제 19 회

"That I know you, that I got to meet you.
I’m so grateful.
I’ll grow this much to always protect you."
(INFINITE - In the Summer)
***



Pertengahan musim dingin 2019
Pukul 22.11

Chorong baru saja keluar dari dalam sebuah mini market, untuk membeli beberapa cup ramyeon favoritnya. Seharusnya Woohyun mengantarnya, namun ia harus pergi ke suatu tempat. Entah untuk apa. Sementara Myungsoo dan Naeun sedang pergi keluar. Mereka sudah berdamai. Meskipun Myungsoo harus terus merayu Naeun agar yeoja itu mau memafkannya, Myungsoo tidak peduli. Ia hanya butuh usaha, dan hasilnya baik.

Chorong merapatkan coat hitam yang kini membalut tubuhnya. Hawa dingin semakin tajam menusuk ke dalam tulangnya. Membuat yeoja itu sedikit gemetar, meskipun tangannya sudah menggenggam hot-pack. “Argh, aku benci musim dingin,” keluh nya.

Ia berjalan melewati beberapa pertokoan, karena memang letak mini market tersebut cukup jauh dari rumah Woohyun. Keadaan jalan sedikit sepi, karena salju turun begitu lebat. Membuat mereka malas untuk keluar rumah.

“Chorong-ah!

Sebuah suara tiba-tiba memanggil namanya keras. Ia hapal suara itu. Suara yang sudah lama sekali tidak ia dengar. Chorong tersenyum, lalu mengalihkan pandangannya pada si pemilik suara. “Eoh, Eunji-ya!” Chorong ikut meneriakkan nama si pemilik suara. Ada Eunji di sana.

Sudah lama sekali mereka berdua tidak bertemu, karena Eunji yang tiba-tiba saja menghilang tanpa kabar. Seolah hilang di telan bumi.

Chorong melangkahkan kedua kakinya semakin cepat ke arah Eunji. “Oraenmaneyo, Eunji-ah,” sapa Chorong.

Ne. Nan neomu bogoshipeo.” Eunji memeluk Chorong erat. Begitupun sebaliknya. Melepaskan rasa rindu yang selama ini mengikat mereka berdua.

Chorong melepaskan pelukanya. Menatap Eunji lamat-lamat. Ada sesuatu yang membuat wajah bahagia itu tiba-tiba berubah. Wajah Eunji terlihat sedih. “Wae? Kau tidak senang bertemu denganku?” tanya Chorong penasaran.

Eunji lantas merubah ekspresi wajahnya. “Ani. Aku senang.”

Mereka berdua lalu mendudukkan diri di sebuah kursi di bawah pohon. “Kau kemana saja, Eunji-ya?” tanya Chorong penasaran.

Ah, mian. Aku sempat menghilang tanpa kabar. Aku sedang ada urusan,” ujar Eunji. Tentu saja ia berbohong. Namun ia berusaha untuk tersenyum, agar bisa meyakinkan Chorong dengan jawabannya.

“Bagaimana kabarmu dan Tuan Nam?” Eunji mulai bertanya.

Chorong tersenyum. “Kami baik-baik saja. Dia bahkan berencana melamarku,” ujar Chorong sedikit berbisik, lalu tertawa keras di akhirnya.

Mwo? Jinjja? Whoah, aku bahagia mendengarnya.” Eunji tersenyum, sedikit di paksakan. Seolah tidak menyukai kabar berita bahagia tersebut.

Ne. Aku tau hal itu dari Myungsoo. Dia bahkan menemani Woohyun untuk membelikan cincin. Aigo, namja itu benar-benar harus belajar banyak dari Myungsoo untuk memperlakukan yeoja dengan baik.” Chorong terus berbicara panjang lebar. Sementara Eunji hanya bisa tertunduk sedih. Terlebih, ketika ia mendengar nama Myungsoo disebutkan.

Gejolak di dalam batin Eunji kembali bergemuruh. Ia sangat merindukan Myungsoo. Myungsoo yang sempat ia kira sebagai Minho. Ia merindukan wajah itu. wajah yang begitu mirip dengan wajah kekasihnya di masa lalu.

