제 14 회

"I think about you.
Piercing through the thick darkness.
I’ll protect you,
so that feeling won’t go to waste."
(INFINITE - Moonlight)
***







Brak

Sungyeol membuka pintu ruangan pribadi Sunggyu dengan kasar. Ia masih kesal, karena waktu bermainnya dengan Chorong terganggu. Sunggyu yang saat itu tengah duduk termenung di atas kursinya hanya mengalihkan pandangannya sekilas ke arah Sungyeol dan Howon yang masuk ke dalam ruangannya dengan tidak sopan.

“Ada apa kau memanggilku?” tanya Sungyeol dengan nada kesal.

Howon menarik-narik lengan Sungyeol. Mencoba untuk meredakan sedikit amarah Sungyeol yang sepertinya sudah berapi-api. Howon terus menundukkan kepalanya, ketika melihat sorot mata mengerikan yang Sunggyu berikan kepada mereka berdua.

“Kita harus segera ambil tindakan.” ujar Sunggyu. Namja tampan itu lalu bangkit dari kursinya. Berjalan menuju jendela besar yang masih tertutup rapat oleh gorden berwarna keemasan. “Sungjong hampir saja mati karena ulah Woohyun.”

Kedua pasang netra Sungyeol dan Howon membola. “Mwo?” teriak mereka bersamaan.

“Apakah bocah itu sendiri yang melakukannya pada Sungjong?” Sungyeol mulai angkat bicara. Pasalnya, ia sama sekali tidak menyangka kalau Woohyun akan mengambil langkah lebih awal dan menyerang salah satu temannya.

Sunggyu melipat kedua tangannya di atas dada. “Dia memberikan kita peringatan untuk tidak mengganggu apa yang menjadi miliknya. Terutama yeoja itu.” jelas Sunggyu. Kedua netranya masih fokus menatap gorden tersebut.

Howon meneguk kasar salivanya. “Lalu, apa yang akan kita lakukan sekarang?”

Sunggyu membalikkan tubuhnya menghadap mereka berdua. Lalu tersenyum licik. “Gunakan yeoja itu sebagai umpan.” tukasnya.

Howon dan Sungyeol saling memandang. Lalu keduanya sama-sama tersenyum licik sambil menganggukkan kepala.

***

Pukul 09.11 KST

Oppa! Apakah kau tau di mana Woohyun Oppa sekarang?”

Hari masih pagi, namun teriakan keras Naeun mengganggu tidur nyenyak Myungsoo hari ini. Ia masih menjalani masa cutinya yang terakhir.

Myungsoo menggeliatkan tubuhnya sebentar, karena merasa sangat terganggu dengan suara Naeun yang begitu keras dan membuat telinganya sakit.

Naeun membuka pintu kamar Myungsoo tanpa mengetuknya terlebih dulu. memperhatikan Myungsoo yang saat itu masih berbaring di atas kasur empuknya setengah sadar. “Oppa!” teriaknya lagi.

Akhir-akhir ini, Myungsoo memang sudah tidak pernah lagi mengurung Naeun di dalam kamarnya. Perasaannya tersentuh ketika mengingat kembali apa yang sudah hyung-nya itu katakan. Soal rasa saling percaya.

Meskipun Myungsoo masih sedikit meragukan Naeun, namun ia mencoba untuk memberikan kepercayaannya itu pada Naeun. Selama ini yeoja kesayangannya itu sudah berusaha untuk menahan hasratnya membunuh manusia. Naeunpun nyatanya bisa menahan diri untuk tidak membunuh Chorong, yeoja yang memiliki aroma darah yang begitu menggiurkan.

Naeun berjalan mendekati Myungsoo. Menyibak selimut tebal yang masih menutupi tubuh Myungsoo sampai leher. “Eomo!” jeritnya. Ketika melihat Myungsoo yang tengah berbaring tanpa menggunakan atasan. “Oppa! Cepat pakai bajumu!” lagi-lagi Naeun berteriak.

