제 16 회
"When a man’s in love,
he wants to stay by your side.
There’s always so much
he wants to do for you.
When I’m in love,
I want to give everything in my life to you.
With just one expectation, your heart.
When I’m in love."
(INFINITE - Man in Love)
***
Para vampire jahat itu mulai bersiap untuk menerjang tubuh Chorong. Kedua manik merah Sunggyu sudah menatap fokus pada aliran darah yang sungguh menggiurkan bagi indra penciumannya. Melepaskan cengkramannya pada rahang Chorong dengan kasar. Membuat yeoja itu jatuh ke tanah.
Chorong meringis kesakitan. Memegangi rahangnya yang serasa ingin patah. Tangannya terus mengeluarkan darah. Chorong semakin merasa takut kini. Sepertinya ia telah melakukan kesalahan yang besar. Ia pasrah, kalau kematian akan merenggutnya kali ini. Ia sungguh pasrah.
Pijakan kaki Sungyeol pada wajah Woohyun mulai mengendur. Membuat Woohyun memiliki akses untuk menyingkirkan Sungyeol sebelum ia menerkam yeoja-nya.
“Tidak akan ku biarkan kau melukai yeoja-ku!” teriak Woohyun keras, lalu ia bangkit dan menarik lengan kanan Sungyeol. Melemparnya ke arah pot yang berisikan tanaman mawar yang sudah layu.
Prang
Suara gaduh itu rupanya cukup memancing perhatian ke tiga vampire yang lainnya. Sungjong, Dongwoo dan Howon. Mereka membalikkan tubuhnya, lalu menyerang Woohyun. Sementara Sunggyu masih tetap fokus pada buruannya.
Dengan wajah yang kelaparan, Sunggyu terus memperhatikan darah tersebut. Meskipun Chorong sudah menutupi lukanya dengan merobek lengan kemeja putih panjangnya. Menampilkan lengannya yang putih itu.
“Kau milikku, sekarang.” ujar Sunggyu dengan nada yang begitu mengerikan. Membuat bulu kuduk Chorong meremang.
Sementara Woohyun dan Myungsoo tengah sibuk melawan keempat vampire yang lain. Mereka berkelahi dengan brutal. Saling meninju dan menendang. Meskipun wajah mereka kini sama-sama mengeluarkan darah, namun luka nyatanya kembali menutup sempurna. Seolah tidak terjadi apa-apa pada tubuh mereka. Mengingat mereka bukan manusia.
Naeun berusaha untuk bangkit. Memberanikan dirinya untuk ikut bertarung melindungi orang-orang yang ia sayangi, namun pilihannya jatuh pada Sunggyu. Ia berlari menerjang Sunggyu yang saat itu tengah menjilati rembesan darah Chorong pada kain pengikat tersebut, sambil mencengkram erat lengan putih Chorong. membuat yeoja cantik itu mengerang kesakitan, dan kesulitan untuk melepaskan diri.
Duak
Sunggyu jatuh tersungkur tepat di samping Chorong, karena tendangan yang Naeun berikan pada bokong Sunggyu cukup keras dan tepat sasaran.
Ia lalu membantu Chorong untuk bangkit dari duduknya. Chorong tidak menangis, ia hanya ketakutan dan kesakitan. Ia memang yeoja yang begitu kuat dan berani. Meskipun ia tidak bisa menutupi perasaan takutnya itu.
Kepala Naeun terasa sedikit pusing, karena mencium aroma manis darah tersebut. Meskipun Naeun sudah mencoba untuk terbiasa berada di sekitar Chorong, namun nyatanya hal tersebut tidak mampu mempengaruhi insting Naeun untuk membunuh.
Naeun memegangi kepalanya. Kedua manik kecoklatannya kini mulai memerah. “Eonni, cepat pergi dari sini. Aku tidak ingin lepas kendali.” titah Naeun. Sambil terus berusaha untuk menstabilkan pikirannya agar tidak menyerang Chorong.
