제 5 회
"I'm holding it back though it hurts
Because to me, tears are a extravagance
I don't even have the right to look at you
Don't look at me."
(INFINITE - Only Tears)
***
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Myungsoo masih duduk terdiam didalam ruang kerjanya dirumah sakit. Pekerjaannya kali ini sudah selesai. Satu jam yang lalu Myungsoo baru selesai menangani pasien terakhirnya. Bekerja di departemen bagian *Neuropsychiatry membuatnya kelelahan. Namun Myungsoo tidak bisa serta merta meninggalkan pekerjaannya itu. Bekerja disana bisa memberikannya akses untuk terus meneliti obat-obatan baru yang bisa membuat dirinya dan hyung-nya itu hidup lebih lama tanpa adanya lagi pembunuhan.
Otak cerdasnya memang tidak pernah berubah. Sekalipun ia kini sudah menjadi vampire, namun otaknya nyatanya masih bekerja dengan baik, malah semakin baik. Meski terkadang ia sungguh merindukan hari-harinya menjadi manusia. Ia merindukan rasa asamnya kimchi yang berpadu dengan ramyeon favoritnya. Karena semenjak menjadi vampire, ia kehilangan indra perasanya dan keinginannya untuk makan makanan manusia.
Ingatannya kembali pada kejadian tadi pagi. Ketika ia bertemu dengan Chorong. Yeoja itu. “ Aroma yeoja itu begitu memikat. Apakah Woohyun Hyung bisa menangani hal itu?” gumamnya.
Myungsoo melirik sebentar kearah jam yang terletak diatas meja kerjanya. Pukul setengah sembilan. Ia segera bangkit dari kursinya. Membuka jas putihnya, dan menggantinya dengan coat hitam favoritnya. “Sebaikanya aku pulang, dan memeriksa apakah Naeun baik-baik saja hari ini.” ujarnya, sambil berjalan menuju pintu keluar.
Sepanjang perjalanannya keluar dari dalam ruangannya, beberapa dokter cantik dan para suster membungkukkan tubuhnya member hormat, tak lupa dengan komentar-komentar yang selalu saja memuji ketampanan Myungsoo. Myungsoo hanya bisa tersenyum, dan justru senyum itu yang membuat mereka yang memujanya menjadi lemah tak berdaya. Kharisma Myungsoo memang sangat memikat.
Ia berjalan menuju mobil Hyundai hitamnya. Meletakkan tas gendongnya disamping kursi kemudi, lalu menjalankan mobilnya menuju kafe, tempat dimana Naeun bekerja.
Sepanjang perjalanan, Myungsoo hanya bisa diam. Pikirannya masih terfokus pada sosok Chorong yang membuat harinya terasa berat saat ini. “Apakah Naeun hari ini baik-baik saja? Ah, aku khawatir.” gumamnya.
Tangan kanannya sibuk memegang kemudi, sementara tangan kirinya sibuk mengelus-elus dagunya, berpikir.
Menit-menit selanjutnya, mobil Hyundai hitam itu akhirnya tiba didepan kafe. Malam ini kafe masih saja ramai. Padahal sebentar lagi kafe ini akan segera tutup.
Myungsoo melangkahkan kakinya masuk. Ada Eunji disana. Menyambut kedatangan Myungsoo dengan senyuman andalannya. “Selamat datang, Myungsoo-ssi.” sapa Eunji ramah. Mereka berdua memang tidak terlalu dekat. Sebenarnya, Eunji ingin melakukan itu. Wajah tampan itu mengingatkannya pada kisah masa lalunya yang sungguh menyakitkan. Yang memaksanya menutup diri dari keramaian dan cinta. Namun sekali lagi, ia urung melakukan itu, karena ia lebih menghargai perasaan Naeun. Ia tidak ingin Naeun salah paham nantinya.