“Aish, kau berisik sekali, Naeun-ah. Ini hari libur terakhirku. Tenanglah sedikit.” ujar Myungsoo pelan, lalu memiringkan posisi tidurnya ke arah Naeun. Menyangga kepalanya dengan tangan kanannya.

Naeun kembali menatap Myungsoo sinis. Kedua netranya menyipit. “Kau menyebalkan, oppa.” tukasnya.

Myungsoo malah tersenyum jahil. Meraih paksa lengan Naeun, lalu menariknya. Sontak Naeun terjatuh di atas kasur. Tepat di sebelah Myungsoo. Pipinya menyentuh dada telanjang Myungsoo yang nampak begitu bidang. Meskipun Myungsoo tidak memiliki abs seperti Woohyun. Umh, Naeun pernah tidak sengaja melihat Woohyun yang saat itu baru keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggulnya. Memperlihatkan abs-nya yang sungguh membuat Naeun tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ah, itu kan tidak sengaja.

Berada di posisi seperti ini, Naeun sudah terbiasa. Myungsoo memang sering melakukan hal itu. Berbaring di atas ranjang yang sama. Iapun lalu mencubit perut Myungso yang sedikit berlemak. “Yak! Apa!” teriak Myungsoo kesal.

“Rasakan itu. salahmu sendiri tidur seperti ini. Cepat pakai bajumu, atau kau akan terkena flu.” dengus Naeun kesal. Sambil mem-pout-kan bibirnya.

Myungsoo tertawa geli. “Shiro.” serunya, lalu semakin memeluk Naeun ke dalam dekapannya. “Ada kau yang akan menghangatkanku. Aku tidak akan terkena flu.” sambungnya. Lalu mengecup dalam kening Naeun.

“Terserah kau saja, oppa. Kau memang menyebalkan.” bukannya melepas pelukan Myungsoo, Naeun malah ikut memeluk tubuh setengah telanjang Myungsoo dengan erat. Mencoba untuk menghilangkan beban pikirannya selama ini. Ketakutannya akan kematian yang perlahan mulai menghantuinya.

Naeun memang memberikan seluruh kepercayaannya pada Myungsoo. Membiarkan namja itu mengatur dan melindungi hidupnya. Namun kesibukan yang sungguh menyita waktu Myungsoo, terkadang membuat Naeun khawatir. Myungsoo tidak bisa 24 jam full terus memperhatikannya. Itulah hal yang paling ia takuti. Kematian akan datang, saat Myungsoo tidak sempat melindunginya.

“Ada apa kau mencari Woohyun Hyung pagi-pagi?” tanya Myungsoo. Masih belum mau melepaskan pelukannya pada tubuh Naeun.

Naeun menghela napasnya sebentar. “Aku hanya ingin memintanya untuk mengajak Chorong Eonni tinggal di sini. Bagaimanapun juga, Chorong Eonni harus selalu dilindungi dan diawasi. Bukankah begitu?” ujar Naeun. Mencoba mengemukakan apa yang tengah ia pikirkan saat ini.

Eoh, bukankah kau tidak menyukainya?” kening Myungsoo berkerut. Pasalnya, tidak biasanya Naeun dan Chorong akur seperti ini. Biasanya, Naeun selalu berusaha untuk menghindari Chorong, dan memandang Chorong dengan tatapan benci.

“Aku kira dia menyukaimu. Tapi, setelah aku perhatikan, dia lebih tertarik pada Woohyun Oppa. Aku senang.” Naeun menengadahkan kepalanya. Menatap Myungsoo yang saat itu juga menatapnya. Mereka berdua sama-sama tersenyum.

“Kau tenang saja. Aku milikmu seutuhnya. Aku tidak akan membagikannya pada yeoja lain.” ujar Myungsoo, lalu menyambar bibir pink Naeun sekilas.

Naeun mendengus kesal. “Apakah Eunji Eonni tidak masuk dalam hitungan?”

