제 7 회

"I can only hold my breath and watch you.
I can only do that because I feel that you’ll shatter."
(INFINITE - Paradise)
***




Myungsoo mengacak surainya kesal. Sungguh ia bingung harus bagaimana. Disatu sisi ia merasa lega, karena apa yang mereka cari selama ini akhirnya menampakkan dirinya. Namun Myungsoo juga merasa takut, kalau sewaktu-waktu kematian akan kembali datang padanya. Myungsoo membenci itu.

Hyung, bagaimana kau bisa tau?” tanya Myungsoo penasaran.

Woohyun memberikan sebuah benda persegi elektronik kepada Myungsoo. Myungsoo yang menerima benda tersebut, lalu segera membaca sederet tulisan yang ada disana. Kedua matanya kembali membola. “Apa ini ulah mereka, hyung?

Woohyun menganggukkan kepalanya. “Ne. maja. Mayat yang semalam itu adalah ulah Sunggyu. Dia menyamarkan kasus pembunuhan itu sebagai kasus bunuh diri. Dokter yang mengotopsi mayat tersebutpun dibuat bingung, karena terdapat dua buah lubang dilengan korban. Tepat dinadinya, yang disamarkann dengan goresan-goresan pisau. Seperti korban bunuh diri lainnya.” jelas Woohyun. Mulai berspekulasi dengan pemikirannya.

“Selama ini mereka masih memburu. Apa yang harus kita lakukan sekarang, Hyung?” Myungsoo mulai ketakutan.

“Berhati-hatilah. Mereka mungkin tidak akan menampakkan dirinya dalam waktu dekat. Lindungi Naeun. Aku hanya takut kalau mereka mengincar vampire baru seperti Naeun.” ujar Woohyun tenang.

Bruk

Terdengar suara gaduh diarea dapur. Myungsoo segera bangkit dari duduknya, lalu berlari kearah sana. Ada Naeun disana. Tengah terduduk diatas lantai dengan wajah ketakutan.” Naeun-ah.” Teriak Myungsoo.

Myungsoo segera menghampiri Naeun. Ikut mendudukkan dirinya dihadapan Naun. “Ada apa, Naeun-ah. Kenapa kau seperti ini?” tanya Myungsoo, sambil menyelipkan rambut panjang yang menutupi wajah Naeun kebelakang telinga.

Naeun hanya diam. Kedua manik hazelnya bergerak gusar.

“Naeun-ah, gwaenchana. Aku ada disini.” ujar Myungsoo lembut. Menenangkan Naeun yang terlihat panik, lalu memeluk yeoja itu.

O … oppa, apa kah aku akan kembali merasakan kematian? Aku tidak ingin hal itu.” bisik Naeun disela tangisnya yang semakin pecah.

Tubuh Myungsoo menegang. Rupanya Naeun mendengar pembicarannya dengan Woohyun tadi. “Gwaenchana, Naeun-ah. Kau percaya padaku, kan? Aku pasti akan melindungimu.” ujar Myungsoo.

***

Jam diatas meja belajar Chorong sudah menunjukkan pukul 1.42. Chorong segera bersiap untuk mulai bekerja hari ini. Meskipun kakinya masih sedikit terasa sakit, namun ia memaksakan dirinya untuk bekerja, karena merasa tidak enak dengan Woohyun.

Yeoja cantik itu melepas penyangga kakinya yang menyusahkan itu. Kakinya masih nampak memar kehijauan, namun sekali lagi, Chorong tidak peduli akan hal itu.

Ia mematut dirinya dicermin. Skinny Jeans putih serta kaos berwarna merah muda polos sudah membalut tubuhnya yang ramping. Tak lupa ia membawa jaket baseball nya dan tas kecilnya.

Ia berjalan dengan sedikit pincang untuk sampai kepintu depan. Meletakkan flat shoes, hadiah dari Woohyun, dihadapannya, lalu memakainya. “Cantik.” gumam Chorong, sambil memperhatikan flat shoes yang kini sudah berhasil melindungi kedua kakinya. Ukurannya begitu pas, dan terlihat cantik saat ia memakainya.

Corong kembali berjalan keluar rumah. Mengunci pintunya, lalu berjalan menuruni anak tangga. Saat sampai ditangga yang paling bawah, mobil Audi hitam melaju disampingnya, lalu berhenti sekitar dua meter didepan. Chorong mengernyitkan dahinya bingung. “Bukankah itu mobil Tuan Nam?” gumamnya.

