Chapter 7
Ritual perbudakan makanan masih berlangsung, sebenarnya itu hanya sebuah penggambaran bagi Ryujin. Saat tubuhnya akan berkata lain ketika Jaemin terus menyentuhnya, bahkan menggigitnya. Ryujin begitu menikmatinya sampai ia merasa cukup lemas dan Jaemin melepaskannya segera. Sisa tetesan darah memenuhi sudut bibir Jaemin, terlihat puas dan datar dalam bersamaan.
Membekap tubuh kecilnya dan menidurkan Ryujin kembali. "Kenapa? Kenapa seperti ini?" lirih Ryujin yang tak bisa menerimanya begitu saja.
Jaemin masih dengan wajah datarnya pun mengatakan sesuatu, "Aku hanya memberimu contoh dari kontrak ini. Jadi, kau jangan terlalu percaya diri jika aku akan terus melakukan ini kepadamu." Suaranya cukup dingin yang tentu membuat Ryujin sangat marah.
"Sialan kau!" makinya dan Jaemin pun memilih mengabaikannya pergi dari pada menanggapi perkataan Ryujin yang menurutnya tak penting sama sekali.
---***---
Pagi yang cerah, seharusnya dapat Ryujin nikmati dengan berjalan ke subway dengan beberapa kali bersenandung lagu hip-hop dengan playlist yang dipenuhi track list Zico dkk, atau lagu-lagu Stray Kids kesayangannya. Namun, hari ini nampaknya ia begitu sial. Semenjak statusnya yang menjadi kepemilikan Jaemin, gadis ini mulai dari sekarang harus terus melalui ritual berangkat bersama dengannya, menaiki mobil sedan jenis Aston Martin warna merah.
"Kau harus turun beberapa meter dari lokasi sekolah," ucap Jaemin memerintah dan Ryujin memutar bola matanya jengah.
"Tentu saja, kau pikir aku mau menaiki mobilmu ini?" balasnya sengit dan keadaan kembali menjadi dingin kembali.
"Tapi kurasa, kau lebih baik turun di sini," ucapnya memberhentikan mobil mendadak membuat Ryujin hampir saja jantungan.
"Sialan kau!" makinya kesal dan Jaemin dengan wajah tidak bersahabatnya, menunjuk satu tangannya keluar mencoba untuk memberitahu Ryujin agar segera enyah dari hadapannya.
Ryujin pun terpaksa turun, "Selamat menikmati pagi yang terik," sindir Jaemin sebelum melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.
"Bedebah sialan!" Ryujin berteriak penuh kesal. Ia tak menyangka bahkan monster sejenis Jaemin bisa semenyebalkan itu.
Ayolah, kenapa lama-lama kehidupannya sudah seperti parody film fantasy thiller saja? Makluk mitos seperti vampire, sudah sangat kurang ajar terhadapnya. Belum ditambah lagi para manusia brengsek yang selalu saja suka mengusiknya.
Tiinnn
Ryujin hampir saja melompat ke trotoar karena terkejut. Sebuah mobil audi warna hitam berhenti dihadapannya. "Apa kau mau menyetir mobil di atas trotoar?" teriaknya sambil menggedor pintu mobil. Ryujin sangat kesal hari ini dan entah siapa yang berada di dalam mobil ini membuatnya semakin kesal.
Pintu kaca pun terbuka dan nampak sosok yang tak asing. Renjun, monster tak kalah menyebalkannya dengan Jaemin. "Kau!" serunya nada meninggi dan pria itu mengangguk.
"Naik atau berakhir di lapangan," tawarnya yang tentu membuat Ryujin mendesah. Kalau dari awal ia berniat berangkat sendiri, mungkin ia bisa menentukan tenggang waktu untuk sampai di sekolah barunya. Namun, karena dari awal si keparat Jaemin itu sengaja berangkat lebih siang, kemungkinan Ryujin sampai di sekolah setelah menaiki bus akan sangat terlambat. Selalu ada sangsi untuk anak-anak yang terlambat.
Mobil Audi pun menyusuri jalanan dengan cukup tenang, Ryujin memandangi Renjun dengan seluruh kekesalannya. "Kau harus belajar untuk bersabar," cerca Renjun yang nampaknya menyadari kekesalan Ryunjin.
Gadis ini pun memutar bola matanya. "Kenapa aku harus bersabar saat kalian terus membuatku marah. Kau menawariku untuk naik kendaraanmu agar aku tidak terlambat kan? Lalu sekarang apa? Bahkan keong saja bisa mengejar kita!" pekiknya dengan kesal dan di luar dugaan Renjun tertawa tiba-tiba.
Ryujin semakin kesal saja. "Kenapa kau tertawa? Kau pikir ini lucu? Setir dengan cepat ku bilang!" ucapnya dengan suara tingginya.
"Jangan samakan mobil ini dengan keong, tapi boleh juga kita menjadikan jalan raya ini sebagai arena sirkuit,"
Seketika mobil melaju cukup kencang, membuat Ryunjin harus berpegangan. "Kau sudah gila? Apa kau ingin di tilang polisi? Ah, seharusnya aku tidak perlu mempercayai para monster ini," rancaunya yang membuat Renjun semakin senang saja.
Biasanya dengan kecepatan normal, mereka akan sampai di sekolah dalam kurung waktu 20 menit. Namun, saat ini mereka menempunya dengan waktu kurang dari 10 menit. Ekspresi Ryujin berganti suram saat keluar dari mobil Renjun.
"Kenapa gadis tengil sepertinya harus satu mobil dengan Renjun yang begitu baik?
