Chapter 3

Sebuah kamar dengan nuansa keeropaan yang kental. Ryunjin terlihat geram dan ketakutan dalam bersamaan. Di hadapannya sudah ada sosok ibunya yang masih setia menunggu gadis ini untuk mengatakan sesuatu. Ryujin pun mondar-mandir dengan terus menggelengkan kepalanya dan saat bertemu pandang dengan ibunya, ia mendesah panjang.

"Ibu, apa kau gila? Kau ingin menikahi monster? Pikirkan ini dengan baik-baik, kapan pun mereka bisa memakan kita. Apa yang sebenarnya terjadi kepadamu? Kenapa kau sangat ingin menikahinya, bahkan di saat kau tahu siapa mereka. Ibu, kita tak kekurangan apa pun, kau bisa berkencan dan menghabiskan uangmu dengan pria mana pun, tapi kenapa harus vampire? Apa manusia berjenis kelamin pria di dunia ini telah habis?"

Hal ini lah yang tentu Seohyun tunggu dari putrinya. Ryujin tidak akan berhenti mengeritik bahkan mendebatnya. Seohyun tak marah mendengarkan makian atau kritik keras dari putrinya yang satu ini. Gadis ini tidak tahu apa pun yang terjadi selama ini, semenjak awal Ryujin telah salah paham terhadapnya.

"Ini adalah salah satu cara untuk melindungimu," ucap Seohyun yang tentu membuat Ryujin tertawa. Ia tertawa karena alasan itu cukup konyol menurutnya.

"Jangan menjadikan diriku sebagai alasan. Katakan saja, jika kau mencoba untuk bermain-main dengan mereka. Harus berapa kali ku bilang, jangan pernah libatkan diriku! Aku akan pergi dari sini dan kau bereskan sendiri semuanya," tekan Ryujin yang kini mulai melangkah, tapi pria yang selalu menjadi penjaga setia ibunya itu menghalanginya.

"Paman Bang, apa kau akan bertingkah seperti ini?" ucap Ryujin yang mencoba memperingatkannya.

"Di sini lebih aman dari pada di luar sana," ucap Seohyun yang seketika membuat Ryujin berbalik dan tertawa.

Alasan yang konyol dan Ryujin sangat tak bisa menerima ini. Pikirkan saja, bagaimana bisa tinggal di antara para monster menjadi begitu aman? Adanya malah membuat sewaktu-waktu keselamatan mereka terancam.

"Ada sesuatu yang tak pernah kau tahu," ucap Seohyun dengan wajah seriusnya. Ryujin tertawa dan Seohyun mendesah.

"Aku serius Ryujin-ah ...," sela Seohyun. Seketika senyum Ryujin lenyap.

"Apa yang ingin kau katakan?" desak Ryujin.

Seohyun nampak mengambil napas. "Kau boleh mempercayainya atau tidak. Semenjak lama, ayahmu yang jenius itu adalah bagian dari skema besar para vampir."

"Kau berbohong, apa yang ingin kau karang sekarang! Jangan libatkan ayahku untuk mengelabuhi ku!" Ryujin tak terima jika ayahnya menjadi alasan untuk semua omong kosong ibunya.

"Berhenti membantah dan dengarkan ucapan ku sampai selesai!" perintah Seohyun dan Ryujin terdiam dengan pikiran dongkolnya.

"Ayahmu adalah sang jenius. Memiliki perjanjian dengan vampir dan diam-diam menikahi seorang vampir bangsawan tanpa sepengetahuan ku," ungkap Seohyun dengan lirih.

"Tidak! Kau bohong, ayahku adalah orang baik!" tolak Ryujin.

"Kekayaan yang sedang kita nikmati adalah buktinya. Percayalah, uang ayahmu tidak akan pernah habis karena ini bagian dari mereka. Saat kesepakatan untuknya menjadi manusia telah habis, ayahmu kini telah menjadi vampir sepenuhnya. Jika kau tidak percaya, aku akan menunjukkan kepadamu dimana ia sekarang," kata Seohyun dengan serius. Ryujin jelas tidak mempercayainya.