Sang pengemudi terlihat membuka pintu mobilnya. Menurunkan dirinya dari dalam sana, lalu berjalan mendekat kearah Chorong yang masih berdiri mematung ditempatnya. Benar. Itu adalah Woohyun. Namja itu terlihat begitu mempesona siang ini. Celanan bahan berwarna biru gelap, kemeja panjang berwarna putih yang dibiarkan melindungi tangannya daribterik matahari, tak lupa dengan kaca mata hitam yang selalu bertengger sempurna dihidungnya. Chorong semakin terdiam. Seolah terhipnotis oleh ketampanan yang Woohyun pancarkan.

“Chorong-ssi.” Suara berat nan seksi milik Woohyun mengganggu keterdiaman Chorong yang saat itu tengah menikmati ciptaan tuhan yang begitu sempurna tepat didepan kedua matanya.

Chorong menggelengkan kepalanya. Berusaha untuk mengenyakhkan pikiran-pikran itu. “Ne?” tanya Chorong bingung.

“Ayo ikut denganku. Aku akan memberikan tumpangan padamu sampai ke kafe.” tanpa basa-basi, Woohyun segera menggandeng lengan Chorong. Membantu yeoja itu untuk berjalan menuju mobilnya. Sementara Chorong masih terdiam. Mengikuti langkah Woohyun yang membimbingnya menuju mobil tanpa berkomentar apapun.

Chorong duduk dikursi penumpang. Ada Naeun disana. Tengah duduk disamping kursi kemudi dengan raut wajah jengkel. Super duper jengkel. Woohyun kembali masuk kedalam mobilnya. “Oppa, kenapa kau mengajak yeoja itu?” keluh Naeun kesal.

Woohyun tidak menjawab, hanya memberikan tatapan mengerikan saja kepada Naeun, yang membuat Naeun bungkam seketika.

“Ah, maafkan aku, Naeun-ssi. Sebaiknya aku turun saja.” ujar Chorong tidak enak. Baru saja ia ingin membuka pintu, Woohyun sudah terlebih dahulu angkat bicara. “Tutup pintunya sekarang, atau aku akan membuat kakimu yang satunya bernasib sama.” ancamnya.

Mau tidak mau, Chorong kembali menutup pintu mobil Woohyun. Duduk manis disana sambil mem-pout-kan bibirnya kesal. Sementara Woohyun hanya bisa tersenyum. Memperhatikan Chorong lewat kaca yang terletak dibagian tengah mobil.

Sepanjang perjalanan menuju kafe, mereka bertiga hanya bisa bungkam. Sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Chorong menghembuskan napasnya berat, membuang pandangannya kearah jalanan yang ada disebelah kirinya melalui jendela mobil. Chorong tak habis pikir, bagaimana bisa ia terjebak didalam situasi seperti ini. Disatu sisi, ia senang, karena ia bertemu dengan orang-orang baik didalam hidupnya seperti Eunji, Myungsoo dan Woohyun. Ya, walaupun Woohyun memang dingin, tapi itu tidak membuat Chorong menyesal karena telah mengenal namja itu.

Mobil Audi hitam Woohyun terparkir didekat kafe. Namja tampan itu lalu mematikan mesin mobil. Naeun keluar terlebih dulu dari dalam mobil dengan perasaan dongkol. Woohyun mengikuti dari belakang, kemudian Chorong ikut menyusul.

“Naeun-ah.” seru Woohyun, yang sontak membuat langkah Naeun terhenti.

Naeun membalikkan tubuhnya menghadap Woohyun. “Wae, oppa?

“Hari ini biar Chorong saja yang menjaga kasir. Kau dan Eunji bersih-bersih saja, arasseo?

Naeun kembali mem-pout-kan bibirnya. “Shiro. Aku tidak mau melakukannya.”

Mendengar ucapan Naeun yang tidak mau menurutinya, Woohyun langsung memberikan tatapan mengerikannya. Naeun bungkam. Ia tidak berani melawan lagi kalau Woohyun sudah seperti itu. “Arasseo.” Naeun langsung balik badan. Berjalan menuju loker didekat ruang dapur. Diikuti Chorong dari belakang, yang hanya bisa melemparkan senyum kearah Woohyun, namun tidak Woohyun hiraukan. Namja itu malah langsung pergi menuju ruangannya dilantai dua.

