anggun tapi terkesan misterius karena hampir tak ada yang berhasil mengambil gambar wajahku secara keseluruhan, soalnya saat sesi tanda tangan akan ada sekat yang memisahkan antara pengantri dan aku yang memberi tanda tangan, jadi yang bisa melihat wajahku hanya orang-orang yang datang saja. Lalu setiap aku di fotopun wajahku selalu tertutup dengan topi yang aku kenakan, tapi justru itulah yang membuat mereka tertarik denganku.

Tak lama kemudian aku akhirnya sampai ditempat penandatanganan buku yang kebetulan dilakukan di sebuah mall tepatnya di toko buku.

"Hiiragi sensei, arigato karena sudah datang hari ini, seperti biasa anda selalu tampil cantik ya." Komentar sang pemilik toko bernama Sawamura tersenyum kearahku yang aku balas dengan senyuman pokerface diwajahku.

"Arigato Sawamura-san, ano bisa kita langsung mulai?, aku tak suka membuat para pecinta LNku menunggu lama."

"Tentu saja, silahkan duduk." Ucap Sawamura mempersilahkan aku duduk disamping sekat pemisah antara aku dengan para pengantri.

Acara penandatanganan bukuku (dalam bentuk LN) ini dibagi menjadi 2 sesi, pagi dan sore karena pengantrinya lumayan banyak, aku tak menyangkah buku buatanku yang satu ini bisa begitu laris mengalahkan The Mistic Tales dan The Mistic Tales Generation. Ya buku yang aku tulis ini berjudul Laluna, bercerita tentang seorang vampire bernama Luna yang mencintai seorang Ghoul bernama Yuon, intinya sih ini agak-agak mirip dengan kisahku, yang membedahkan hanya Yuon itu seorang pure Ghoul sementara Luna vampire pureblood.

Walaupun penikmatnya kebanyakan para cewek tapi tak sedikit juga para cowok menikmati buku ini mengingat banyak adegan action didalamnya, begitu pun dengan para Ghoul yang baru aku tau kalau mereka juga membaca bukuku karena entah sudah berapa kali aku melihat Ghoul meminta tanda tanganku. Belum lagi bukuku ini bakalan di buat versi Animenya, tentu ini bakalan menjadi pemasokan bagus untukku.

"Ini, arigato karena sudah membaca LN buatanku, ditunggu saja ya kalanjutan LN ini." Ucapku tersenyum manis pada pemuda yang baru saja meminta tanda tanganku.

"Ha-hai, pasti akan aku tunggu bahkan versi animenya pun akan aku tunggu, tetap semangat ya Hiiragi sensei."

"Pasti." Jawabku dengan pandangan bersungguh-sungguh yang membuatnya menampakkan wajah bahagia, ah aku selalu suka melihat ekspresi dari para penggemarku karena terkesan unik.

"Baiklah selanjutnya, siapa namamu?." Tanyaku tanpa menoleh kearah sang peminta tanda tangan begitu dia menyodorkan bukunya padaku, tapi entah kenapa hawanya agak familiar.

"Kaneki Ken." Jawab suara dingin yang sangat aku kenal.

Aku langsung mendongkakkan wajahku dan melihat seorang pemuda bersurai putih dengan pakaian casual menatapku dengan iris abu-abu yang begitu indah walau dia memasang wajah datar sekalipun. Aku sempat bengong sesaat, sebelum akhirnya menggelengkan kepalaku dan mulai menulis dibuku itu dengan tangan bergetar.

"A-ano bi-bisakah kamu mengeja nama itu, aku tidak tau harus menulisnya bagaimana."

"Hai, namanku menggunakan karakter yang sama dengan Jupiter dan diikuti dengan kilauan."

"Begitu ya, nama yang sangat unik tapi terkesan kuat, aku suka." Ucapku tersenyum tanpa menoleh padanya, ah aku jadi ingin menangis, tidak tidak harus ditahan. Setelah membumbuhkan tanda tangan disana, aku menulis sebuah memo kecil dibawah tanda tanganku.

Bisa temui aku saat aku istirahat di atap gedung ini?, aku menunggumu disana.

Dan dengan begitu aku mengembalikan buku itu pada Ken sambil tersenyum walau aku yakin menjadi senyuman terpaksa dimatanya.

"Arigato karena sudah membeli LN buatanku, ditunggu saja ya kelanjutannya." Ucapku masih tersenyum kearahnya.

Entah kenapa dia diam saja tapi tangannya terulur untuk membelai pipiku, hanya saja dia langsung menariknya begitu tau apa yang baru saja dia lakukan. Aku sempat kecewa dia menarik lagi tangannya, tapi segera aku tepis pemikiran itu karena ini kan masih di tempat umum, jadi gak mungkin dia akan melakukan hal seperti itu.

"Maaf, kalau begitu aku permisi." Ucapnya pergi meninggalkanku yang saat ini sedang menundukan kepala. Tidak aku tak boleh sedih, nanti mereka yang melihatnya juga akan sedih.

"Baiklah selanjutnya siapa namamu?."

.

"Terima kasih atas kerja ke-are Hiiragi sensei mau kemana?." Tanya Clarisa yang merupakan managerku begitu aku melewatinya.

"Aku mau keliling sebentar, mumpung istirahat." Jawabku berbalik dan tersenyum manis kearahnya.