Myungsoo terdiam sebentar. Perasaannya terasa tertohok begitu mendengar nama yeoja itu kembali disebutkan. Jung Eunji. “Aku sedang berusaha untuk melupakannya, Naeun-ah. Gomawo. Karena kau terus berada di sisiku.” Myungsoo kembali memeluk erat tubuh Naeun. Menenggelamkan kepala yeoja itu di atas dadanya. Mengecup berkali-kali puncak kepalanya, lalu mengelus rambutnya pelan. “Saranghae, Naeun-ah.”

Nado, oppa. Nado saranghae.”

***

Chorong mencoba untuk membuka kedua matanya, saat ada sesuatu menindih pinggulnya. Membuat pinggulnya terasa begitu berat untuk digerakan.

Cahaya yang begitu menyilaukan membuatnya kesulitan untuk membiasakan retinanya menerima cahaya. Padahal, jendelanya masih tertutup rapat oleh gorden merah mudanya.

Ia membeku sesaat, begitu melihat wajah yang sangat familir itu ada di hadapannya. Hanya sebatas satu jengkal. Ia menyapukan pandangannya kesekelilingnya. Rupanya ia masih berada di dalam kamarnya. Masih terbaring di atas kasurnya bersama Woohyun, yang saat ini masih tertidur pulas. Menghadap langsung ke wajahnya, dengan tangan kanan yang berada di atas pinggul Chorong.

Chorong tersenyum sebentar. Meletakkan kedua tangannya di bawah kepala sebagai bantal, karena lengan Woohyun sudah tidak lagi menyangga kepalanya.

Ia memandang wajah Woohyun yang saat itu masih terlelap dalam. Rambutnya, keningnya, matanya yang tertutup, hidungnya yang begitu mancung, dan bibirnya yang begitu menggoda.

Pandangannya tepaku pada bibir itu. Bibir yang berwarna kemerahan. Bibir yang yang sudah berani mengambil first kiss-nya. Bibir yang membuat pikirannya sungguh tidak menentu dan tidak tenang. Bibir yang membuat keyakinan pada dirinya sendiri luntur seketika. Memaksanya mengakui, kalau ia memang benar-benar telah jatuh hati pada pesona Woohyun yang begitu memikat.

Chorong mengangkat tangannya. Mendaratkannya pada rambut Woohyun. Mengelusnya perlahan, agar sang pemilik tidak bangun. Lalu sentuhannya jatuh pada hidung Woohyun yang begitu mancung. “Bagaimana bisa dia memiliki wajah yang begitu tampan seperti ini?” gumamnya pelan. Lalu lebih menurunkannya, dan jatuh pada bibir kemerahan Woohyun. Menyentuhnya pelan.

Chorong menggigit bibirnya sendiri. Pikiran aneh mulai mempengaruhinya. “Tidak. Mencium seseorang yang tengah tertidur, itu tidak baik. Tidak.” Ia kembali menggumam. Sibuk dengan pikirannya sendiri. Hingga tidak sadar kalau namja itu ternyata sudah membuka kedua matanya. Memperhatikan Chorong yang saat itu masih memejamkan kedua matanya. Mencoba untuk menghilangkan pikiran buruknya.

“Apa yang sedang kau lakukan?”

Eomo!” teriak Chorong terkejut. Lalu menarik tangannya yang sedari tadi berada di atas bibir Woohyun menjauh.

Woohyun menyangga kepalanya dengan tangannya. “Apa yang sedang kau pikirkan? Apakah ini pertama kalinya, kau tidur dengan seorang namja?

Chorong mengalihkan pandangannya pada Woohyun. Ia lebih terkejut lagi ketika mendengar kalimat terakhir yang Woohyun utarakan. “Mwo?

“Lupakan. Sekarang aku sudah bangun. Cium aku.” Woohyun mulai memajukan bibirnya yang sungguh menggoda itu mendekat ke wajah Chorong.

