Chapter 1

Satu kali membolos, akan mendapatkan denda senilai 20 juta dan akan bertambah kelipatannya jika itu lebih dari satu hari. Tidak ada poin, hanya ada denda dan denda yang akan memperkaya sekolah ini. Memakmurkan yang kaya dengan fasilitas yang terkadang membuat orang biasa terperangah. Sebut saja Guri high school, sekolah elit kelas internasional dengan biaya selangit.

Hanya dengan memikirkan hal ini saja, sudah membuat kepala Ryujin pusing. Satu tahun yang lalu, ibunya memaksa dirinya untuk mendaftar di sekolah tak masuk akal ini. Biaya masuknya sama seperti akan membeli sebuah mobil mewah, belum lagi biaya persemester yang bisa dibuat biaya kontrak apartement mewah. Demi Tuhan, Ryujin ingin memaki siapa pun yang menciptakan sistem ini untuk pertama kalinya.

Gadis itu, kini sedang mengetik beberapa hal. Tangannya begitu lihai menekan-nekan pada keybord komputernya. Ia terlihat seolah sedang membuat naskah untuk disetorkan kepada penerbit.

"Topik web sekolah kali ini, aku pikir kita akan membahas tentang kompetisi basket antar sekolah kemarin." Seseorang duduk di sebelahnya, melihat hasil ketikan Ryujin.

"Kenapa kau jadi membahas masalah korupsi guru BK?" tanyanya yang lagi-lagi tak habis pikir dengan sahabatnya ini. Sebut saja ia Yuna, sang fotografer web sekolah yang terkadang suka mengangkat berita-berita terpopuler dan halaman web akan selalu ramai jika gadis ini mengepost sebuah berita, apa lagi itu berita kontroversialnya. Ayahnya adalah pemilik surat kabar ternama di negara ini, wajar jika gadis ini sedikit memiliki jiwa jurnalis seperti ayahnya.

Ryujin pun menghentikan tangannya untuk mengetik, menatap Yuna dengan berdesis. "Apa kau menyuruhku meliput kumpulan bedebah? Aku pikir tak ada yang lebih menarik dari pada berita korupsi guru BK? Uang denda selangit yang ia dapat dari anak-anak, pria itu gunakan untuk pergi ke karaoke dan tidur bersama beberapa wanita penghibur. Aish, padahal aku bisa menggunakan uang itu untuk menonton konser Fanxy, ah aku tidak tahan ingin meliat Zico, Dean, Crush." Yuna seketika berdesis, Ryujin adalah sosok gadis cool yang tak menyukai jenis kekonyolan apa pun, tapi dia akan menjadi konyol dan memalukan jika itu menyangkut Fanxy, group dengan kumpulan rapper idol yang sedang tenar.

"Bedebah? Mereka itu seperti titisan dewa! Memiliki aura idola, wajah tertampan di sekolah ini, bagaimana bisa kau mengatakan jika mereka bedebah? Dasar sinting!" celoteh Yuna yang sama sekali tak memiliki efek besar pada wajah datar Ryujin.

"Mereka itu bedebah, hidup dengan membuat banyak orang merasa muak dengan sikap sok kerennya. Belum lagi kebiasaan mereka yang suka sekali berganti-ganti pasangan, sungguh menyebalkan," ucap Ryujin yang lagi-lagi membuat Yuna menggeleng. Gadis yang satu ini memang tidak bisa ia selamatkan lagi.

"Jangan katakan, kau kesal karena mereka tidak tertarik kepadamu?" serang Yuna dan Ryujin seketika memutar bola matanya.

"Tidak! Meskipun dunia runtuh sekali  pun, aku tidak akan pernah kesal karena hal konyol seperti itu," ucap Ryujin sambil berdiri, memandang Yuna dengan ekspresi menantang.

"Kau mau kemana?" Yuna merasa jika Ryujin memiliki sebuah rencana.

Ryujin nampak tersenyum. "Jangan katakan kau akan membolos lagi, hah?" Yuna mencoba untuk menebaknya dan Ryujin tertawa lebar.

"Hoh, aku akan sedikit bersantai-santai di cafe game. Jadi kalau kau ingin mencariku, aku di sana," balasnya membuat Yuna menggeleng.

"Kau sengaja membolos kan? Jadi kau serius akan mengusung kasus ini?" sergah Yuna dan Ryujin lagi-lagi mengangguk sambil tersenyum lebar.

