Chapter 9
"Sepertinya kau tak memiliki rasa takut sedikit pun?" Jaemin menatap nyalang Ryujin yang terlihat mengabaikannya. Sesungguhnya, ia merasa cukup berhasil dengan tindakannya ini.
Saat Jaemin tak merasakan respon berarti, dengan cepat tangan pria ini mencoba untuk mencekik leher Ryujin. "Apa yang kau lakukan?" teriaknya dengan tercekat, seluruh udara seolah telah dirampas oleh Jaemin.
"Hapus postingan itu, atau aku tidak akan mengirimmu ke neraka!" tekan Jaemin dengan tatapan kelam yang menusuk. Taringnya keluar begitu saja dan di detik terakhir ia melepaskan Ryujin hanya untuk menggigit leher gadis ini.
"Akkk ...." Ryujin berteriak kesakitan untuk sesaat, di detik berikutnya gadis ini merasakan kenikmatannya saat Jaemin menggigit dan menjilati lehernya. Ryujin telah dimabukkan oleh serangan Jaemin dan terlena tanpa banyak berontak lagi. Sampai sosok Haenchan datang dan segera mendorongnya.
Brak
"Kontrol amarahmu! Dia bisa mati," kata Haechan kesal.
Jeno pun hanya bisa meringis menyaksikan hal ini. Terutama saat Ryujin terlihat linglung, pria ini pun mencoba untuk mendekatinya. "Kau baik-baik saja?" Jeno yang terkenal cukup konyol ini pun berusaha membuat Ryujin sedikit tenang. Namun, air mata gadis ini kini mengalir.
"Kenapa aku harus bertemu dengan kalian? Monster sialan!" makinya yang membuat Jaemin semakin geram, tapi Haechan sudah berhasil menghentikannya.
"Ayo aku antar pulang." Jeno mencoba untuk membuat Ryujin berdiri, tapi gadis ini sudah lemas. Membuat Jeno harus menggendongnya.
"Kau tidak bisa menggendongnya, jangan memperkeruh masalah. Ia bisa dirundung oleh semua gadis yang menyukaimu," tutur Haechan.
Ryujin yang mulai tenang pun mencoba sekuat tenaga untuk berdiri. "Aku bisa melakukannya sendiri," tolaknya yang berbicara sedikit bergetar dengan berjalan tertatih.
Ketiga vampire ini hanya memandanginya. "Kau, jangan coba untuk melakukannya lagi." Haechan sangat kesal, memandang Jaemin yang kali ini kembali kepada wajah dinginnya.
"Jika aku tak melakukannya, ia akan membuat kekacauan lebih besar. Apa kau bisa membereskan itu?" balas Jaemin yang tidak ingin disalahkan begitu saja.
"Cukup mengancamnya dengan sewajarnya. Dia itu terikat kontrak denganmu kawan, bagaimana bisa kau memperlakukannya seperti itu. Berikan sedikit belas kasih kepadanya," nasehat Jeno yang memang terkenal lembut terhadap para gadis. Namun, saat ia berbalik dan menemukan Yuna mematung dengan ekspresi terkejutnya.
"Kau bahkan membuat masalah yang tak penting." Jeno datang menghampiri Yuna dengan senyum mematikannya, Yuna masih terpaku karena begitu shock melihat pemandangan yang baru saja ia lihat.
Jeno pun menjentikkan tangannya, membuat Yuna memperhatikannya. "Kau akan melupakan semua yang terjadi," pintanya dan seketika Yuna mengangguk dengan mata kosongnya.
Setelahnya, Yuna terlihat sadar dan bingung saat melihat Jeno sudah berada di hadapannya.
"Jeno?" tanyanya yang mulai bersemangat dengan satu pria tampan di hadapannya ini.
Jeno mengangguk. "Yuna?" balasnya dan hati Yuna seketika berbunga karena Jeno mengingat namanya.
Yuna pun mengambil inisiatif untuk menjabat tangan Jeno. "Aku senang kau mengingatku," pekiknya kegirangan tanpa bisa dikontrol. Mungkin, jika Ryujin ada di sini, ia pasti sudah menyeret Yuna pergi karena berlebihan.
Haechan dan Jaemin terlihat lega, kebiasaan Jeno yang merayu wanita memang cukup ceroboh dengan identitasnya sebagai seorang vampire, tapi disaat seperti ini ternyata cukup berguna juga.
Hanya saja, permasalahanya sekarang Ryujin pasti mendapatkan trauma lebih dan keadaanya yang buruk sungguh mengkhawatirkan.