Chorong mendaratkan telapak tangannya ke bibir Woohyun. Berusaha untuk mendorongnya agar menjauh dari wajahnya yang sudah mulai terasa menghangat. “Yak! Byuntae namja!” teriaknya.

Ia lalu segera bangkit dari tidurnya. Berusaha untuk meloloskan diri, agar perasaanya yang tidak tenang itu bisa dikendalikan. Berada sedekat itu dengan Woohyun nyatanya memang membuatnya hilang akal. Saat ia berhasil melompati tubuh Woohyun, tangan Woohyun nyatanya bergerak lebih cepat. Menarik lengan Chorong kerahnya. Menubrukkan tubuh langsing yeoja itu pada tubuhnya yang kekar.

Membalikkan posisinya, hingga yeoja itu kini tengah terbaring di bawah kungkungan tubuh Woohyun.

Yak! Lepaskan aku!” omel Chorong. Ia berusaha untuk mengontrol nada suaranya agar tidak terdengan kikuk, karena memang hal itu membuat jantungnya semakin berdebar dengan cepat. Memacu aliran darah kesekujur tubuhnya yang memerlukan oksigen lebih banyak lagi.

Woohyun tersenyum. Ia memegangi kedua tangan Chorong dengan kedua tangannya. Mendekatkan wajahnya pada wajah Chorong yang memang sudah jelas mulai memerah. Hanya beberapa senti jarak di antara mereka. “Apakah mencium seseorang yang tengah sadar di perbolehkan?” tanya Woohyun menggoda.

Chorong masih bungkam. Sibuk dengan pikirannya sendiri. Kedua netranya terkurung pada manic hitam Woohyun yang seolah membiusnya untuk tetap tenang.

Woohyun kembali mendekatkan wajahnya. Hingga tak ada jarak yang memisahkan mereka berdua. Ia memagut bibir ranum itu dengan begitu lembut dan berirama. Woohyun seolah berubah menjadi namja yang sungguh ahli dalam bidang menaklukkan yeoja cantik. Meskipun ia akui, ia tidak pernah melakukan hal itu sebelumnya pada yeoja manapun. Ia menjadi vampire saat berusia 16 tahun. Woohyun selalu menyembunyikan dirinya dari dunia luar. Hingga detik ini.

Hanya Chorong, yeoja yang kini masih terbaring di bawah tubuhnya, mampu membuat Woohyun perlahan membuka dirinya. Membuka siapa dirinya yang sebenarnya. Memberikan keberanian pada Woohyun, untuk tidak lagi menutupi apa yang ada pada dirinya. Hanya Chorong. tidak Myungsoo, ataupun Naeun.

Woohyun terus menyesap bibir Chorong dengan rakus. Seolah tidak ingin membaginya dengan yang lain. Menandai, kalau itu hanya miliknya seorang. Ia sibuk memiringkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Menyesapnya lebih dalam. Kedua pasang tangan yang berada di sisi kanan dan kiri kepala Chorong saling bertautan. Seolah tak ingin dipisahkan.

Sungguh pagi yang panas. Membuat hawa dingin di sekitar menjadi hilang. Membuat kesunyian rumah Chorong hanya dipenuhi suara kecupan-kecupan lembut yang sungguh memabukkan.

Woohyun tidak ingin berhenti, namun keduanya butuh oksigen untuk bernapas. Iapun mengalihkan kecupannya pada leher putih Chorong yang begitu menggoda. Meninggalkan beberapa tanda kepemilikan di sana. Membiarkan Chorong untuk mengambil oksigen sepuasnya, sebelum akhirnya ia kembali melumat bibir Chorong yang semakin menggoda di matanya.

Tok tok tok

Suara ketukan keras pada pintu membuat keduanya terlonjak kaget. Dengan wajah tidak rela, Woohyun melepaskan pagutannya pada bibir Chorong. membiarkan yeoja yang sudah ia klaim sebagai miliknya, keluar dari dalam kamar. Meninggalkannya sendirian di dalam sana, dengan pintu yang sudah tertutup.