Baru saja Chorong ingin mengambil langkah untuk pergi, namun Sunggyu sudah terlebih dulu menghalangi jalannya. “Kau tidak akan bisa lepas dariku. Oh, darahmu begitu menggiurkan.” ujar Sunggyu, lalu namja itu kembali mengejar Chorong.
Naeun masih berusaha untuk menghalangi Sunggyu. Menarik kaki namja itu, agar tidak mengejar Chorong yang saat itu sudah melangkahkan kedua kakinya menuruni anak tangga. Ia berlari secepat mungkin, tanpa tau arah tujuan. Ia hilang arah kini. “Ah, aku harus kemana?” rutuknya kesal.
Sementara itu, Sunggyu yang merasa kesal karena acara berburunya di ganggu oleh Naeun, segera menendang Naeun yang sedang setengah sadar itu tepat di perutnya, karena belum bisa menguasai hasratnya sendiri untuk membunuh. “Ah, kau rupanya vampire juga.” ujarnya pelan, sambil menampilkan smirk-nya yang begitu mengerikan. Sunggyu menjilat bibirnya sendiri, karena jejak darah Chorong masih tersisa disana. “Kau menganggu waktuku saja.”
Sunggyu menarik rambut panjang naeun ke belakang. Membuat kepala yeoja itu tersentak ke belakang. Kepalanya kini menengadah ke atas. Netranya memandang wajah Sunggyu yang berada begitu dekat dengan wajahnya. “Kau vampire tengik. Kau harus mati!” bisik Sunggyu mengancam pada Naeun yang saat itu masih menahan sakit di area perutnya karena terkena tendangan keras yang Sunggyu berikan.
“Jangan sentuh dia!” Myungsoo berteriak keras, Saat Sunggyu sudah mulai memutar kepala Naeun untuk dipisahkan dari tubuhnya. Karena itulah salah satu cara untuk membunuh vampire secara alami, tanpa harus melibatkan suntikan mematikan itu.
Myungsoo menendang keras ke arah tubuh Sunggyu di bagian samping. Membuat namja itu terlempar hingga jatuh menuruni tangga. Naeun tergeletak tak sadarkan diri di atas tanah, karena ia sudah tidak lagi mampu menjaga kesadarannya.
Woohyun sudah berhasil mengalahkan keempat vampire jahat itu. Ia tidak sempat membunuhnya, karena mereka berempat kabur begitu saja. Begitupun dengan Sunggyu yang ikut melarikan diri, saat Myungsoo akan mengejarnya.
Ketegangan kini akhirnya mereda. Woohyun jatuh berlutut di atas tanah. Menghela napasnya berat. Rasa nyeri mulai menyelimuti tubuhnya. Pelipisnya berdarah, begitupun dengan sudut bibirnya. Ia kelelahan, namun seketika ia teringat sesuatu. “Chorong!” gumamnya.
Woohyun kembali mengangkat tubuhnya untuk bangkit. Mencari yeoja yang selama ini ia lindungi mati-matian. Meskipun kepalanya terasa begitu sakit, dan langkahnya gontai, namun Woohyun masih terus memaksakan kedua kakinya untuk melangkah. Menuruni anak tangga tersebut. Hingga akhirnya ia hilang keseimbangan dan jatuh terguling hingga anak tangga terakhir.
“Arghh.” Woohyun mengerang tertahan, karena tubuhnya terasa semakin sakit.
“Woohyun-ah.”
Sebuah suara meneriaki namanya. Ia hapal suara itu, meskipun pandangannya sudah mulai memburam, karena darah yang mengering itu, menutupi pandangannya. Woohyun mencium aroma manis yang kuat. Itu yeoja-nya. Park Chorong. “Syukurlah, kau baik-baik saja.” gumamnya pelan, lalu ia jatuh tak sadarkan diri.
Melihat Woohyun yang sudah tak sadarkan diri di atas tanah, Chorong yang tadi sempat bersembunyi di dalam rumah Choi Ahjumma yang kosong itu, segera berlari menghampiri Woohyun. Memangku kepala Woohyun, sambil terus mengguncang-guncangkan tubuhnya.
“Woohyun-ah, ireona. Mianhae, Woohyun-ah. Mianhae.” Chorong menangis terisak. Terus meneriakkan kata maaf. Berharap Woohyun segera membuka kedua matanya yang masih saja terpejam.
