Chapter 2

Berada di cafe game cukup membosankan, apa lagi saat Yuna mengatakan tidak akan datang untuk menemuinya. Bahkan guru BK yang ia incar pun tak lewat seperti prediksinya di depan cafe ini. Akhirnya Ryujin memutuskan jalan-jalan sembari memakan beberapa snack. Mungkin saja dari sana Ryujin memiliki ide untuk web sekolah.

Ryujin terus berjalan melewati trotoar, memandangi beberapa lampu jalanan yang meredup, orang-orang berlalu lalang dan beberapa kelompok pria aneh dengan memakai tudung, merangkul pria lain dan Ryujin yakin itu adalah sebuah pengeroyokan.

Jiwa penasaran dan kepedulian Ryujinlah yang membuat gadis ini berusaha untuk mengikuti mereka. Ryujin berusaha memikirkannya cukup keras, ia akan mengambil sela dan sudah menyiapkan payungnya sebagai senjata untuk memukul mundur mereka.

"Aish, para bedebah itu, bagaimana mereka tak tahu malu," gerutunya dengan pelan, mengendap-ngendap untuk mengikuti mereka.

"Kau sengaja membuat kami di keluarkan dari sekolah, kan?"

Buak

Sebuah tendangan mendarat di perut pria yang semenjak tadi di kelilingi oleh pria bertudung. Tangan Ryunjin mengepal, ia sudah tak tahan untuk memukul para pecundang itu. Namun, rencananya untuk segera keluar dari persembunyiannya gagal, saat ia menemukan pria yang di keroyok itu tertawa. Bukankah pukulan itu sangat menyakitkan? Kenapa ia bisa tertawa? Aneh, apa ia merencanakan sesuatu?

"Kau masih bisa tertawa? Kalian semua hajar dia, sampai ia tak bisa tertawa lagi," pinta seseorang dan Ryunjin sudah akan keluar dari persembunyiannya, tapi aksi pria itu sangat di luar dugaannya. Hanya dengan dorongan saja, mereka semua bisa terpental dan memuntahkan darah.

Ryunjin menganga, tak percaya. Ini sangat tak masuk akal, seolah ia sedang menonton film aksi. Pikirkan saja, sebagus apa pun teknik bela diri seseorang, tak akan mampu mendorong orang hingga terpental jauh seperti itu, bahkan sampai mereka memuntahkan darah.

"Aku sudah cukup bersabar menangani bedebah seperti kalian. Seharusnya aku yang marah, karena kalian aku harus pindah ke Guri," ucapnya yang seketika membuat mata Ryunjin melebar. Guri, bukankah itu tempatnya bersekolah dan pria yang semenjak tadi membelakanginya itu siapa sebenarnya?

"Kurang ajar kau!" Seseorang menyerangnya dengan cepat dan pria itu memutar tubuhnya, sebelum akhirnya berhasil menjepit kepalanya dan aksi berikutnya membuat Ryujin kaget setengah mati.

"Aakkkk ...," jeritnya kesakitan, saat pria itu mencoba menggigitnya, tidak hanya menggigit, tapi juga menghisap darahnya.

"Va-vam-pir," gumam Ryujin yang masih menatapnya tak percaya. Saat ia bisa melihat dengan jelas wajah itu, Ryujin bertambah shock saja.

"Senior Yunseong ...." Saat bergumam seperti itu, pria bernama Yunseong itu pun mencoba mencari suara tersebut dan Ryujin yang menyadarinya segera berbalik dan berlari secepat mungkin.

Ryunjin berlari cukup cepat, seperti sedang mengikuti kompetisi lari. Ia tak berani untuk berbalik atau berhenti hanya sekedar menarik napas kuat.

"Bagaimana bisa? Ada makhluk sejenis itu di dunia ini? Dan kenapa juga harus senior Yunseong?" gumamnya yang tidak dapat mempercayainya begitu saja.

Meskipun Ryujin tak menyukai sekolahnya ini, teman-temannya yang pongah, Ryujin masih memiliki beberapa orang yang bisa membuatnya nyaman dan merasa jika masih ada yang menjalani hidupnya layaknya manusia normal. Yuna adalah salah satunya dan yang lainnya adalah ketua OSIS kebanggaan sekolah, penggerak segala club dengan penuh semangat juang dan selalu mendukung dirinya, bahkan membelanya saat semuanya mencoba memojokkannya saat sidang bulanan untuk semua club. Yang paling penting dari semua ini, Ryujin menyukainya dan dengan melihat senyumannya, Ryujin bisa bertahan dari semua kekacauan ini.