Sementara itu, dua pasang mata tengah mengawasi pergerakan ketiga orang itu dari seberang jalan. Keduanya sama-sama memakai pakaian serba hitam. Salah satunya tersenyum sinis. “Kau lihat bocah itu, Dongwoo-ya? Kita harus terus mengawasinya. Seperti apa yang dikatakan Sunggyu.” ujarnya.

Ne, Howon-ah. Akhirnya kita berhasil menemukan keberadaan bocah itu. Apakah Sungyeol berhasil menemukan bocah satunya?” ujar namja lainnya yang bernama Dongwoo.

Howon menggelengkan kepalanya. “Aku tidak tau. Dia masih belum kembali. Sebaiknya, kita laporkan hal ini dulu pada Sunggyu.”

Howon dan Dongwoo segera meninggalkan tempat tersebut. Masuk kedalam mobil sedan hitamnya, dan membawanya menuju sebuah rumah besar yang terletak didaerah Myeong-dong. Bukan rumah, melainkan sebuah mansion mewah.

Mobil sedan hitam itu melaju memasuki sebuah gerbang yang berukuran sangat besar. Gerbang itu terbuka secara otomatis, karena Dongwoo menekan sebuah remote yang mengendalikan gerbang besar tersebut. Howon memarkirkan mobilnya didekat airmancur yang terletak ditengah halaman mansion mewah tersebut, lalu turun dari dalam mobilnya. Berjalan menuju pintu ganda besar. Diikuti Dongwoo dibelakangnya.

Howon membuka pintu tersebut. Ruangan utama mansion itu sangat luas. Segalanya terlihat klasik. Seperti barang-barang kuno yang memiliki harga yang tidak main-main. Suasana tempat tersebut sedikit gelap, karena beberapa jendela besar dirumah itu masih ditutupi gorden-gorden tebal berwarna keemasan. Menghalani sinar mentari yang masuk siang ini.

“Bocah itu sudah kami temukan.” Howon membuka suara, ketika langkahnya berhenti didepan sebuah meja didalam ruangan gelap dilantai dua mansion mewah tersebut.

Seorang namja lainnya, yang saat ini tengah duduk diatas kursi kerjanya, memutar kursinya. Menghadap langsung kearah Howon dan Dongwoo. “Benarkah? Wah, akhirnya bocah tengik itu muncul juga.” ujarnya. Namja itu, Kim Sunggyu. Dia adalah pemimpin para vampire yang hidup diantara para manusia lainnya. Dia juga yang telah membunuh appa-nya Woohyun beberapa tahun lalu. Rupanya namja itu masih mencari keberadaan Woohyun untuk membunuhnya, karena dia telah melarikan diri saat ingin dieksekusi.

Sunggyu memperlihatkan smirk menakutkannya. Meneguk minuman favoritnya dari dalam gelas yang berada didalam tangannya. Membuat mulutnya seketika memerah. Ia menjilat bibirnya sendiri, mencoba untuk meresapi rasa yang diberikan minuman tersebut, sambil memejamkan kedua matanya. “Awasi terus bocah itu, kalau ada kesempatan, segera habisi dia beserta pengikutnya. Jangan sampai ada saksi mata.” ujar Sunggyu tenang. Sementara Howon dan Dongwoo hanya bisa menganggukkan keplanya, lalu segera undur diri dari hadapan Sunggyu.

***

Eunji masuk kedalam kafe saat jam sudah menunjukkan pukul 3.12 sore. Ia terlamabat hari ini, karena ketiduran. Ia hampir tidak bisa bangun karena efek samping obat penenang yang membuatnya terus merasakan kantuk yang luar biasa. Dokter memang melarangnya untuk bekerja hari ini, namun Eunji tidak ingin membolos kerja. Berada dirumah seorang diri, hanya membuat perasannya sakit karena terlalu merindukan Minho.

Dengan langkah lemas, Eunji memaksakan diri untuk membatu Naeun mengepel lantai dan mengelap meja. Para pembeli sudah mulai ramai berdatangan kekafe tersebut. Membuat tempat itu menjadi penuh.
Eonni, kau tidak apa-apa?” tanya Naeun.

Eunji tersenyum. “Aku tidak apa-apa.” ujar Eunji lemas.

Sebenarnya, Naeun sedikit tidak menyukai Eunji, karena ia tahu masa lalu yeoja itu dengan Myungsoo. Namun Myungsoo sudah mengancamnya untuk selalu bersikap baik padanya. Mau tidak mau, Naeun harus meelakukan itu. Dia terlalu mencintai Myungsoo, hingga tidak peduli dengan perasaannya sendiri.