"Berhentilah berbicara omong kosong!" ucap Ryujin dengan geram. Ia menduga jika ibunya ini sudah gila.

"Ini kenyataan, keluarga vampir yang ayahmu nikahi kini mengincar kita," lanjut Seohyun yang tentu membuat Ryujin semakin merasa semua ini tak masuk akal.

"Kau bisa berikan apa alasannya?" salak Ryujin.

"Agar ayahmu fokus untuk menguasai dunia. Untuk menjadikan semua manusia menjadi budaknya dan vampir yang akan menjadi ras tertinggi, memimpin dunia," kata Seohyun yang tak pernah menunjukkan senyumannya seperti biasanya.

"Kenapa? Kenapa?" tanya Ryujin yang mulai nampak menggila mendengarkan semua cerita fantasi ini.

"Ayahmu, bukanlah Choi Siwon lagi. Ia salah satu ras vampir yang di takuti saat ini. Ia menikahi ibu untuk mempermudah misinya, semenjak awal ia telah menjual kemanusiaannya untuk tujuan ini dan membuat semua skenario ini," kali ini wajah Seohyun berhasil memperlihatkan kesedihannya.

"Ibu, kenapa kau terus berbohong? Menikah saja dengan siapa pun dan aku tidak peduli lagi, tapi tolong jangan terus-terusan menjelekkan ayahku." Ryujin kecewa dan berkali-kali lipat kecewa saat melihat ibunya terus-terusan mengutarakan omong kosong tentang ayahnya. Gadis ini pun melangkah pergi dan Bang akan menahannya lagi. Namun, Seohyun mengisyaratkan agar membiarkannya.

"Kenapa anda membiarkannya pergi, Nyonya?" tanya Bang yang sangat heran.

"Aku tidak bisa mengatasi kegigihannya untuk terus mempercayai kebohongan tentang ayahnya. Biarkan ia tahu dan bertemu dengannya langsung, aku juga ingin tahu apakah Siwon benar-benar ingin membunuh putrinya sendiri?" gumam Seohyun yang kali ini tertunduk dengan wajah kalutnya.

"Tapi, nyonya ... Saat ini ia seperti monster ganas. Saya takut jika nona tak bisa selamat," seru Bang.

"Aku sudah mengirim beberapa orang untuk mengawasinya," celetuk tuan Park yang tiba-tiba muncul di antara mereka.

Seohyun dan Bang memandangnya. "Mereka akan membawa Ryujin secepat kilat. Kalian tenang saja," lanjutnya yang kali ini membuat Seohyun lega.

Wanita ini pun kini berjalan mendekati tuan Park dan bersujud di hadapannya. "Aku akan memberikan seluruh hidupku untuk mengabdi kepadamu, asalkan kau menepati janjimu untuk menjaga putriku," ucapnya dengan sungguh-sungguh.

"Berdirilah, aku tidak akan pernah mengingkari janjiku. Pangeran Na dan semua panglima sepertiku telah bersumpah akan menjaga keseimbangan bumi ini. Jadi, kami akan akan terus memerangi mereka yang membangkang dan mengubah tatanan yang telah ditetapkan," katanya dengan tegas.

---***---

Ryujin keluar dari kamar megah itu dengan segala pikiran kalutnya. Demi Tuhan, Ryujin membenci segala alasan yang ibunya lontarkan itu. Seketika, kenangan masa kecil yang pernah terjalin dengan hangat dalam memorinya, hadir. Saat dimana ayahnya  saat ia mencoba untuk mengajaknya bercanda, bahkan pergi ke taman hiburan bersama. Tanpa ia sadari, langkah kakinya telah melintasi ruang tengah, Ryujin menemukan kumpulan pria tak asing yang sempat mengejutkan dirinya tentang jati diri mereka yang seorang vampir.

"Jadi, kau tak terlalu peduli dengan fakta tentang kami?" Jeno mendekat dengan cepat dan lagi-lagi Ryujin menganga.