Ryujin adalah tipikel makhluk yang kurang suka bergaul dengan banyak orang, tidak terlalu percaya dengan orang membuatnya hanya memiliki beberapa teman saja. Salah satunya adalah Yuna, temannya semanjak SMP yang sangat mengenal satu gadis ini. Niatnya membolos kali ini adalah untuk menguntit target sampai ia mendapatkan bukti kuat.

"Hoh, aku akan menangkapnya," balas Ryujin dengan penuh tekat dan Yuna hanya bisa mendesah.

Yuna adalah penggila fotografi dan Ryujin adalah pencari bukti yang akurat. Mereka sering di juluki duo detektiv skandal dan itu kenyataannya memang benar. Hanya, jika itu membahas tentang para pria tampan yang nampak seperti idol saja, Yuna akan membuang kata-kata di halaman web sekolah hanya untuk memuji mereka habis-habisan. Alasannya karena mereka adalah aset sekolah yang berharga dan Yuna adalah penggila pria tampan. Ryujin jelas tak ingin ikut campur dalam hal ini.

"Terserah kau saja, aku benar-benar tidak bisa mengerti cara berpikirmu," keluhnya yang kali ini membuat Ryujin terkikik.

"Maka, kau tak perlu untuk mengerti jalan pikiranku. Aku pergi!" pamitnya dan Yuna hanya menghela napas sebal.

---***---

Ryujin, berjalan santai meliwati lorong sekolah menuju gudang kosong belakang. Menenteng tasnya dengan enteng tanpa merasa takut seseorang tahu jika ia membolos.

Saat ia sampai tepat di depan pintu, gadis ini hampir akan mengetuknya. Namun, pintu itu terbuka begitu saja dan sosok pria putih pucat nampak memandanginya dengan ekspresi datarnya.

"Kau ingin membolos lagi?" seru seseorang yang berdiri di balik pria tinggi nan pucat itu.

Adu tatapan keduanya terhenti, pria itu berlalu begitu saja dan Ryujin memilih untuk menjawab pertanyaan pria paruh bayah ini. "Hoh, lima ratus ribu untuk hari ini?" tawarnya dan pria paruh bayah ini langsung mengangguk.

Ryujin pun mengeluarkan uang dari sakunya. "Siapa siswa yang terlambat itu?" tanya Ryujin yang cukup penasaran dibuatnya. Sosoknya yang datar dan parasnya yang rupawan jelas akan mudah menarik perhatian.

"Renjun, ayahnya adalah salah satu direktur di Hang Sang Company," ucapnya yang membuat Ryujin mengangguk. Ryujin pernah dengar nama itu, kalau tidak salah ia salah satu dari kumpulan bedebah seperti Jeno. Mengingat nama Jeno, darah Ryujin rasanya naik ke atas ubun-ubunnya. Si cassanova brengsek Jeno itu, sudah membuat kehebohan beberapa waktu lalu karena di rebutkan oleh siswi di kelasnya dan saat seperti itu, Jeno dengan mudahnya mengatakan jika ia tak tertarik kepada keduanya. Rasanya Ryunjin ingin menendang pantatnya saja waktu itu, tapi ia menahannya karena Yuna mengancamnya akan meninggalkannya saat pulang sekolah.

"Ku pikir, jalur ini mulai terkenal sekarang dan kau akan segera kaya, paman," sindir Ryujin yang tentu membuat pria ini terbahak.

"Semua ini berkat dirimu nona, kau pencetusnya," katanya dan kali ini Ryujin yang tertawa.

"Benar juga, seharusnya sesekali kau mentraktirku untuk makan di cafe depan," kata Ryujin sambil berlalu.

Ryujin berjalan sambil tersenyum saat tiba-tiba ingatannya kembali pada satu tahun yang lalu, ibunya yang seorang pemilik perusahaan properti memaksanya untuk sekolah di sekolahan elit ini setelah berhasil mendapatkan seluruh harta dari ayahnya yang mati karena terus-terusan di kecewakan oleh ibunya yang tak pernah berhenti berselingkuh. Perusahaannya ibunya pun berkembang sampai detik ini dan ibunya itu lebih sibuk untuk berkencan dengan banyak pria dan memilih mengabaikannya. Ryujin yang merasa kesepian dan tak nyaman dengan lingkungan sekolah, sering kali membolos  dan beberapa kali di panggil oleh BK untuk memberikan denda. Gadis ini tak peduli meskipun ia sering kali harus membayar denda untuk kebolosannya. Bukan hanya ibunya yang berhak untuk berfoya-foya dengan uang ayahnya, ia juga berhak melakukannya. Ia juga tak begitu peduli dengan nilai atau kompetisi untuk masuk ke universitas Seoul, bahkan luar negeri.