“Sial.” rutuk Woohyun kesal.

Chorong berjalan menuju pintu rumah dengan sedikit terburu-buru, sambil membenarkan kemejanya yang sedikit melorot. Memperlihatkan leher putihnya dengan beberapa tanda kemerahan karena ulah Woohyun tadi. Iapun juga merapikan rambutnya yang kusut. Mengatur napasnya sejenak, sebelum akhirnya membuka pintu rumahnya.

Eoh, Naeun-ah. Ada apa?” tanya Chorong bingung.

Naeun sedikit tersenyum. “Eonni, apakah Woohyun Oppa ada disini?” tanya Chorong dengan wajah yang berbinar-binar. Tidak seperti Naeun yang Chorong kenal sebelumnya.

Wae? Ada apa kau mencariku?” Woohyun keluar dari dalam kamar Chorong dengan wajah malas, karena ia masih merasa kesal, aktifitas paginya terganggu karena kedangan Naeun yang tiba-tiba.

Eoh, kau di sini rupanya. Sudah kuduga.” Naeun memicingkan medua matanya, lalu tertawa sinis. Pandangannya kembali mengarah pada Chorong, yang saat itu tengah memegangi kerah kemejanya, berusaha untuk menutupi tanda sialan itu. “Eonni. Ayo tinggal bersama kami.”

Kedua mata Chorong membola. “Mwo?

Aish, aku sudah tau bagaimana hubungan kalian berdua. Oppa, kau akan mengajak Chorong Eonni untuk tinggal bersama kami, kan? Jebal. Hem?” bujuk Naeun pada Woohyun.

Woohyun hanya memberikan tatapan malas pada Naeun. Entah kenapa ia tiba-tiba bersikap aneh seperti itu. Tidak seperti biasanya. “Bukankah kau tidak menyukai Chorong?” tanya Woohyun tiba-tiba. Membuat Naeun maupun Chorong diam mematung seketika.

Naeun mengambil langkah kecil-kecil, lebih mendekat kearah Woohyun, lalu melingkarkan kedua tangannya pada lengan Woohyun. “Oppa, aku sepertinya salah paham. Aku mengira kalau Myungsoo Oppa menyukai Chorong Eonni, oleh karena itu aku membencinya. Tapi sekarang, Chorong Eonni sudah bersamamu. Aku tidak perlu khawatir lagi, bukan?” ujar Naeun blak-blakkan. Dia begitu naif.

Woohyun tertawa sinis. “Aku tidak akan mengajak Chorong untuk tinggal bersama kalian.” ujarnya dingin. “Sebagai gantinya, aku yang akan tinggal di sini bersama Chorong.” senyum di wajah Wohyun mengembang. Senyum yang memiliki berjuta makna di dalamnya.

Chorong meneguk salivanya kasar. Oh, Chorong tidak menyukai keputusan itu. karena sekarang, Woohyun yang dingin dan misterius itu sudah berubah menjadi namja yang byuntae, yang setiap harinya akan selalu berada berasamanya. Itu menyebalkan.

Shiro! Kalian berdua, cepat keluar dari rumahku!” Chorong berteriak begitu keras. Membuat telingan Woohyun dan Naeun kesakitan. Membuat keduanya segera pergi dari dalam rumah tersebut. Meninggalkan Chorong sendirian di sana. Ia menjatuhkan tubuhnya ke atas lantai kayu yang dingin. “Dasar namja sialan. Oh, aku merindukan vampire-ku yang dingin itu.” gumamnya, sambil mengacak surai panjangnya.

***

TBC

Huhuhu,
Cut di sini dulu, ya.
Setelah melewati chapter yang bikin gerah, next chapter bakal terjadi konflik besar.
Penasaran? Tungguin terus kelanjutannya yak... 😘❤

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yeoreobun... 😘😍✌

Salam,
Aurelia
10 April 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top