"Oh, ingat ya jam 3 harus kembali loh."

"Iya, iya."

Aku melanjutkan perjalananku, awalnya terlihat tenang, tapi lama kelamaan aku berlari untuk sampai ditempat pertemuanku dan Ken, aku berharap dia membaca pesanku tadi. Sesampainya diatap gedung, angin lumayan kencang langsung menyapaku hingga membuat topiku terbang dan jatuh tak jauh dariku. Aku berniat mengambilnya, tapi sudah ada seseorang yang mengambilnya lebih dulu dariku.

"Kamu seharusnya lebih berhati-hati, bukankah topi ini berharga untuk menutupi identitasmu?." Ucap seseorang yang tak lain adalah Ken mendekat kearahku dan berniat memakaikannya dikepalaku tapi gak jadi begitu aku memeluknya sambil menangis, aku merindukannya sangat, aku tak menyangkah kalau aku akan bertemu dengannya lagi setelah sekian lama.

Ken juga sepertinya tak keberatan malah membalas pelukanku tanpa berniat melepaskannya. Tangannya pun terulur membelai pipiku juga menghapus jejak air mata yang mengalir disana.

"Aku mohon jangan menangis, aku tidak suka melihatmu menangis."

"Kalau begitu kenapa kamu meninggalkanku dasar Ken baka." Jawabku sambil memukul-mukul dadanya, dia hanya mendesah kecil lalu menahan pergelangan tanganku dan dengan cepat menciumku membuatku seketikah bungkam.

"Maaf aku sudah meninggalkanmu, kamu pasti tau kan kenapa aku melakukan hal itu, tapi tenang saja, mulai sekarang saat aku sedang tidak sibuk aku akan mengunjungimu, aku berjanji." Jawab Kaneki menempelkan keningnya pada keningku, suara Ken selalu membuatku tenang dan merasa aman.

"Baiklah, aku pegang janjimu."

Kami akhirnya memutuskan untuk duduk sembari menyender kepagar pembatas dengan kapalaku yang berada di pundak Ken serta dua buah kopi kaleng ditangan kami. Entah kenapa hari ini begitu tenang.

"Aku tidak menyangkah kalau kamu masih membaca bukuku, aku pikir kamu gak suka LN mengingat bacaanmu Takatsuki Sen."

"Huh aku memang tidak terlalu suka LN tapi saat aku membaca buku karanganmu entah kenapa aku sudah suka saja, tapi aku penasaran apa yang terjadi dengan mereka berdua?."

"Entah, aku masih belum memikirkannya, aku baru saja menyelesaikan volume 4 jadi biarkan aku istirahat sebentar, aku jadi tidak bisa menikmati hidup kalau terus terpaku pada LN." Jawabku tanpa menatap kearahnya karena saat ini aku sedang memejamkan mataku merasakan hembusan angin yang menerpa wajahku. Lagipula kelanjutan LN itu kan menurut kisahku sendiri jadi ya menunggu apa yang terjadi denganku selanjutnya.

"Oh."

"Ne bagaimana dengan Aogiri, apa kamu sudah menemukan apa yang kamu cari?."

"Belum, lagian aku baru beberapa bulan disana."

"Begitu ya, tidak ingin kembali kekehidupanmu yang dulu?, kamu tau kalau di mading sekarang ada poster pencarian dirimu loh, tapi kamu gak mungkin kembali dengan penampilan seperti ini kan." Ucapku menatap kearahnya sambil mengacak surai putihnya yang nampak sedikit panjang.

"Bagaimana bisa jadi putih ya?, aku penasaran apa yang dilakukan Rize padamu, tapi iris matamu masih sama, masih semenawan sebelum kamu berubah, tatapan mata yang tajam tapi terkesan lembut, membuatku tak bisa berpaling darimu." Lanjutku kali ini mengelus pipinya yang pucat sementara dirinya hanya tersenyum tipis.

"Apa kamu sedang membuat puisi?."

"Tidak aku berbicara kenyataan."

"Begitu ya, memang unik ya punya kekasih seorang penulis, tapi entah kenapa aku malah tidak bisa jauh darinya."

"Itulah hebatnya aku, jadi kamu gak boleh menyia-nyiakannya."

"Tapi sepertinya kamu terlalu menarik banyak perhatian ya, pria yang waktu itu minta tanda tanganmu, pemilik toko itu juga semuanya begitu memperhatikanmu."

"Kenapa?, apa kamu cemburu?."

"Sedikit."

"Hehehehe, mungkin mereka terkesan dengan sisiku yang ini tanpa melihat sisiku yang lain, toh yang berhasil melihat semuanya hanya kamu saja, Toukachan aja gak tau soal sisi asliku seperti apa."

"Bagaimana dengan Uta-san dan Yoshimura-san?."

"Kamu gak mungkin cemburu dengan mereka berdua kan?, Uta itu sudah kayak keluargaku sendiri jadi gak mungkin aku punya perasaan dengannya, sedangkan Yoshimura-san dia agak mirip dengan mendiang kakek juga ayahku, jadinya aku menghormatinya."

"Baiklah aku mengerti, ne ada yang terus mengganjal di pikiranku."

"Hmm apa?."

"Waktu itu kamu mengatakan pernah menikah kan?, tapi kamu sama sekali tidak menceritakan seperti apa mantan suamimu itu, dan dimana dia sekarang?."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top