“Annyeong, Eunji-ssi. Apakah hyung ada didalam?” Myungsoo menghentikan langkahnya tepat didepan Eunji. Yeoja cantik itu menghentikan aktifitas mengelap mejanya. “Tidak. Dia tidak datang hari ini. Tadi pagi dia sempat kesini, lalu tiba-tiba dia pergi begitu saja dengan terburu-buru.” jelas Eunji.
Myungsoo tersenyum. Lagi-lagi senyum yang memikat, dan Eunji sangat menyukai senyum itu. Senyum yang sudah sangat lama ia rindukan. Senyum dari seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya dimasa lalu. “Benarkah? Oh, baiklah.” Myungsoo kembali berjalan menuju meja yang ada disudut ruangan. Tempat favoritnya ketika menunggu Naeun selesai bekerja.
Namja tampan itu mendudukkan tubuhnya disana. Wajahnya menatap kosong kearah jalan yang berada disamping kirinya. Lagi-lagi ia termenung.
“Oppa. Ini Ice Americano-nya.” suara Naeun membuyarkan lamunannya. Myungsoo sedikit terkejut, lalu kembali merubah air mukanya ke mode normal. “Ah, gomawo, Naeun-ah.” Myungsoo mengambil cup tersebut, lalu menyedot Ice Americano-nya hingga habis setengahnya.
“Apa yang sedang kau pikrkan, oppa?” tanya Naeun penasaran. Yeoja cantik itu lalu segera mendudukkan tubuhnya tepat didepan Myungsoo.
Myungsoo menggelengkan kepalanya. “Tidak ada. Aku hanya merasa lelah.” ujarnya singkat. Lagi-lagi tersenyum.
“Kalau kau lelah, seharusnya kau pulang saja. Tidak perlu menjemputku seperti ini.” Naeun sedikit tertunduk. Ia merasa sedih sekaligus bersalah. “Mianhae, oppa.”
Myungsoo mencubit kedua pipi gembul Naeun dengan gemas. “Aku merindukanmu, Naeun-ah. Makanya aku paksakan kesini untuk menjemputmu.”
“Cih, kau terlalu berlebihan, oppa.” decih Naeun meledek. “Ayo kita pulang. Kafe sudah tutup.” Naeun bangkit dari duduknya, lalu menarik lengan Myungsoo yang juga ikut bangkit dari duduknya. Sambil mengambil cup Ice Americano yang sama sekali tidak ada rasanya dimulutnya yang tinggal setengah itu. Bukan karena tidak enak, tapi memang Myungsoo tidak lagi bisa menggunakan indra pengecapnya. Begitupun dengan Woohyun dan Naeun.
“Eonni, aku duluan.” seru Naeun ceria, sambil terus menarik lengan Myungsoo.
Eunji tersenyum manis. “Ne. josimhae.” serunya.
“Aku duluan, Eunji-ssi. Annyeong.” Myungsoo melambaikan tangannya pada Eunji, sementara Eunji hanya tersenyum, lalu kembali pada aktifitasnya, mengunci kafe.
Myungsoo dan Naeun sudah masuk kedalam mobil, lalu mobil hitam itu mulai berjalan menjauhi Eunji yang saat itu sudah akan berjalan menuju rumahnya.
Eunji menendang kerikil-kerikil itu asal. “Hah, hari ini rasanya hampa sekali. Kenapa tiba-tiba Tuan Nam tidak datang ke kafe? Chorong pun hari ini tidak masuk. Menyebalkan sekali.” Eunji mulai bermonolog. Menumpahkan segala keluh kesahnya hari ini. Kafe hari ini sangat ramai, tapi hanya ada dia dan Naeun yang melayani para pelanggan-pelanggan itu. Tubuh Eunji terasa begitu remuk.
Srak srak
Eunji menghentikan langkahnya, ketika sebuah suara mengganggu indera pendengarannya. Eunji menyapukan pandangannya kesekitar, namun tak ada satupun hal yang mencurigakan.