“Eunji-ya, gwaenchana?” tanya Chorong khawatir. Karena wajah Eunji saat ini benar-benar tidak terlihat baik.

Ne. aku baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir.” Eunji tersenyum. Begitupun dengan Chorong. “Ah, kau mau mengantarku ke suatu tempat?” tanya Eunji.

Umh, kemana?”

“Ke daerah Apgujeong. Hanya sebentar. Ada yang ingin aku beli di sana.” Eunji berusaha untuk merayu Chorong agar yeoja itu mau ikut bersamanya.

Chorong terdiam sebentar, lalu merogoh saku coat hitamnya untuk mengambil ponsel. “Aku harus memberi tau Woohyun. Kalau tidak, dia bisa mengamuk,” ujarnya.

Eunji menganggukkan kepalanya. Menunggu Chorong selesai mengirimkan pesannya pada Woohyun. Eunji menatap yeoja yang kini tengah fokus pada ponselnya dengan tatapan bersalah. Ia sungguh dilemma saat ini. Tapi mau bagaimanapun juga, ia harus melakukan hal itu. “Mianhae, Chorong-ah,” batin Eunji.

Kaja!” ujar Chorong, begitu pesannya telah terkiring pada Woohyun.

Mereka berduapun lantas memberhentikan taksi. Menuju ke arah tujuan yang tadi dikatakan Eunji.

Chorong menyandarkan kepalanya ke jok mobil. Terus bersenandung dengan riang. Sementara Eunji terus tertunduk. Sungguh sangat merasa bersalah karena sudah membawa sahabatnya itu pada bahaya yang bahkan mungkin mengancam hidupnya.

Taksi akhirnya berhenti. Mereka berdua keluar dari dalam taksi. Eunji memberikan beberapa lembar won pada sang supir, lalu taksi tersebutpun pergi meninggalkan mereka berdua di depan sebuah gedung tua yang tak terpakai.

Keadaan di sana nampak sepi, gelap dan mengerikan. “Kita di mana, Eunji-ya?” tanya Chorong bingung.

Eunji menggenggam kedua tangan Chorong dengan perasaan bersalah yang begitu besar. “Mianhae, Chorong-ah. Jeongmal mianhae,” ujar Eunji. Diiringi dengan air mata yang terus berjatuhan.

“Eunji-ya, waegeurae?” Chorong semakin merasa bingung, karena Eunji yang tiba-tiba saja menangis sambil terus memohon maaf darinya.

Brak

Tiba-tiba suara berisik membuat keduanya terkejut. Kedua netra Chorong membola, ketika melihat apa yang kini ada di hadapannya.

Oraenmanieyo, manis.”

Suara itu. Chorong sangat membenci suara itu.

“Eunji-ya, ayo kita lari. Mereka bukan manusia,” ujar Chorong, lalu menarik lengan Eunji agar segera meninggalkan tempat berbahaya tersebut.

Namun Eunji terdiam. Hal itu semakin membuat Chorong bingung. “Eunji-ya. Wae? Kita harus segera pergi, karena mereka adalah—“

Vampire?” belum selesai Chorong menuntaskan kalimatnya, Eunji sudah terlebih dulu memotong kalimat tersebut. Ia menepis kasar genggaman Chorong pada lengannya.

“Kau kenal mereka?” Chorong semakin merasa bingung kini. Entah apa yang sebenarnya terjadi. Ia merasa seperti si dungu yang tidak mengetahui apapun.

Eunji melangkah menjauhi Chorong menuju Sunggyu yang saat itu sudah berdiri di depan pintu gedung gelap tersebut.

“Eunji-ya! Sebenarnya ada apa ini?” teriak Chorong. Ia berlari menhampiri Eunji. Kembali menarik lengannya, agar yeoja itu mau menatap wajahnya.