Terkadang, Naeun merasa menyesal karena ia tidak berhasil bunuh diri saat itu. Myungsoo. Namja itu tiba-tiba saja datang disaat ia tengah sekarat karena memotong nadinya sendiri. Masalah percintaan nyatanya membuat Naeun hilang akal dan berusaha untuk membunuh dirinya sendiri. Naeunpun merasa bersyur disaat yang bersamaan. Karena hal itu, ia bisa bertemu dengan Myungsoo. Sosok yang selalu melindunginya dan mengajarinya untuk menjalani hidupnya dengan baik.

Disaat tidak ada lagi hal yang bisa ia banggakan, karena pengkhianatan yang dilakukan namja chingu-nya dimasa lalu, serta gagalnya ujian masuk universitas terkenal, membuat Naeun menjadi gelap mata. Ia tahu, kalau hidup itu ternyata tidak adil untuknya. Hidup memang kejam, bukan begitu?

Pertemuannya dengan Myungsoo, membuatnya sadar, kalau hidup sepenuhnya tidak selalu buruk. Myungsoo mengajarinya akan arti mencintai dengan hati yang tulus. Mengajarinya bagaimana merasakan cinta dengan cara yang benar. Meskipun itu terkadang menyakitkan.

Ia kadang merasa gemas, ketika melihat Myungsoo yang murung saat namja itu merindukan Eunji. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Meskipun perasaannya sakit, karena Myungsoo tidak bisa mencintainya sepenuh hati, namun disatu sisi ia merasa bersyukur, karena namja itu selalu ada untuknya dan terus melindunginya.

“Naeun-ah. Kau melamun?” suara lembut Eunji menyadarkan lamunan Naeun. Yeoja cantik itu lalu menggelengkan kepalanya, mengalihkan pandangannya pada Eunji yang saat itu terlihat bingung. “Ah, maafkan aku, eonni. Aku hanya lelah.” ujar Naeun.

***

Woohyun masih berdiri termenung didalam ruang kerjanya. Menatap lurus kearah jalanan yang terletak diseberang kafenya. Ia berdiri disana sambil melipat kedua tangannya. “Kalian sudah berani menunjukkan diri rupanya.” gumam Woohyun.

Rupanya ia menyadari kalau tadi ada yang memata-matai pergerakannya. Woohyun memang terlalu peka akan kehadiran makhluk sesamanya yang berada disekitarnya. Itu membuatnya menjadi semakin bersemangat untuk membalaskan dendamnya selama ini.

Tok tok tok

Seseorang mengetuk pintu ruang kerja Woohyun. Namja tampan itu lantas kembali duduk ditempatnya. “Masuk” serunya, sambil membuka beberapa lembar berkas yang berada diatas mejanya.

Dengan langkah sedikit tertatih, Chorong masuk kedalam ruangan tersebut. Sedikit menyeret kaki kanannya untuk terus melangkah kedepan meja Woohyun.

“Ada apa?” tanya Woohyun dingin.

Chorong meletakkan secangkir espresso keatas meja Woohyun. “Igeo. Aku membelinya. Sebagai ucapan terima kasih karena tadi memberikanku tumpangan.” jelas Chorong jujur.

Woohyun mengernyitkan dahinya, bingung. Lalu kembali ke mode awal. “Aku tidak membutuhkannya.” Woohyun kembali sibuk dengan kertas-kertasnya. Ia sendiri tidak tau harus berbuat apa untuk membuat piirannya saat ini menjadi lebih tenang. Pikirannya kacau, karena lagi-lagi aroma manis itu membuatnya sakit kepala. “Cepat keluar.” Woohyun menekankan kata demi kata pada kalimatnya yang singkat, karena Chorong masih belum mau beranjak dari tempatnya.

“Tapi, Tu—”

“Aku bilang keluar!”

Prang

Belum selesai Chorong berbicara, Woohyun sudah terlebih dulu menyelanya, sambil membanting cangkir itu kearah dinding. Membuat serpihannya terpental kesegala sisi, dan tak luput serpihan itu mengenai wajah Chorong. Sekalipun Chorong sudah berusaha untuk melindungi wajahnya.

Pipi yeoja cantik itu tergores. Meninggalkan luka kecil disana. Darah segar mengalir, dan itu membuat Woohyun semakin hilang kendali.