“Chorong-ssi.”
Sebuah suara menghentikan jeritan Chorong sesaat. Yeoja cantik itu menolehkan kepalanya ke asal suara. Ada Myungsoo di sana. Tengah menggendong Naeun yang tengah tak sadarkan diri ala bridal, di atas sana.
“Myungsoo-ssi. Gwaenchana?” tanya Chorong. Masih dalam posisi yang sama. Memangku kepala Woohyun.
Myungsoo menganggukkan kepalanya, lalu berjalan pelan menuruni anak tangga dengan langkah gontai, karena energinyapun ikut terkuras habis untuk menyingkirkan para vampire jahat itu. “Apa kau bisa membawa Woohyun Hyung masuk ke dalam rumah? Kita harus segera membereskan kekacauan ini, sebelum ada warga yang melihat.” ujar Myungsoo pelan.
Untung saja, ini malam tahun baru. Beberapa orang di kawasan tersebut sedang berbondong-bondong untuk pergi ke pinggiran Sungai Han untuk melihat pesta kembang api yang indah. Ironi sekali, jika di bandingkan dengan keadaan yang menimpa Chorong saat ini. Ia kira, hari ini akan membawa kebahagiaan pada mereka, ternyata malah membawa malapetaka mengerikan seperti ini.
Chorong menganggukkan kepalanya. Ia mencoba untuk berdiri dan memapah Woohyun di bahunya. Mengalungkan lengan kanan Woohyun di sana. “Aghh, kau berat sekali.” keluh Chorong kesal, namun ia tidak bisa meninggalkan Woohyun begitu saja di jalanan seperti ini.
Dengan kedua kaki yang gemetar saat melangkah, karena menahan bobot tubuh Woohyun yang menurutnya sangat berat itu, Chorong mengikuti Myungsoo yang sudah terlebih dulu masuk ke dalam rumahnya.
Myungsoo membaringkan Naeun ke atas kasur di dalam kamarnya. Ia pergi sebentar ke dalam kamarnya untuk mengambil peralatan kedokterannya. Tidak sia-sia ia menjadi dokter. Hal itu sungguh sangat diperlukan di saat-saat genting seperti ini.
Sementara Chorong, kini ia tengah terengah-engah. Membanting tubuhnya ke atas sofa, saat tugasnya untuk menyeret tubuh Woohyun masuk ke dalam kamarnya di lantai dua selesai. “Aigo, punggangku mau patah rasanya.” gumam Chorong kesal. “Ah, aku benar-benar membenci vampire-vampire itu. Malam tahun baruku menjadi buruk seperti ini. Aku bahkan tidak sempat memakan daging-daging menggiurkan itu.” sambungnya.
Lama Chorong menunggu, Myungsoo akhirnya datang menghampirinya dengan membawa sebuah kotak berwarna putih dengan lambang tanda ‘Plus’ berwarna merah di atasnya. “Kemarikan tanganmu, aku akan mengobatinya.” ujar Myungsoo lembut, ketika tubuhnya sudah terduduk di atas sofa, tepat di samping Chorong.
Chorong segera menegakkan tubuhnya. Menyembunyikan tangannya yang terluka ke belakang tubuhnya, lalu perlahan menggeser tubuhnya ke samping. Menjauhi Myungsoo.
Myungsoo tertawa pelan. “Tenang lah, aku tidak akan menyerangmu. Aku sudah meminumnya, tadi.” ungkap Myungsoo. Masih menampilkan senyum indah mempesonanya.
“Sial, dia tampan sekali.” Chorong membatin.
“Aish, kau terlalu berlebihan.” ujar Myungsoo kesal, lalu menarik paksa lengan Chorong. membuka lilitan kain yang menutupi luka itu dengan perlahan. “Kau itu sebenarnya terlalu nekat atau terlalu bodoh?” tanya Myungsoo sedikit kesal, sambil mengoleskan krim luka secara perlahan pada telapak tangan Chorong. lukanya terbuka cukup lebar, meskipun darahnya sudah berhenti mengalir.