"Aku tidak terima!"
"Kau pikir aku juga menyukainya?"
Bahkan Ryujin tidak memperdulikan segala cibiran yang ia dengar setiap kali ia melintasi lorong menuju kelasnya. Baginya itu semua hanya omong kosong, mereka belum tahu saja siapa Renjun sebenarnya. Kalau mereka tahu, kebanyakan pria populer di sekolah ini adalah kumpulan monster, Ryunjin yakin jika mereka akan ketakutan.
Ryunjin terus berjalan dengan terus mengeluarkan sumpah serapannya. Sepertinya karakteristiknya akan berubah mulai dari sekarang. Biasanya ia cukup santai dengan semuanya dan kali ini ia tidak bisa begitu santai.
Seketika, ia merasa moodnya hancur dan tidak selera untuk memasuki kelas. Gadis itu memilih terus berjalan menaiki tangga menuju perpustakaan dan di sana ia sudah berandai-andai akan melakukan apa saja yang membuat moodnya akan kembali membaik.
Dengan handphone dan sedikit snack dalam tas, gadis ini duduk bersila. Memainkan game dalam handphone, tertawa dan memakan dengan lahap snack.
"Semenjak kapan tempat ini menjadi tempatmu untuk bersantai? Ryujin, aku berharap banyak kepadamu untuk memajukan web sekolah." Sosok Yunseong tiba-tiba saja hadir di hadapannya, seolah tidak terjadi apa pun kemarin.
Ryujin terlihat terkejut dan membeku. Seketika, ia merasa seluruh tubuhnya kaku. "Apa yang kau lakukan kepadaku!" sentaknya dengan wajah yang berusaha untuk menutupi seluruh ketakutannya.
Yunseong yang biasanya begitu ramah, kali ini ia menunjukkan wajah dingin yang membuat hati Ryunjin tersayat. Di sana, ia masih menyimpan perasaan itu, perasaan yang berbeda untuknya.
Pria ini pun duduk di sebelah Ryujin, bahkan kini ia mendekat, membuat Ryujin harus memundurkan badannya. "Kau tahu, aku membenci dirimu, saat kau memutuskan untuk memiliki kontrak dengannya." Bahkan kali ini Yunseong mencoba untuk menyentuh wajah Ryujin dan tiba-tiba sengatan itu datang membuat Yunseong menarik tangannya kemabali. Ryujin cukup terkejut dengan hal ini.
"Keluarga bangsawan sialan! Mereka memang sangat angkuh, bahkan untuk berbagi makanannya saja mereka tak mau," kesal Yunseong yang merasa kesakitan pada telapak tangannya.
Melihat telapak tangannya Yunseong yang memerah, membuat Ryujin tak tega. Ia pun berusaha untuk menyentuhnya.
"Aish, kalian mengganggu saja!" Suara seseorang yang cukup familiar memenuhi gendang telinga Ryujin. Segera, ia menolah dan mendapati Jeno sedang memangku seorang siswa yang lehernya penuh dengan bercak keunguan. Bahkan seragam yang ia kenakan, sudah setengah terbuka.
Ryujin, memandangnya dengan tajam. "Kau! Bedebah sialan!" makinya dan Jeno menurunkan gadis yang nampaknya sudah dimabukan oleh Jeno terlihat tak rela, bahkan ia bergelayut manja membuat Ryujin terlihat ngeri.
Sementara Jeno, ia saling berpandangan dengan Yunseong. "Kau tahu Ye Eun, sekuat apa pun seseorang berusaha untuk menjadi berbeda, hal itu tidak akan pernah menghilangkan kenyataan kalau ia barasal dari sampah," desis Jeno yang membuat Yunseong geram.
Duar
Sebuah lampu meletus secara tiba-tiba membuat Ryujin dan Ye Eun ketakutan. "Hentikan! Jangan menunjukkan kebodohan kalian di sini," ucap Ryujin yang tak ingin Ye Eun menemukan bahwa keduanya bukanlah manusia.
"Kenapa lampunya bisa meletus? Apa yang terjadi?" tanya Ye Eun ketakutan dan Ryujin pun segera meraih tangan Ye Eun dan menariknya pergi.
"Kau mau kemana? Aku belum selesai berbicara denganmu!" Yunseong mencoba untuk menghalanginya. dan Ryujin berhenti tanpa berbalik.
"Berhentilah berpura-pura bahwa kita cukup akrab. Kau, bukan siapa-siapa," kata Ryujin dengan nada dingin.
Jeno tersenyum mendengarkannya dan Yunseong nampak tak terima. Namun, kelengahannya membuat ia bungkam karena penguasaan Jeno.
---***---
Ryujin terus berjalan dengan menyeret Ye Eun yang terlihat tangan kirinya mencoba memperbaiki kancing bajunya. "Kau ini siapa? Berani sekali menarikku seperti ini," protes Ye Eun membuat Ryujin melepaskan genggamannya.
Membalik dan menatapnya. "Lalu kau ingin ditelanjangi Jeno di sana?" sentak Ryujin yang membuat Ye Eun terlihat cukup kesal.
"Itu urusanku dan kau tak perlu ikut campur," balas Ye Eun yang kini meninggalkan Ryujin sendiri, membuat gadis ini menghela napas kesal.
"Karena para monster itu, hidupku sekarang tidak akan benar-benar tenang. Ryujin, kenapa kau harus repot-repot menyembunyikan status mereka? Bodoh!" gumamnya pada diri sendiri.
-Tbc-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top