Ryujin menjalani hidupnya sesuka hati, seperti mengikuti arah angin yang berhembus. Tak ada aturan yang berlaku dan membatasi. Ia bebas melakukan apa pun yang ia mau, dengan pemikirannya yang sangat bebas.

"Oi ... Pemberita skandal!" Seseorang memanggilnya dan Ryujin merasa tak asing dengan nama itu. Ia pun mendongak dan menemukan Jeno, si bedebah sialan yang selalu membuatnya kesal itu kini sedang berjalan berlawanan arah dan dengan beberapa pria.

Ryujin hanya memutar bola matanya dan mereka tertawa melihatnya, kecuali seseorang dengan rambut pirangnya. Ia bukan darah campuran seperti Jeno, tapi warna rambut itu sangat cocok untuknya, ditambah tatapan yang begitu dingin menusuk, membuat Ryujin seketika merinding.

Lalu, kulitnya dan semua teman-temannya termasuk Jeno, kenapa juga harus sepucat itu? Apa mereka memakai skin care yang sama? atau bagaimana? Belum lagi paras mereka yang di atas rata-rata membuat Ryujin mencurigai jika mereka melakukan operasi plastik bersamaan. Ryujin cukup penasaran dengan hal ini dan belum menemukan jawabannya sampai detik ini. Mungkin nanti, ia akan mencari tahu jika Jeno berani macam-macam kepadanya.

"Kau membolos lagi? Bisa-bisa kau yang akan menjadi topik di halaman web karena keseringan membolos," kata Jeno, si bajingan penggoda yang selalu membuat kaki Ryunjin gatal untuk menendangnya.

Ryujin meringis dan terus berjalan dengan santainya. "Sebelum itu, akan ada berita pembuangan sampah sepertimu," balasnya dengan santai.

"Yak!" Jeno menoleh dan meneriaki Ryujin, tapi gadis ini benar-benar tak memperdulikannya. Memilih untuk terus melangkah.

"Bagus, sepertinya dia gadis yang tidak bisa kau dapatkan? Mau bertaruh, aku sedikit bosan sekarang." Seseorang merangkul Jeno, membuatnya menepisnya.

"Haechan-ah, dia itu Ryujin salah satu pemenang kompetisi dance di SMP ku dulu," kata bocah bermata sipit dari kebanyakan orang korea. Ia adalah Chanle yang memiliki identitas kewarga negaraan China yang lebih suka menetap di Korea semenjak masih sekolah dasar.

"Lalu apa hubungannya?" Kali ini pria bocah bermata sipit lainnya menyahut, hanya saja perubahan suaranya menuju remaja membuatnya terdengar manly. Namanya adalah Jisung, termuda hanya selisih beberapa bulan dari yang lainnya.

"Ia bisa mengangkat satu temannya saat terpaksa menjadi cheer up saat salah satu peserta kompetisi mendadak sakit. Pernah juga ia memukul Man Ok sampai masuk rumah sakit karena berani-beraninya menyentuh pipinya." Ucapan terakhir Chanle tentu membuat semuanya terkejut dan geli dalam bersamaan.

"Aku pikir, gadis sepertinya jika menjadi seorang vampire akan sulit untuk di atasi," celetuh Jeno yang mulai tertarik dengan Ryujin.

"Benar, aku ingin menghisap darahnya yang wangi itu. Hanya saja, ia terlalu keras kepala," celoteh Jeno yang menunjukkan kefrustasiannya karena tak pernah bisa mendekati Ryujin.

"Berhenti berulah, aku lelah menyelesaikan masalahmu. Jangan pernah menghisap darah manusia sampai mati lagi," tekan pria yang semenjak tadi hanya diam, pria pirang nan dingin ini adalah Jaemin yang selalu tak suka dengan manusia.

"Baiklah, aku akan berhati-hati," balas Jeno dan yang lain hanya menertawai janji yang selalu menjadi omong kosong untuk Jeno. Karena kenyataannya, berkali-kali Jeno selalu mengingkari janjinya.

-Tbc-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top