Mianhae, Chorong-ah. Aku terpaksa melakukan hal ini.” Eunji kembali menepis cengkraman tangan Chorong. membalikkan tubuhnya dan berusaha untuk menahan tangisnya. Ia sadar akan kesalahannya. Namun ia sungguh sangat terpaksa melakukan hal tersebut. Hatinya terasa begitu sakit, ketika dihadapkan oleh dua buah pilihan yang sangat sulit. Membuatnya terpaksa mengorbankan persahabatannya dengan Chorong.

“Sungyeol-ah, seret dia ke dalam,” titah Sunggyu.

Sungyeol menganggukkan kepalanya patuh, lalu segera menyeret lengan Chorong yang saat itu terus berontak agar bisa kabur. Lagi-lagi Chorong tidak menangis. Ia mencoba untuk tegar, meskipun ia sungguh merasa begitu ketakutan. Kematian benar-benar berada di depan matanya kini.

Sunggyu, Eunji dan pengikutnya yang lain ikut melangkahkan kakinya ke dalam. Memperhatikan Chorong yang saat itu tengah jatuh tersungkur ke tanah dengan senyum yang begitu mengerikan.

Sunggyu berjalan mendekat. Melepas coat hitam yang melindungi Chorong dari udara dingin yang begitu menusuk tulangnya. Yeoja itu mulai menggigil kedinginan. Membuat Sunggyu tertawa dengan puas. Iapun lalu merogoh saku coat tersebut. Mengambil ponsel milik Chorong, lalu menggeser-geser layarnya. Mencari satu nama yang selama ini menjadi buruannya.

Tak lama menunggu, panggilannya akhirnya tersambung. “Ah, Woohyun-ah…” ujar Sunggyu bahagia, begitu akhirnya mendengar suara yang sudah lama tidak ia dengar.

“…”

“Tak perlu berteriak seperti itu,” ujar Sunggyu santai. “Datanglah saja ke pabrik kimia yang berada di daerah Apgujeong. Kau tau tempat itu, bukan?” sambungnya.

“…”

“Kau tenang saja, yeoja itu masih hidup.”

Sunggyu melempar ponsel itu ke tanah. Lalu menginjaknya hingga hancur berkeping-keping. Ia tertawa bahagia, karena rencananya akan berjalan dengan lancar kini. “Kau akan mati kali ini, Nam Woohyun.”

***

Woohyun membanting ponselnya ke lantai. Begitu selesai menerima panggilan dari Sunggyu. Adrenalinnya memuncak. Ia benar-benar marah, karena yeoja nya kini tengah disekap oleh Sunggyu dan para pengikutnya. Ia sungguh menyalahkan dirinya sendiri karena lalai menjaga Chorong. membuat yeoja itu kini dalam bahaya besar.

Mendengar suara itu, Myungsoo dan Naeun yang baru saja tiba di rumah, segera berlari menghampiri Woohyun. “Ada apa, hyung?” tanya Myungsoo bingung.

“Myungsoo-ya. Mereka kembali datang,” ujar Woohyun panik. “Dan mereka sekarang menyekap Chorong,” lanjutnya.

Myungsoo dan Naeun saling memandang. Ada raut ketakutan di wajah Naeun. Myungsoo sungguh tidak menyangka kalau para vampire itu akhirnya kembali datang untuk menyerang mereka.

Hyung, tenangkan dirimu,” ujar Myungsoo. Berusaha menenangkan Woohyun yang saat itu sudah berjalan bolak-balik di hadapan Myungsoo dan Naeun sambil mengacak surainya kasar.

“Bagaimana aku bisa tenang, Myungsoo-ya? Aku takut mereka melukai Chorong. Aku tidak ingin hal itu terjadi lagi padanya. Aku tidak ingin melihat dia terluka dan ketakutan lagi,” ujar Woohyun panjang lebar. Mengemukakan kekhawatirannya pada Myungsoo.

“Duduklah dulu, hyung. Kita harus mengatur strategi. Kita tidak boleh gegabah!”

“Persetan! Aku harus segera kesana!”

Woohyun berlari begitu saja. Meninggalkan Myungsoo dan Naeun di dalam rumah.