Kali ini mereka tak sungkan-sungkan untuk menunjukkan kekuatan tak masuk akal ini. Ryujin sangat ingin memilikinya dan menendang Jeno jauh-jauh dari dirinya atau semua monster pongah ini.

Wajah Ryujin seketika berubah. "Ya, sekarang aku tahu siapa kalian. Tapi, satu hal yang ingin ku tanyakan kepada kalian, apakah seorang vampir juga melakukan operasi plastik?" Pertanyaan konyol yang Ryunjin utarakan seketika membuat mereka semua terkikik, minus Jaemin dan Renjun hanya mampu menunjukkan senyum janggalnya yang nampaknya berusaha sekali ia tahan.

Jeno pun tertawa dan terlihat gemas dalam bersamaan. Ryujin, gadis ini memang selalu menggemaskan dan berbeda dari yang lainnya. "Maka, jadilah vampir agar kau bisa terlihat lebih cantik," rayunya dan Ryujin nampak menghela napas. 

"Kau terlalu konyol untuk menjadi vampir," ejek Ryujin yang mendorong Jeno dan berjalan dengan cepat. Semuanya tertawa, hanya Jaemin dan Renjun menatapnya penuh misteri.

Ryujin tidak tahu harus melakukan apa kecuali berjalan dan pergi menghindari mereka. Otaknya sudah kacau, dipenuhi dengan banyak hal.

"Apa perlu kami antar nona," seru seseorang yang nampaknya sama saja dengan mereka. Sosok vampir penjaga yang terlihat jika memiliki pengalaman bertarung, buktinya luka goresan di wajahnya.

Ryujin seketika merasa ngeri dan tergidik. Namun, ia sangat berusaha untuk terlihat baik-baik saja. "Tidak, aku bisa sendiri," ucapnya dengan senyum yang hambar.

Berjalan cepat melintasi halaman. Tekatnya semakin bulat saja, ia harus bisa menemukan ayahnya bagaimana pun caranya. Pria itu harus mengatakan yang sesungguhnya agar ia tak setengah-setengah untuk meninggalkan ibunya yang menurutnya hampir gila itu.

"Manusia itu sangat picik."

Blush

Angin datang, menerpa kulit Ryujin membuatnya tergidik. Sosok pria dengan wajah datarnya menyambut tatapan Ryujin. Renjun, kalau tidak salah itu namanya dan kenapa juga pria ini harus berada di sini. Apa ia ingin memangsanya?

"Tapi juga terlalu sombong," lanjutnya dan Ryujin seketika tersenyum. Ia sangat kesal dan juga ketakutan. Tapi, dengan seenaknya vampir ini mengkritiknya tanpa alasan kuat. Mereka baru bertemu dua kali, pertama di sekolah dan sekarang di rumah ini. Bagaimana bisa ia langsung menilainya dengan mudah seperti ini.

"Apa kau coba mengeritikku sekarang, bocah vampir?" balas Ryujin dan Renjun tersenyum sinis.

Nampaknya, ia punya konflik serius dengan manusia. Hingga, ia terlihat begitu membencinya. Namun, jelas itu bukan Ryujin dan gadis ini juga tidak mau tahu tentang apa yang vampir asing ini rasakan. Beberapa rumor tentang ayahnya saja sudah membuat kepalanya mau meledak dan ia tidak ingin menambahinya lagi. Sudah cukup baginya, semua ini.

"Hanya ingin menyampaikan ketidak sukaanku pada manusia dan ku peringatkan dirimu untuk tak terlalu ikut campur di  sini atau kau akan menanggung akibatnya!" katanya yang dengan cepat berlalu, hanya hembusan angin yang menerpa kulit Ryujin, membuatnya seketika menghela napas.

"Berengsek! Aku benci tempat ini. Ah, ini akan membuatku gila," gerutunya sembari menjambak rambutnya sendiri. Bahkan kini ia berlari cukup kencang, Ryujin berjanji pada dirinya sendiri jika ia tidak akan mau lagi datang kemari.


-Tbc-


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top