Chapter 3 (Save Me)

"Apapun yang akan terjadi nanti, jangan pernah kau khawatirkan. Percayalah, aku akan selalu melindungimu."

(Nam Woo Hyun)


Happy Reading
🐶🐶🐶
***

Woo Hyun kini tengah berada di kediaman pemimpin vampire yang baru. Sebuah mansion mewah yang terletak di puncak Gunung Jiri.

Pemandangan di sana sangat bagus dan indah. Banyak wisatawan datang ke gunung itu untuk berburu pemandangan yang bagus dan udara yang sejuk. Namun, siapa yang tahu, di sana ternyata ada sekawanan vampire yang kerap kali haus darah.

Woo Hyun masih duduk di sebuah kursi kayu yang diletakkan di tengah-tengah ruang besar. Tepat menghadap ke arah sebuah meja panjang di mana tiga vampire lainnya tengah duduk di belakangnya.

Dia, Lee Jung Yeop, pemimpin vampire yang baru. Serta kedua kaki tangannya Hong Joo Chan dan Park Bo Min.

"Kau pasti tahu, kan, maksudku mengundangmu ke sini?" Sang Alpha membuka suara. Dengan intonasi yang tenang dan bijak.

Woo Hyun mengangguk pelan. Ia tahu apa yang laki-laki tua namun tetap tampan itu inginkan. Kematian ketua klan vampire yang lama sungguh sangat membawa pengaruh yang besar.

"Pergilah dari wilayah itu. Aku dengar, Dong Hyun dan kawanannya pergi ke daerah kalian." Jung Yeop meraih gelas kacanya. Menenggak habis cairan kental berwarna merah yang berada di dalamnya.

Seketika, Woo Hyun membolakan kedua matanya. "Ye?!"

"Dong Hyun sepertinya akan balas dendam. Kau tahu, kan, bagaimana setianya bocah tengik itu pada Sung Gyu?" tegasnya, lalu menaruh kembali gelas kosong itu ke atas meja. Menjilati bibirnya sendiri yang terlihat memerah karena sisa dari minuman tersebut. "Lindungi anak baru itu. Mereka pasti akan mengincarnya untuk dijadikan sekutu."

Woo Hyun mulai kebingungan. Belum lama mereka meninggalkan kediaman lama mereka, dan sekarang, mereka harus kembali berbenah untuk menghilangkan jejak.

Ini bukan lagi soal dendam pribadinya yang mengikut sertakan Na Eun dan juga Myung Soo, namun ini tentang dendam baru yang juga ikut mengincar gadisnya. Park Cho Rong.

Drrt drrt

Ponsel Woo Hyun bergetar. Ada nama Myung Soo di sana.

Tangannya ikut gemetar. Perasaannya sudah tidak enak. Ia menggeser icon hijau tersebut, lalu menempelkan ponselnya ke telinga kanan. "Wae?!"

"Hyung, Cho Rong menghilang!" Suara di seberang sana terdengar kacau dan panik. Woo Hyun ikut panik dibuatnya.

"Mworago?!"

"Kenapa kau tinggalkan Cho Rong hanya berdua dengan Na Eun, Hyung? Kau gila?!" oceh Myung Soo kesal. Ia sungguh tidak mengerti apa yang ada di dalam pikiran hyung-nya itu. Padahal ia sudah memperingatkan Woo Hyun untuk tidak menitipkan Cho Rong pada Na Eun.

Tut tut tut

Sambungan terputus. Membuat Myung Soo di sana kesal setengah mati.

Manik hitamnya menatap tegas manik merah di depan sana. "Aku harus pergi. Ada masalah di sana." Woo Hyun menunduk meminta izin. Bagaimanapun juga, laki-laki di hadapannya itu adalah tetua yang harus ia hormati.

Jung Yeop menganggukkan kepalanya. "Pergilah, dan jangan abaikan perkataanku tadi."

Woo Hyun balas mengangguk, lalu menghilang dari tempat tersebut. Berlari kencang seperti badai. Mencari kekasihnya yang menghilang.

Kepalanya sudah terasa berat. Bagaimana bisa Cho Rong lolos dari pengawasannya. Ia akui kelalaiannya. Myung Soo pasti akan mengamuk hebat saat bertemunya nanti. Entah apa kabar Na Eun. Dirinya saja kewalahan jika harus berhadapan dengan Cho Rong yang mengamuk.

***

Rasanya seperti tengah berada di bumi antah berantah.

Cho Rong melangkah tergopoh-gopoh karena ketakutan. Ia kebingungan, mengingat ini adalah lokasi asing bagi indra penglihatannya.

Pakaiannya lusuh. Ia bertelanjang kaki dengan darah yang masih mewarnai beberapa titik pakaian dan wajahnya. Membuat beberapa orang yang melihat merasa takut dan jijik.