Oppa, kita harus bagaimana?” Naeun yang ketakutan, mulai membuka suaranya.

Myungsoo mengusap wajahnya kasar. Iapun merasa bingung. “Kau diam saja di sini. Aku akan menemani Woohyun Hyung ke sana,” ujar Myungsoo.

Namun Naeun malah menarik lengan Myungsoo. Mencegah agar namja itu tidak pergi dan meninggalkannya sendirian. Naeun menggelengkan kepalanya. “Andwae, oppa. Jangan tinggalkan aku,” ujar Naeun.

“Naeun-ah, jebal. Mengertilah. Aku tidak bisa meninggalkan Woohyun Hyung sendirian di sana. Dia bisa mati terbunuh, karena para vampire itu sangat kejam.” Myungsoo mencengkaram kedua bahu Naeun. Mencoba untuk membuat yeoja yang sangat ia cintai itu mengerti. Nyawa Woohyun bahkan lebih berarti dari nyawanya sendiri. Ia sungguh berhutang budi pada namja yang sudah ia anggap sebagai hyung-nya. Karena bantuannya, ia masih bisa melihat dunia dan melihat eomma-nya.

“Kalau kau pergi, akupun akan pergi. Aku tidak mau sendirian.” Naeun mulai menangis. Ia benar-benar ketakutan saat ini.

Andwae, Naeun-ah. Di sana sangat berbahaya. Aku tidak ingin kau terluka.”

“Aku tidak peduli. Asalkan itu denganmu.”

Myungsoo akhirnya menggenggam tangan Naeun. Membawanya keluar dari dalam rumah tersebut. Membawa Naeun masuk ke dalam Hyundai hitamnya.

Myungsoo menancap gas mobilnya. Mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Menyusul Woohyun yang sudah terlebih dulu pergi. Meski Myungsoo tidak mengetahui tujuannya, untungnya saja sinyal GPS dari mobil Woohyun terlacak pada ponselnya. Iapun mengikuti ke mana arah tujuan Woohyun.

***

Sementara itu, Audi hitam Woohyun sudah terparkir di depan sebuah gedung tua yang tak terpakai lagi. Aura mencekam menyelimuti tiap-tiap bagian gedung tersebut. Bulu kuduknya sedikit meremang, namun ia tidak bisa mundur begitu saja dan membiarkan yeoja-nya sendirian dan ketakutan di dalam sana.

Woohyun memaksakan kedua kakinya melangkah menuju pintu ganda bangunan tersebut. Membukanya pelan, lalu menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Memeriksa keadaan sekitar yang memang terasa begitu sepi.

Woohyun mulai memfokuskan pikirannya. Merasakan di mana posisi para vampire itu menyekap Chorong.

Ia lalu kembali membuka kedua matanya, begitu bisa merasakan aura yang kuat dari Sunggyu. Iapun langsung berlari menaiki beberapa anak tangga. Hingga akhirnya ia tiba di lantai 3 bangunan tersebut.

Brak

Woohyun menendang kasar pintu yang menutup tersebut. Hingga daun tintunya terlepas dan melayang tak tentu arah.

Ia melangkahkan kedua kakinya masuk. Tidak peduli dengan kematian yang memang sudah tak lagi dapat dihindari.

Woohyun terdiam sesaat, begitu melihat yeoja-nya tengah menangis di sana. Ia merasakan sakit pada perasaannya. Chorong terlihat begitu ketakutan. Dongwoo dan Hoya sudah berdiri di kedua sisi Chorong. Memegangi tangannya agar tidak melarikan diri.

Sementara Sunggyu, Sungyeol dan Sungjong tengah menatap ke arah Woohyun dengan senyum yang mengembang, karena ikan yang mereka incar akhirnya menggigit umpannya.

“Berengsek! Kau akan mati di tanganku, Kim Sunggyu!” teriak Woohyun keras, lalu berlari menerjang ke arah Sunggyu yang saat itu nampak santai.

***

TBC

Menuju chap terakhir, aku dobel apdet dehhh. Kkkkkk

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yeoreobun...

Salam,
Aurelia
14 April 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top