Siswa yang begitu baik, bijaksana, bagaimana bisa menjadi seperti monster? Air mata Ryujin jatuh begitu saja. Ia sangat sedih, kecewa.  Harapan dan angan-angannya seolah menghilang bersama udara dingin yang menusuk. Mengantarkan rasa mengigil yang teramat meskipun keringatnya terus berjujuran.

Drett

Drett

Handphonenya tiba-tiba bergetar dan Ryujin mencoba untuk mengangkatnya.

"Dimana kau sekarang! Bang Yong Jin akan menjemputmu!"

Ryujin berhenti berlari, mencoba mengambil napas sebanyak-banyaknya, sebelum akhirnya mengatakan sesuatu. "Kenapa? Kau tak sedang merencanakan hal memalukan, kan?" Ryujin membentak, ia sangat tidak suka berdebat dengan ibunya di saat ia dalam kondisi seperti ini.

"Jaga bicaramu! Apa-apaan kau ini! Katakan dimana kau sekarang, atau aku akan melakukan sesuatu yang tak bisa kau bayangkan!"

Selalu, wanita itu mengancamnya seperti ini. Membuat Ryujin semakin muak dan benci. Selama ini ia selalu berandai-andai, jika saja ia tak di lahirkan dari rahim wanita picik ini, mungkin Ryujin akan sedikit lega meskipun menjadi seorang gelandangan sekali pun. "Jangan ganggu aku!" ucap Ryujin pada akhirnya dan gadis ini pun mulai berlari lagi.

Sampai Ryujin merasa  tak ada seseorang yang mengikutinya. Ia pun duduk disebuah bangku taman yang gelap dan memorinya kembali pada saat Yunseong mencoba menggigit salah satu di antara pria yang mengeroyoknya.

"Kenapa? Kenapa seperti ini?" gumamnya dengan air mata yang tiba-tiba jatuh. Mungkin, jika Yunseong menyembunyikan jati dirinya yang seorang berandal, Ryujin akan bisa memaafkannya. Namun, kenyataannya jika Yunseong adalah seorang monster membuat Ryujin benar-benar terpukul.

"Nona, saya ditugaskan nyonya untuk menjemput Anda." Seseorang entah dari mana, tiba-tiba membungkuk di hadapan Ryujin membuat gadis ini mendengus.

"Kalau ia tahu dimana aku, kenapa harus memaksaku untuk mengatakan keberadaanku. Dasar brengsek!" maki Ryujin dan pria itu terlihat tak suka.

"Kenapa? Kau akan mengadukanku kepadanya? Aish, kau itu pria yang kompeten, tapi kenapa kau lebih memilih menghabiskan waktumu dengannya?" omel Ryujin dan kali ini pria ini hanya tersenyum menanggapinya.

"Ayo Nona, nyonya sudah menunggu," ucapnya dan Ryujin mau tidak mau menurutinya.

---***---

Ryujin sangat kesal saat merasa dibodohi. Ibunya itu, ternyata mengancamnya hanya untuk datang ke sebuah salon dan melakukan perombakan pada penampilannya. Sekarang lihatlah, ia nampak seperti gadis sok anggun yang menyebalkan.

"Sudah selesai?" Seorang wanita cantik datang dan ia adalah ibunya yang nampak seperti malaikat meskipun usianya tak dikatakan muda lagi. 

Ryujin diam, masih menunjukkan wajah dinginnya. "Apa yang kau inginkan dengan melakukan ini kepadaku?" tanya Ryujin dan ibunya ini tersenyum, membuat Ryujin bertambah kesal saja.

"Untuk menemui keluarga baru kita," jawab ibunya dengan santai, membuat Ryujin menoleh dan berpikir.

"Keluarga baru? Maksudmu, kau ingin menikah lagi?" tanyanya dan ibunya ini pun mengangguk dan Ryujin hanya bisa tertawa sinis.

"Bagus, setidaknya kau tidak akan berganti-ganti pasangan lagi dan di maki oleh istri-istrinya, aku pun tidak perlu malu sebagai anakmu," sindir Ryujin dan ibunya itu pun tertawa.