Malam itu, gang yang biasa ia lewati untuk sampai kerumahnya memang nampak sepi. Lampu jalanan yang biasanya terang benderang, kini mulai meredup dan terkadang mati sendiri. Membuat sekitarnya menjadi gelap dan mengerikan.
Eunji mencoba untuk menenangkan pikirannya. “Ah, andai saja ada Chorong disini. Aku pasti tidak akan merasa ketakutan seperti ini.” gumamnya, lalu ia semakin menambah kecepatan jalannya agar segera tiba dirumahnya.
Udara malam itu terasa semakin dingin. Membuat bulu kuduk Eunji semakin meremang. Ia eratkan kembali coat berwarna cream nya, lalu ia memeluk tubuhnya sendiri. Sesekali yeoja cantik itu menggesek-gesekkan kedua telapak tangannya agar terasa lebih hangan.
Bruk
Eunji menghentikan langkahnya seketika. Ketika ia melihat sesuatu, ah tidak, seseorang. Jatuh tepat dihadapannya. Darah mulai menggenangi aspal yang hitam itu. Eunji menutup mulutnya, berusaha keras untuk menahan teriakannya. Kedua bola matanya bergerak gusar. Ia ketakutan. Kedua kakinya terasa lemas dan tak lagi mampu menahan bobot tubuhnya sendiri. Ia jatuh terduduk disana. Tepat didepan seseorang yang masih terbaring disana.
Ia dilanda kepanikan dan ketakutan yang luar biasa. Berusaha untuk merogoh ponsel yang berada didalam saku coat-nya. “H … halo, 112. A … ada kecelakaan disini. Digang dekat pusat perbelanjaan Samcheong-dong.” ujar Eunji terbata. Kedua tangannya gemetar ketakutan. Ia berusaha untuk berdiri, namun tak bisa. Kedua kakinya terlalu lemas.
Beberapa menit menunggu, beberapa mobil polisi datang bersama sebuah ambulance dibelakangnya. Dua orang polisi berlarian kearahnya. “Nona, apa kau tidak apa-apa?” tanya salah seorang polisi, sambil membantunya untuk berdiri.
Eunji tidak menjawab. Ia hanya menganggukkan kepalanya. Ia masih sangat syok dengan kejadian tadi. Sang polisi membantu Eunji untuk berjalan menuju mobilnya. Mengantar yeoja cantik itu kerumah sakit untuk menangani syoknya tersebut,
Sementara polisi-polisi yang lainnya segera menyisir lokasi TKP untuk mengusut kasus ini.
Kedua tangan Eunji masih gemetar. Meskipun ia mencoba untuk lebih rileks sepanjang perjalanan menuju rumah sakit terdekat, manun pikirannya masih saja terfokus pada kejadian itu. Bagaimana orang itu jatuh tepat dihadapannya. Darah yang mengalir, membasahi aspal hitam yang biasa ia lalui saat ingin pergi atau pulang bekerja.
Seorang suster membantu Eunji untuk masuk kedalam sebuah ruangan pemeriksaan, ketika mobil polisi itu sampai dirumah sakit. “Silahkan duduk.” ujar sang suster.
Eunji mendudukkan tubuhnya disana. Masih dengan pandangan yang tak terkontrol karena ketakutan. Dokter cantik memasuki ruang pemeriksaan. Melebarkan kelopak mata Eunji dan menyorotinya dengan sebuah senter kecil. “Kau sepertinya sangat ketakutan. Apa yang terjadi?” tanya sang dokter pada si suster.
“Menurut polisi yang membawanya tadi, dia melihat seseorang jatuh dari atas gedung dan orang itu jatuh tepat didepan matanya.” jelas sang suster.
Sang dokter cantik menghela napasnya berat. “Sepertinya, ini akan menjadi trauma untuknya. Cepat panggil keluarganya.”