---**---
Cafe game yang selalu menjadi favoritnya. Ryujin di sekarang dengan segala sumpah serapahnya yang ia gumamkan seperti mantra pemanggil setan. Semuanya jelas tertuju pada kawanan vampire itu, lebih tepatnya pada pria pirang yang tak terlihat tampan tapi lebih menakutkan dari pada monster.
"Bedebah sialan itu, berani sekali ingin membunuhku!" gerutunya yang tak berakhir.
"Ternyata kau di sini?" Suara seseorang yang familiar hadir dan Ryujin sangat tidak ingin berdebat dengan siapa pun sekarang. Apa lagi, pria yang disebut dengan ayah.
Ryujin membalikkan badannya dan melihat ayahnya datang bersama wanita vampire yang telah menipunya waktu itu. Meskipun kenyataannya ibunya sangat menyebalkan seperti benalu yang terus mengganggu dalam hidupnya, pria di depannya ini malah seperti bom yang akan meledakkannya setiap saat.
"Sepertinya kau sudah tidak takut lagi kepadaku?" Itu adalah dugaan yang cukup percaya diri. Ryujin tersenyum miring dan memang dugaan ayahnya ini benar, jika dirinya sudah tidak memiliki rasa takut karena baru saja ia hampir mati di cekik Jaemin.
"Kenapa datang ke sini? Kau ingin menangkap ku lagi untuk dibarter dengan keabadianmu? Bukannya kau sudah menjadi vampire? Apa lagi yang kau inginkan?" Perkataan tanpa basa-basi adalah ciri khas dari seorang Shin Ryujin.
Ayahnya yang mendengarkan ucapan putrinya ini tentu tertawa. Dipandangnya sekitar, untung saja pengawal perempuannya telak memblok semua dengan perisai yang membuat orang biasa tidak bisa mendengarkan percakapan mereka. Bahkan, jika Ryujin berteriak seperti gadis gila mereka tidak akan menyadarinya atau pun tertarik untuk melihatnya.
"Aku sebenarnya ingin kau mengikat kontrak dengan Yungseong, tapi mereka malah mengacaukannya. Setidaknya, kau harus percaya jika aku tidak akan mencelakai putriku sendiri." Ada nada kecewa pada ucapan ayah Ryujin, hanya saja Ryujin tidak ingin mendengarkan omong kosong orang dewasa yang terdengar seperti alasan untuk membenarkan segala tindakan mereka.
"Jadi, apa maumu sekarang? Kau ingin mengubahku menjadi vampire sepertimu?" Ryujin tersenyum sinis. "Jangan pernah berharap. Asal kau tahu, aku akan hidup seperti yang aku mau! Baik kau atau pun ibu, tidak berhak untuk hidupku!" Ryujin pun melangkah pergi dan ayahnya mengisyaratkan pengawal perempuan itu untuk membuka dinding perisai yang dirinya buat agar Ryujin dengan mudah keluar dari tempat itu.
Namun, saat gadis ini sudah berada diambang pintu, ia berhenti. Tanpa membalikkan badan, dirinya pun berkata, "Kalau kau dan ibu memaksa, aku akan menghancurkan semuanya meskipun aku harus mati!"
Ancaman yang tentunya terdengar remeh untuk gadis yang masih duduk di sekolah menengah seperti Ryujin, tapi ayah Ryujin yang cukup mengenal putri pembangkangnya yang lebih nekat dari siapa pun itu pasti tidak akan meremehkan kata-katanya.
Pria itu diam, ia hanya memandangi kepergian Ryujin. Melihat punggung kecil yang pernah ia gendong sebelumnya. "Pengabdianku pada nyonya tidak pernah mengecewakan. Hanya saja, kesalahanku adalah membuatnya ada di dunia ini. Dia kelemahan yang tidak bisa ku tinggalkan, hingga aku harus membuatnya tetap aman dengan menjadi budak tuan muda Yungseong. Hanya saja, kepergianku yang tiba-tiba membuat hubungan kami putus. Ia tidak bisa mempercayai ku, bahkan ia juga tidak mempercayai ibunya sendiri."
Wajah pria ini berubah mendingin. "Bahkan wanita jalang itu membiarkannya menjalin kontrak dengan kaum bangsawan sialan itu. Kita harus segera membuat mereka membayar mahal untuk tindakan menjijikan mereka ini," geramnya dan pengawal wanita itu pun mengangguk menyetujui semua perkataan tuannya.
"Saya akan memikirkannya Tuan, anda harus bersabar. Kita harus bergerak secara diam, saat ini amarah nyonya belum mereda. Tuan muda Yunseong pun masih belum bisa melepaskan amarahnya," balasnya dan ayah Ryujin mengangguk.
-Tbc-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top