Cho Rong seperti dikucilkan.

Ia sangat merindukan Woo Hyun-nya. Ia hilang arah. Menyapukan pandangannya ke sekitar dengan rasa bingung dan takut yang bergumul menjadi satu.

"Woo Hyun-ah, neon eodisseo?" gumamnya bingung.

Langkahnya terhenti seketika di depan sebuah persimpangan jalan yang ramai oleh kendaraan serta lalu lalang para pejalan kaki yang masih setia memperhatikannya.

Maniknya terkunci pada sepasang manik hitam yang sedari tadi ia sebut-sebut namanya. Kekasihnya, Nam Woo Hyun.

Raut ketakutannya kini memudar. Wajah kotornya kembali berseri, saat memandang Woo Hyun dengan raut paniknya di seberang sana.

Lampu lalu lintas belum berubah merah, namun Woo Hyun nekat menyebrang jalan demi menjemput kekasihnya. Untung saja perasaannya peka, untuk mendeteksi keberadaan Cho Rong.

Suara keras klakson yang berdengung nyaring, sama sekali tidak ia pedulikan. Jika tertabrak, kemungkinan besar mobilnya yang rusak, mengingat siapa Woo Hyun yang sebenarnya. Ia tidak akan mati dengan mudah.

"Cho Rong-ah!"

"Woo Hyun-ah!"

Woo Hyun menubrukkan tubuhnya pada tubuh Cho Rong yang mulai bergetar hebat saat ketakutannya berubah menjadi rasa nyaman yang begitu ia rindukan.

Didekapnya tubuh itu erat. Woo Hyun sudah ketakutan setengah mati. Khawatir, jika identitas gadisnya diketahui masyarakat. Ketenangan bisa runyam, jika tersebar kabar tentang adanya makhluk penghisap darah. Bukan saja berdampak pada hebohnya masyarakat, namun itu bisa berakibat fatal, jika tetua mengetahuinya. Cho Rong bisa dieksekusi secara sadis.

"Woo Hyun-ah, mianhae. Jeongmal mianhae." Air matanya masih mengalir deras. Memeluk erat laki-lakinya.

"Maafkan aku, karena sudah meninggalkanmu, Cho Rong-ah. Kau pasti kesulitan."

Cho Rong menggeleng cepat. "Aku takut, Woo Hyun-ah. Mereka mengejarku!"

Deg

Seketika matanya yang terpejam, kini terbelalak lebar. Ia terkejut sekaligus penasaran.

Dekapan erat itu mengendur. Membuat Cho Rong refleks menatap manik hitamnya yang terlihat khawatir.

"Mereka-- siapa?" Ada jeda cukup panjang antar dua kata tersebut. Woo Hyun benar-benar takut, jika apa yang sudah tetua klan vampire utarakan tadi, kini menjadi nyata.

"Ada apa, Woo Hyun-ah?" Manik Cho Rong bergerak gusar. Ia ikut merasakan rasa ketakutan tersebut.

Woo Hyun menekan perasaan dalam. "Jawab aku, Cho Rong-ah!" Kalimatnya menegas. Membuat Cho Rong semakin ketakutan.

Gadis itu menggeleng pelan. "Aku tidak tahu. Tapi, mereka sempat membahas soal kematian Sung Gyu. Kau kenal mereka?"

Woo Hyun langsung menarik lengan Cho Rong agar segera pergi dari kota tersebut. "Jangan pikirkan itu. Kita hanya harus segera menghilang dari kota ini."

Cho Rong bungkam. Ia pasrah mengikuti langkah cepat lelakinya. Ia tak ingin membuat Woo Hyun semakin kalut.

Penasaran? Tentu saja. Bagaimana tidak? Gerombolan vampire itu kini mengejarnya. Cho Rong masih merasa takut. Takut jika perang besar itu kembali terjadi. Entah apa lagi yang harus dikorbankan.

Haruskah kehidupan barunya kembali dikorbankan?

Cho Rong kembali termenung dan berpikir keras tentang hal itu. Jika saja ia tidak berubah menjadi makhluk mengerikan ini, segalanya pasti akan baik-baik saja.

Dan, tanpa mereka sadari, empat pasang mata merah tengah fokus mengamati gerak gerik keduanya dari atas gedung yang menjulang tinggi. Membuat si pendek, Kim Dong Hyun, tersenyum puas.

"Buruanku akhirnya menampakkan diri."

***

TBC

Mianhaeyo, reader-nimdeul!
Aku post ini malam-malam.
Mumpung ada kuota.
😂😂😂

Jan lupa tinggalkan jejak.

Love and respect.

Salam,
Aurelia
4 April 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top