Sang suster segera keluar dari ruangan untuk mengecek ponsel Eunji yang dititipkan di tempat resepsionis, sementara sang dokter masih mencoba untuk membuat Eunji rileks.
Selang beberapa menit kemudian, sang suster datang kembali kedalam ruangan tersebut. “Nona ini tidak memiliki orang tua. Dia tinggal sendiri dikawasan pemukiman didaerah Samcheong-dong. Didaftar kontak pasien, ada nama dokter Myungsoo. Sepertinya dokter Myungsoo mengenal pasien ini, jadi saya menghubungi untuk segera kemari.” jelas sang suster.
Sang dokter cantik itu hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya mengerti. “Berikan dia **Ativan, lalu biarkan dia beristirahan sejenak.” ujar sang dokter.
Sang suster hanya mengangguk, lalu mengeluarkan sebuah suntikan dan menyuntikannya kedalam botol infus yang sudah terpasang dengan jarum yang menancap dipunggung tangan Eunji. “Sebaiknya, kau beristirahat dulu. Dokter Myungsoo sebentar lagi akan segera datang dan membawamu pulang.” ujarnya.
Eunji menganggukkan kepalanya, lalu mencoba untuk memejamkan kedua matanya, karena rasa kantuk tiba-tiba saja datang menghampirinya.
***
Pukul 11.31 malam
Myungsoo akhirnya tiba dipelataran rumah sakit tempatnya bekerja, sekaligus tempat dimana Eunji tengah dirawat. Ia berlarian didalam rumah sakit untuk sampai pada meja resepsionis. Wajahnya terlihat begitu kusut dan panik. Kemeja berwarna biru yang tengah ia kenakan terlihat tidak rapi. Tidak seperti Myungsoo yang biasanya.
“Dimana Eunji sekarang?” teriaknya panik. Para penjaga meja resepsionis segera mencari nama Eunji pada daftar pasien. Mereka benar-benar takut ketika melihat Dokter Myungsoo yang biasanya terlihat begitu tampan mempesona dan baik hati, menjadi mengerikan seperti ini. “Dikamar nomor 133.” ujar sang resepsionis sedikit takut.
Tanpa berkomentar apapun, Myungsoo segera berlari menuju ruangan itu. Tak peduli seberapa sering ia menabrak orang-orang yang masih berkeliaran disepanjang lorong rumah sakit. Ia sungguh sangat panik, dan ingin segera menemukan Eunji secepatnya.
Langkahnya berhenti didepan pintu dengan nomor 133 disampingnya. Ada nama Jung Eunji dibawah nomor tersebut. Dengan perasaan yang bercampur aduk, Myungsoo mencoba untuk membuka pintu tersebut dengan sangat pelan. Ia menyembulkan kepalanya terlebih dulu kedalam ruangan tersebut. Hanya ada satu kasur disana. Dan diatasnya ada Eunji yang tengah tertidur pulas. Myungsoo lalu tersenyum. Perasaan cemas dan khawatirnya berubah menjadi kelegaan yang membuatnya tenang.
Myungsoo melangkahkan kedua kakinya untuk masuk kedalam sana. Berjalan mendekati Eunji yang terlihat begitu kusut. Ada bekas jejak air mata dikedua pipi tirusnya. Rambutnya terlihat berantakan, dan sekali lagi, Myungsoo merasa amat sangat sakit, ketika melihat Eunji seperti ini. “Eunji-ya. Mianhae.” gumamnya, sambil menggenggam erat tangan kiri Eunji dimana jarum infus tengah tertancap disana.
Tangan itu, Myungsoo sangat merindukannya. Menggenggamnya erat seperti saat ini. Myungsoo merindukan masa lalunya bersama yeoja yang saat ini tengah tertidur dihadapannya.
Ingatannya kembali pada kehidupannya dimasa lalu. Kehidupannya sebelum menjadi Vampire.