Chorong berdeham sebentar, sambil menahan nyeri pada luka di tangannya. Jujur saja, Chorong ingin menangis, saat Myungsoo menyiramkan alkohol pada lukanya tersebut. “Entahlah, setidaknya aku berhasil menyelamatkan kalian.” tukasnya asal. Tapi, itu memang kenyataannya.
“Dengan mengorbankan dirimu sendiri? Kau gila.” ejek Myungsoo. “Lukamu sangat dalam. Besok pagi aku akan membawamu ke rumah sakit untuk mendapatkan beberapa jahitan. Untuk sementara, aku akan menutupi lukamu dengan perban.” sambungnya, sambil membebat telapak tangan kiri Chorong dengan kain kasa.
Tangan kiri Chorong sudah seperti mumi sekarang. Ia menghembuskan napasnya berat. “Aku hanya tidak ingin melihat kalian terluka seperti itu.” Chorong menyandarkan kepalanya pada kepala sofa. Begitu Myungsoo selesai membebat telapak tangannya.
“Jangan pernah lakukan hal itu lagi. Kau membuat hyung menjadi tak terkendali tadi. Dia bahkan sempat mematahkan tangan salah satu dari mereka.” Myungsoo membereskan kembali obat-obatan yang tadi ia gunakan untuk mengobati tangan Chorong. “Sepertinya kita bisa bernapas lega, karena mereka tidak akan datang menyerang kita dalam waktu dekat. Mereka harus menyembuhkan rekan mereka dahulu, kalau tidak ingin kehilangannya.” lanjutnya.
Myungsoo bangkit dari duduknya. Berjalan menuju lemari yang diletakkan tepat di bawah telivisi besar berukuran 42 inch. Meletakkan kotak obat tersebut di dalam sana.
Mendengar apa yang dikatakan Myungsoo barusan, membuat Chorong bisa bernapas lega. Pasalnya, ia tidak ingin kembali bertemu dengan para vampire mengerikan itu. Tiba-tiba tubuhnya menegang. Ia baru ingat satu hal. “Ah, aku lupa. Bagaimana dengan eomma-mu dan Eunji?” tanya Chorong tiba-tiba. Membuat Myungsoo sedikit terkejut.
“Kau tenang saja. Eunji membawa eomma-ku ke rumahnya. Aku percaya pada Eunji, kalau dia bisa melindungi eomma-ku.” ujar Myungsoo. Namja tampan itu berjalan ke arah dapur. Membuka sebuah lemari pendingin berpintu ganda raksasa, mengambil sebuah minuman soda berkaleng.
“Sebegitu percayanyakah kau pada Eunji? Daebak!” Chorong menutupi mulutnya dengan tangannya. Ia sungguh kagum dengan Myungsoo yang hingga detik ini masih menaruh rasa percayanya yang begitu besar pada Eunji. Sekalipun Eunji sama sekali tidak mengetahui siapa Myungsoo yang sebenarnya.
Myungsoo kembali tersenyum, sambil berjalan ke arah Chorong dan melemparkan minuman berkaleng tersebut yang di tangkap dengan baik oleh Chorong. “Tentu saja. Selain Woohyun Hyung dan Naeun, Eunji adalah yeoja yang sangat aku percaya. Dia tidak sekalipun pernah mengecewakanku.” Myungsoo berbicara sambil menaikkan kedua bahunya. Memamerkan betapa hebatnya Eunji.
“Kau beruntung, pernah memiliki kebahagian yang luar biasa bersama Eunji. Dia sangat baik. Termasuk kepadaku yang nota bene adalah orang baru dalam hidupnya.” ujarnya, lalu meneguk minuman berkaleng tersebut, hingga tersisa setengahnya.
“Omong-omong, selamat tahun baru, Chorong-ssi.”
“Ya, selamat tahun baru juga, Myungsoo-ssi. Semoga hidupku tidak sesial tahun kemarin.” rutuknya, lalu kembali menenggak habis minuman bersodanya.