"Kau memang anakku," balasnya dan Ryujin tak ingin mengatakan apa pun lagi, ia memilih untuk segera keluar dan memasuki mobil.

"Nyonya, apa tidak apa-apa jika Anda tidak memberitahu nona Ryujin?" tanya pria yang semenjak tadi di sampingnya. 

Wanita ini masih tersenyum. "Jika aku memberitahunya sekarang tentangnya, ia tidak akan pernah kembali. Aku sudah memikirkan cara untuk mencegahnya pergi dariku," ucapnya dan pria ini pun mengangguk.

Mereka memasuki mobil dan terdiam sepanjang jalan. Ryujin hanya sibuk memandangi jalanan yang menggelap, terkadang terang oleh sinar lampu. Pikirannya hanya dipenuhi dengan Yunseong, pria itu membuatnya tak bisa memikirkan apa pun, kecuali dirinya.

Mobil pun terhenti saat mereka sampai di sebuah gerbang nan megah. Ryujin tidak pernah melihat gerbang semegah ini, apa lagi saat satpam membukakan gerbangnya, telah berjejer bangunan yang nampak seperti kastil, megah dan kokoh.

Tepatnya, Ryujin menghitung ada 6 kastil yang berdiri kokoh. Satu di antaranya, lebih besar dari kastil lain. Lucu dan aneh, bahkan bangunannya saja sudah terlihat seperti silsilah keluarga, atau tatanan seperti kasta. Ryujin pun sempat berpikir, jika mereka mungkin saja orang asing? Jadi mereka mencoba untuk mengusung budaya mediteranian kemari, atau mereka orang korea yang hanya mencoba menjadi sok bangsawan kelas atas.

Ryujin merasa kesal seketika, ia sangat tidak ingin menemui siapa pun yang ada di tempat ini. Apa lagi membicarakan tentang omong kosong lainnya. "Jaga sikapmu dan jangan berulah," ucap ibunya yang kini berjalan terlebih dahulu dan Ryujin pun mengikutinya.

Mereka berjalan mendekati salah satu kastil yang nampak sama seperti kastil lainnya, hanya satu yang berbeda ukuran dan warna beberapa benda di depan. Saat mereka sampai di depan pintu, beberapa pelayan mencoba menyambut keduanya. Ibunya Ryujin sangat senang, sementara wajah bosan Ryujin sudah tak bisa ia tutupi lagi. Mungkin, ini akan bertahan sampai akhir.

"Selamat datang nyonya Park," ucap salah satu pelayan dengan membungkuk. 

Ryunjin langsung berdesis. Marga ibunya adalah Seo dan lebih sering di panggil Seohyun dan sekarang tiba-tiba berganti menjadi Park? Lelucon macam apa ini sebenarnya? Apa pria itu sudah diguna-guna oleh ibunya, sehingga ia begitu menyukainya?

Kini, saat mereka berjalan masuk dengan iring-iringan pelayan, Ryujin masih saja terus menggerutu. Sampai, ia bertukar pandang dengan salah satu penghuni yang nampaknya telah lama duduk dan menunggunya. Smirk khas itu membuat Ryujin terkejut setengah mati.

"Jeno ...," serunya dan Jeno melambaikan tangannya, seketika pandangan Ryujin beralih kepada yang lainnya. Ia terkejut saat menemukan kawanan bedebah di sini. Jangan katakan jika ia harus sering bertemu dengan mereka.

"Ayo cepat, mereka menunggu kita." Seohyun pun menarik tangan Ryujin. Rasanya ia ingin berlari saja. Namun, tatapan mengunci dari seseorang berambut pirang itu membuat Ryujin berusaha tak menjadi memalukan.

Dengan sangat terpaksa, Ryujin duduk di antara ibunya dan bedebah Jeno. Belum dapat semenit ia duduk, Jeno terus-terusan menyenggol kaki Ryujin, membuat Ryujin yang kesal segera menginjaknya dan mengumpatinya tanpa suara. Jeno pun terkikik dan yang lainnya pun juga, hanya pria berambut pirang dan seseorang berekspresi datar yang tak menunjukkan reaksi apa pun.