Dulu ia pernah merasakan betapa indahnya dunia saat senyum yeoja itu selalu menghiasi hari-harinya. Ia masih mengingat semua hal itu dengan detail. Yeoja itu, Eunji. Sangat menyukai kimbab segitiga dan susu pisang yang biasa ia belikan saat pulang sekolah dulu.
Myungsoo memiliki masa lalu dengan Eunji. Eunji adalah kekasihnya saat SMA. Mereka berdua begitu saling mencintai. Sosok Myungsoo yang tampan, baik hati dan cerdas, bersanding dengan Eunji yang cantik dan juga sama cerdasnya, membuat beberapa teman mereka merasa iri dengan kesempurnaan yang pasangan itu miliki. Eunji yang begitu sabar menahan emosi dan rasa cemburunya saat Myungsoo selalu dikelilingi yeoja-yeoja cantik. Myungsoo sangat menyukai itu. Eunji yang penyabar.
Tanpa terasa, air mata Myungsoo menetes. Ia sungguh sangat membenci dirinya sendiri. Ia bahkan tidak bisa menjaga dirinya sendiri, hingga akhirnya ia harus mengalami kecelakaan yang telah berhasil merenggut nyawanya. Merenggut kebahagiannya bersama Eunji. Yeoja cantik itu.
Myungsoo sudah lama mengenal Woohyun. Sejak Tuan Nam meninggal, Myungsoo yang menjaga Woohyun dan merahasiakan semua fakta tentang Woohyun.
Entah ia harus bersyukur atau menyesal karena keputusan yang Woohyun buat untuk menjadikannya vampire. Pasalnya, ia harus merubah identitasnya dari Choi Minho menjadi Kim Myungsoo. Tidak mudah memang menjalani hidup barunya. Terlebih lagi ia harus meninggalkan kehidupan lamanya. Meninggalkan Eunji. Yeoja yang sangat ia cintai.
Myungsoo menyeka sir matanya dengan kasar. Sambil mengelus pipi Eunji yang tirus. “Mianhae, Eunji-ya. Aku sangat mencintaimu, tapi aku tidak ingin membiarkanmu masuk dalam kehidupanku lagi. Aku bukan Minho. Aku bukan Minho, si namja bodoh yang membuatmu menjadi seperti ini. Mianhae.” bisik Myungsoo lirih.
Perasaannya sungguh terasa begitu sakit. Ia sama sekali tidak tahu harus berbuat apa untuk menebus semua kesalahannya dimasa lalu. Membuat yeoja yang biasanya riang dan memiliki banyak teman, menjadi pendiam dan tertutup seperti ini. Myungsoo membenci hal itu. ia hanya bisa memperhatikan Eunji dari jauh. Bahkan ia sendiri yang merekomendasikan Eunji pada Woohyun. Alasannya sungguh sederhana, Myungsoo hanya ingin yeoja itu tetap berada disisinya, meskipun tidak sedekat dulu.
“Minho-ya … Choi Minho.” Eunji bergumam. Rupanya ia tengah bermimpi dan terus menerus memanggil nama itu, yang berhasil membuat Myungsoo tersadar dari cerita masa lalunya. Myungsoo memandang yeoja itu sedih. “Eunji-ya. Aku disini. Tenanglah.” ujar Myungsoo lembut, sambil mengelus pelan surai hitam Eunji.
Eunji masih terus memanggil nama itu berulang kali. Membuatnya menjadi sedikit gelisah, dan tiba-tiba ia terbangun dari tidurnya. Mengejutkan Myungsoo yang sedari tadi masih membelai rambut hitam itu.
“Eunji-ssi, kau tidak apa-apa?” tanya Myungsoo khawatir.
Eunji menengokkan pandangannya kearah Myungsoo. Ia terkejut. Sangat. Ketika melihat wajah itu berada didekatnya. “Minho-ya.” gumamnya. “Minho-ya, aku merindukanmu.” teriaknya, lalu segera mendekap tubuh Myungsoo dengan sangat erat. Berusaha untuk melepaskan segala kerinduan yang selama ini selalu mengahantui kehidupannya. Eunji terlalu mencintai Minho. Hingga berita kematian Minho membuatnya syok dan memaksanya untuk menutup diri dari dunia luar.