***
Sementara itu, di kediaman Eunji. Yeoja cantik itu kini tengah duduk di atas kasur tidurnya. Ia baru saja selesai menemani Choi Ahjumma yang saat itu sulit untuk terlelap karena masih merasa terguncang atas ulah Sunggyu dan para pengikutnya.
“Tidakkah kau bisa memilih hari lain? Kau sudah membuat dia ketakutan.” Eunji menaikkan nada suaranya, saat ia merasa kehadiran seseorang yang kini mulai berjalan mendekat ke arahnya.
Ia sengaja membuka jendela kamarnya. Agar dia yang sedari tadi ditunggu, bisa masuk.
“Mianhae, Eunji-ya.” ujar namja tersebut, lalu mendudukkan tubuhnya tepat di samping Eunji.
Eunji menghembuskan napasnya kasar. “Bagaimana kalau dia terluka? Sungguh, aku tidak akan pernah memafkanmu kalau sampai terjadi apa-apa padanya.” Eunji kembali mengomel.
“Aku sungguh tidak tau kalau kau dan dia sedang ada di sana. Kukira kau tidak akan pernah mendatangi yeoja tua itu lagi.”
Eunji menghadapkan tubuhnya pada namja tersebut. “Kim Sunggyu, sopanlah sedikit. Jangan memanggilnya yeoja tua, kumohon.”
“Mianhae, eoh!”
Eunji menganggukkan kepalanya. Ia akhirnya luluh. “Kau tidak terluka, kan?” tanya Eunji pelan.
Namja itu, Kim Sunggu, menarik lengan Eunji ke arahnya. Merengkuh tubuh itu ke dalam dekapannya. “Nan gwaenchana. Kkeokjeongma.”
Eunji memejamkan kedua matanya. Merasakan kehangatan yang Sunggyu tularkan kepadanya lewat pelukan tersebut. Yang ia butuhkan saat ini adalah sebuah tempat yang bisa ia gunakan sebagai sandaran. Eunji sungguh sangat ketakutan tadi. Dan Sunggyu bisa memberikan tempat tersebut padanya.
Jujur saja, Eunji sangat mengkhawatirkan keadaan Sunggyu. Ia tidak pernah berhenti memikirkan nasib namja itu saat sedang bertarung dengan Woohyun dan Myungsoo. Ia sungguh tidak ingin ada pertarungan seperti itu, karena itu membuat perasaannya sakit. Di satu sisi, ia tidak ingin kehilangan orang yang sangat ia cintai, Kim Sunggyu. Di sisi lain, ia pun tidak ingin kehilangan orang-orang yang sudah membantunya untuk kembali tertawa. Yang sudah ia anggap sebagai sahabatnya, Park Chorong.
“Apakah mereka semua mati?” Eunji kembali membuka suara. Perasaannya sungguh sangat tidak enak saat ini. Ia takut apa yang pikirkan itu akan menjadi kenyataan.
Sunggyu yang saat itu masih mendekap erat tubuh Eunji, menggeleng. “Ani. Mereka semua selamat. Kami terpaksa mundur karena Woohyun berhasil mematahkan tangan Dongwoo.”
Eunji mendorong tubuh Sunggyu. Hingga dekapan itu terlepas. “Mwo? Lalu, apa dia mati?” Eunji terkejut mendengarnya. Karena bagaimanapun, Sunggyu sudah menganggap keempat rekannya itu saudara. Sunggyu pasti merasa sedih dan itu akan memupuk dendamnya menjadi semakin besar. Itu buruk.
“Sungyeol, Sungjong dan Howon sedang merawatnya. Dalam waktu yang cukup lama, kami harus bersembunyi. Memfokuskan diri untuk menyembuhkan Dongwoo. Kami tidak bisa kembali menyerang mereka kalau salah satu di antara kami ada yang terluka.” ungkap Sunggyu.
Wajah Eunji menjadi semakin muram. Ia melihat luka yang tersirat di wajah sayu Sunggyu. Namja-nya terlihat begitu menyedihkan saat ini, dan itu menyakitkan untuknya. Sunggyu yang ambisius, kini berubah menyedihkan.