Woohyun melompat melewati mejanya, dan kini sudah berada dihadapan Chorong. Wajah mereka saling bertemu. Kedua netra bereka berdua saling bertubrukan. Chorong nampak terkejut melihat ulah Woohyun yang tidak seperti biasanya.

Chorong memejamkan matanya. Ia sungguh tidak bisa berpikir apa-apa lagi. Ia sangat takut, Woohyun akan bersikap kasar kali ini.

Tangan Woohyun mulai terangkat. Mengelus lembut wajah Chorong. Aroma itu, sungguh sangat membuatnya gila. Dia tidak pernah sekalipun merasakan hal ini sebelumnya. Oh, Woohyun sangat terobsesi dengan aroma itu.

Woohyun mulai mendekatkan bibirnya keleher Chorong. Perlahan demi perlahan, kedua taring itu muncul dari deretan gigi atasnya. Kedua manik hitamnya kini berubah merah. Woohyun sudah hilang kendali.

Tinggal beberapa senti lagi. Chorong masih terdiam dengan pikiran kosongnya. Merasakan sensasi yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Merasakan sensasi saat deru napas Woohyun yang terasa gelisah menyerbu lehernya. Chorong sepertinya mulai hilang kesadaran.

Grep

Bruk

Mendengar suara gaduh itu, Chorong segera membuka kedua matanya. Ia sedikit terkejut ketika melihat Myungsoo ada disana. Woohyun terbaring diatas meja kayu didepan sofa yang kini sudah terbelah menjadi berkeping-keping karena berbenturan dengan tubuh Woohyun. “Hyung, sadarlah!” teriak Myungsoo.

Chorong masih terdiam. Ia semakin tidak bisa berpikir jernih saat melihat wajah Woohyun yang tiba-tiba saja berubah mengerikan. Urat-urat menghitam mulai Nampak diwajahnya yang putih pucat seperti mayat hidup. Manik hitamnya kini berubah merah. Yang lebih mengejutkan lagi, Chorong melihatnya. Kedua taring itu. tangannya mulai gemetar. Kedua kakinya melemas seperti jelly. Ia jatuh terduduk ditempatnya.

Myungsoo mendekati Woohyun. Mencengkram kerah kemeja namja itu. mengguncang-guncangkan tubuh namja itu agar segera sadar. “Hyung, jebal. Sadarlah.” teriak Myungsoo frustasi.

Woohyun masih diam. Pandanganya masih terfokus pada yeoja yang saat itu tengah jatuh terduduk didepan meja kerjanya. Pikirannya masih belum jernih. Sakit dikepalanya mulai kembali terasa. Ia mencengkram kepalanya erat. “Arghh.” teriaknya menahan kesakitan.

Naeun yang saat itu terkejut ketika melihat Myungsoo yang tiba-tiba datang dan langsung berlari menuju ruangan Woohyun, ikut terkejut dengan keadaan yang saat itu tengah terjadi didalam ruangan itu.

“Naeun-ah, bawa Chorong keluar. Cepat!” teriak Myungsoo serius. Sementara ia masih berusaha untuk menenangkan Woohyun yang tengah menahan sakit.

Yeoja cantik itu segera membantu Chorong untuk berdiri. Menuntunnya menuju ruang belakang dekat loker. Mendudukkannya diatas sebuah kursi yang biasa digunakan saat sedang beristirahan. “Chorong Eonni, kau tidak apa-apa?” tanya Naeun khawatir.

Chorong masih bungkam. Ia rupanya masih syok karena apa yang barusan ia lihat sungguh tidak bisa dijelaskan dengan logikanya sendiri.

Eonni, kau dengar aku?”

“Dia, bukan manusia.” Chorong kini menatap Naeun dengan raut wajah datar. “Benar, kan?”

***



TBC

Aduhduhhh, konflik udah mulai bermunculan. Pemeran antagonist nya jg udah nongol.
Gimana part ini menurut kalian?

Chorong akhirnya tau rahasia Woohyun. Penasaran ama kelanjutannya? Tingguin terus yak chap selanjutnya...

Salam,
Aurelia
25 Maret 2017

P.S
Sepertinya aku bakal hiatus nulis dulu untuk beberapa hari kedepan. Aku lagi banyak ujian akhir-akhir ini.
Btw, aku hari ini ujian TOEFL.
Doakan aku, yeoreobun...😄😄

Okay, jangan lupa tinggalkan jejak kalian yeoreobun... 😘❤✌

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top