"Jadi, aku mengundang kalian semua kemari, ingin mengatakan jika aku telah menikah dengan Seohyun. Pesta pernikahan akan di adakan satu Minggu lagi. Bagaimana menurutmu Presdir Na," ucap pria paruh bayah yang nampak cukup tampan dan Ryujin bisa menyimpulkan jika pria ini akan menjadi ayah tirinya. Bukan akan, tapi sudah dan Ryujin perlu meminta penjelasan tentang pernikahan terburu-buru ini pada ibunya.

"Tentu aku akan mendukungmu, apa lagi nyonya Park adalah rekan bisnis yang sangat kompeten. Kau juga sekarang memiliki putri yang cukup cantik, mungkin di masa depan kita bisa menjadi besan," ucap pria berbadan tambun membuat mata Ryujin melebar.

"Dulu ia menyukaiku paman, hanya saja aku menolaknya," karang Jeno yang membuat semua temannya tertawa dan Ryujin yang kesal lagi-lagi menginjak kakinya.

"Auu ... Aku tahu kau kecewa kepadaku, tapi jangan bersikap menakutakan seperti ini," keluhnya yang seketika membuat Ryujin ingin menonjok mulutnya itu.

"Sudah, kau berandalan kecil jangan memaksanya," celetuk seorang wanita yang tak lain adalah ibunya Jeno.

"Ryujin, mungkin kau akan sedikit bingung dengan kami dan tempat ini. Aku akan memperkenalkan satu persatu kepadamu," ucap pria bertubuh tambun yang tadi di panggil Presdir Na.

"Namaku adalah Na Wang Sik, di sebelahku ini adalah putraku Na Jaemin." Jadi, pria pirang itu Jaemin namanya? Ryujin baru mengerti. Saat Ryujin mencoba untuk memandangnya, Jaemin seolah menunjukkan tatapan menilai dalam ketidak sukaannya dan Ryujin pun lagi-lagi memilih untuk mengabaikannya.

"Di sebelahmu adalah Lee Jeno dan sebelahnya adalah Lee Haechan, saudaranya." Ryujin seketika mengirutkan keningnya. Jeno memiliki saudara? Yang benar saja? Kenapa mereka tidak mirip?

"Mereka tidak mirip karena mereka berbeda ayah," sahut wanita yang semenjak tadi duduk di sebelah Haechan. Ryunjin barulah mengangguk.

"Sebelah pojok ada tuan Hwang dan nonya Hwang, serta putranya Hwang Ren Jun." Lagi-lagi Ryujin menemukan tatapan datar itu.

"Dan terakhir, keluarga baru dari China. Tuan Zhong dan Chenle." Seketika Ryujin merasa familiar dengan wajah itu, Chanle tersenyum menyapa Ryujin ramah dan gadis ini membalasnya dengan senyuman kikuknya.

"Aku masih belum mengenalkan diriku secara resmi kepada Ryujin. Perkenalkan, aku Park Young Cul yang mulai detik ini menjadi ayahmu dan Park Ji Sung akan menjadi saudaramu," ucapnya sambil menunjuk Ji Sung yang terlihat ogah-ogahan menyapa Ryujin dan tentu saja Ryujin tak peduli.

"Baiklah, sebaiknya kita lanjut ke acara makan. Pelayan, siapkan hidangannya," seru tuan Park dan barisan pelayan pun datang dengan menu hidangan di tangannya.

Saat hidangan itu terbuka, Ryujin terkejut melihat isinya. Hanya segelas cairan berwarna merah, nampak seperti anggur. Sebagian lagi berisi hidangan makanan pada umumnya.

Gelas berisi cairan merah itu, mereka letakkan di hadapan mereka semua kecuali ia dan ibunya serta nyonya Lee. Ini aneh dan Ryujin sangat penasaran tentang hal ini.

"Paman belum mengatakan jika kita ini adalah vampire?" celetuk Jaemin yang seketika membuat Ryunjin melotot, Seohyun memandang putrinya dengan khawatir.

"Va-vam-pir?" Ulangnya dengan gugup. Jaemin tersenyum sinis. Seolah ia berhasil menyerang Ryujin hanya dengan sebuah fakta.

Sementara Ryujin nampak membatu dengan jantung yang akan meledak. Kedua kalinya ia shock dan kali ini dengan semua orang yang ada di sini. Bukan orang, tapi monster. Mereka adalah monster penghisap darah yang akan menghisap darahnya sewaktu-waktu.

-Tbc-


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top