Batin Myungsoo kembali teriris. Miris rasanya melihat yeoja yang sangat ia cintai itu harus berakhir seperti ini. Ia ingin kembali pada masa lalunya. Kembali pada hari dimana ia bisa merasakan kebahagiaaan itu yang terasa begitu hangat didalam dirinya. Ia ingin kembali pada masa dimana senyum ceria itu bersinar dan tertuju hanya pada dirinya. Ia merindukan hari dimana ia selalu membelikan kimbab segitiga dan susu pisang untuk yeoja cantik ini.
“Aku disini, Eunji-ya. Sekarang tidak apa-apa. Aku ada bersamamu.” Myungsoo mencoba untuk menahan tangisnya yang sebentar lagi akan pecah. Pelukan yang yeoja itu berikan begitu erat. Membuat tubuhnya yang selama ini terasa begitu dingin, mulai kembali menghangat. Myungsoo merindukan pelukan itu.
“Minho-ya. Jangan tinggalkan aku lagi, jebal.” Eunji masih saja meracau disela isak tangisnya yang semakin pecah, ketika mendengar suara yang membuatnya bahagia, dulu.
Lama Myungsoo memeluk yeoja itu, hingga akhirnya yeoja itu menyerah untuk terus mempertahankan tingkat kesadarannya. Eunji kembali tertidur didalam pelukan Myungsoo.
Myungsoo membaringkan Eunji kembali keatas kasur. Menyelimutinya hingga kebatas leher. Mencium kening yeoja itu. mengelusnya lembut. “Saranghae, Eunji-ya.” bisiknya lembut, lalu kembali menegakkan tubuhnya dan berjalan keluar dari ruangan itu.
Berada terlalu lama didalam sana membuat emosinya memuncak. Ia tidak bisa mengontrol emosinya. Perasaannya kacau balau. Atara benci, cinta, rindu, dan menyesal. Semua bercampur aduk didalam perasaan Myungsoo. “Mianhae, Eunji-ya. Bukan maksudku untuk meninggalkanmu seperti ini. Kehidupan kita sudah berbeda sekarang. Aku hanya tidak ingin membuatmu semakin terluka dengan kenyataan akan identitasku saat ini. Mianhae, Eunji-ya.” gumamnya. Lalu segera meninggalkan rumah sakit, begitu ia selesai menitipkan semua tanggung jawab perawatan Eunji pada seorang suster yang ia kenal dengan sangat baik.
“Meninggalkanmu dan kenangan itu, aku harap itu keputusan yang tepat untuk membuatmu bahagia dengan kehidupanmu yang baru.” Myungsoo melangkah menuju audi hitamnya sambil terus menyeka airmatanya ditengah pagi buta seperti ini.
***
TBC
Uhuhuhhh, aku nangis masa.
Ada yang sama kaya aku?
Kita baveran berarti.
Kkkkkk
Gimana chap ini?
Makin ruwet kan kisah romancenya.
Huhuhu, mian.
Aku suka yg begini soalnya. 😁😁
Baiklah, jangan lupa tinggalkan jejak kalian yeoreobun... 😘❤
Salam,
Aurelia
23 Maret 2017
N.b:
*Neuropsychiatry adalah subspesialisasi dalam ilmu kedokteran dan klinis yang menggabungkan neurologi (kajian dan pengobatan gangguan sistem saraf) dan psikiatri (kajian dan pengobatan gangguan mental). Neuropsikiatri berkaitan dengan masalah fungsi otak pada tingkat yang lebih tinggi yang dapat menyebabkan masalah ketidaknormalan atau kejiwaan.
**Ativan: Obat penenang untuk rasa cemas dan tegang.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top