“Aku harus pergi. Tidak perlu menungguku untuk datang, karena aku harus mengobati Dongwoo terlebih dahulu.” Sunggyu kembali menarik Eunji ke dalam dekapannya. “Saat segalanya telah selesai, aku pasti akan kembali datang padamu. Percayalah.”
Sunggyu melepas pelukannya pada tubuh Eunji. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah yeoja itu. Menempelkan bibirnya pada bibir kemerahan Eunji yang terasa begitu lembut, namun dingin. Ia melumatnya lembut. Menghantarkan kehangatan pada yeoja itu. Mengusap pelan pipi kananya dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya sibuk mengelus punggung Eunji yang hanya di tutupi sebuah tank-top berwarna putih.
Sunggyu terus mendominasi permainan. Sementara Eunji berusaha untuk menyeimbangi permainan lidah Sunggyu yang membuatnya sedikit kewalahan karena kurangnya pasokan oksigen dalam alveolus-nya.
Merasa kalau yeoja-nya itu sedang dalam kondisi kesulitan bernapas, Sunggyu memindahkan kecupannya pada area leher putih Eunji yang jenjang. Terus mengecupnya lembut. Hingga beberapa tanda kemerahan timbul di sana. Mendorong tubuh yeoja yang tengah berada di puncak itu hingga terbaring di atas kasur.
Eunji sedikit mendesah. Meskipun Sunggyu sering melakukan hal itu padanya, namun Eunji tidak pernah merasa bosan pada permainan bibir yang Sunggyu berikan kepadanya. Seperti ada sensasi lain yang membuat debaran di jantungnya semakin terasa tak menentu.
Sunggyu kembali menaikan kecupannya pada bibir Eunji yang setengah terbuka. Memberikannya kases lebih besar lagi untuk mengeksplor apa yang ada di dalam sana. Kedua tangan Eunji sudah melingkar sempurna di area leher Sunggyu. Seolah tidak ingin kebahagiaan itu sirna. Tak ingin Sunggyu berhenti memberikan sengatan-sengatan hebat yang membuat batinnya terus bergelora.
Sedang kedua tangan Sunggyu sibuk menahan bobot tubuhnya sendiri. Ia tidak ingin membebankan bobot tubuhnya pada tubuh Eunji, karena itu pasti akan membuatnya semakin hilang kendali.
Sunggyu sebenarnya ingin melakukan hal yang lebih dari pada ini. Namun ia tidak pernah berani melakukannya. Meskipun Eunji pernah memintanya, saat keduanya memang sedang berada di puncaknya. Sunggyu terus memikirkan keadaan Eunji. Yeoja itu adalah manusia. Dan dia sungguh tidak ingin menyakiti Eunji, karena ia takut hilang kendali dan berakhir menyakiti yeoja itu. Sunggyu sungguh tidak menginginkannya. Dan Eunji mengrti hal itu.
Sunggyu menghentikan ciuman panasnya. Menempelkan keningnya di atas kening Eunji. Napas keduanya tengah memburu. Menghirup oksigen sebanyak-banyaknya untuk mengisi alveolus mereka yang kekeringan.
“Aku harus pergi sekarang. Mereka sudah menungguku.” Sunggyu kembali mengecup bibir Eunji. Sanya sebuah kecupan. Eunji menganggukkan kepalanya. Meski ada perasaan tidak rela, namun apa boleh buat. Sunggyu tidak akan pernah mau meninggalkan mereka.
Sunggyu akhirnya pergi dari dalam kamar tersebut. Meninggalkan Eunji yang kini kembali di temani kesepian dan ke hampaan. “Saranghae, Sunggyu-ya.”
***
TBC
Hohohhh...
Aku dobel apdet. 😁😁✌
Aku nggak sabar update chap ini, karena ini chap favorit aku.
Gimana di chap ini?
Semoga suka yak...
Mereka semua selamat.
Kecuali Dongwoo yang tangannya patah.
Uhuhuhhh, mianhae, oppa.
Ketegangan udah berakhir.
Napas dulu, sebelum nanti ketemu klimaks. 😁😁
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yeoreobun.
Salam,
Aurelia
11 April 2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top