Chapter 2 (Awakening the Demon)

"Ketika sebuah pilihan berat mengintaiku, aku bisa apa? Hidup dan mati. Aku terjebak di antara keduanya."
(Park Cho Rong)

***

"Na Eun-ah, apa kau bisa menjaga Cho Rong sebentar? Para tetua memanggilku. Aku harus ke Gyeongsang untuk menemui mereka." Wajah Woo Hyun terlihat sangat panik dan tergesa-gesa.

Beberapa menit yang lalu, sebuah e-mail masuk. Memberitahukan kepada Woo Hyun bahwa tetua klan vampire ingin bertemu dengannya.

Kepergian Sung Gyu sungguh membawa dampak besar. Beberapa dari mereka marah besar karena kematiannya. Apalagi Woo Hyun mengikutsertakan seorang manusia dalam misi itu. Woo Hyun benar-benar tertekan.

Na Eun masih diam tak bergeming. Ia ragu, mengingat bagaimana marahnya Myung Soo tadi pagi.

Ia ingin membantu, namun ia tidak ingin terlibat masalah dengan Myung Soo yang marah. "Tapi, oppa--"

"Tidak apa-apa. Dia sudah aku berikan cairan itu. Dia masih terlelap tenang di dalam kamar. Aku tidak lama. Kumohon bantu aku," potong Woo Hyun. Ia sungguh tidak bisa mangkir dari panggilan itu. Ini berbahaya bagi hidupnya dan juga bagi Na Eun, Myung Soo serta Cho Rong.

Na Eun hanya bisa mengangguk pasrah.

"Butakhae, Na Eun-ah. Na kanda!"

Woo Hyun lalu menghilang dari hadapan Na Eun. Berlari seperti angin kencang menuju kediaman para tetua klan vampire di dekat Gunung Jiri.

Seperginya Woo Hyun dari sana, Na Eun hanya bisa membuang napasnya berat. Ia melangkah menuju pintu kamar Woo Hyun, tempat di mana Cho Rong dikurung.

Langkahnya pelan. Ia tidak ingin membangunkan singa betina yang tengah terlelap. Bisa hilang nyawanya, jika gadis itu kembali mengamuk.

Baru saja Na Eun tiba di depan pintu, tiba-tiba,

Brak

Pintu yang sudah diperbaiki itu kembali terpental, menubruk tubuh Na Eun hingga menabrak nakas.

Cho Rong kembali mengamuk. Matanya memerah. Ia geram. Tenggorokannya masih saja terasa panas, seperti terbakar.

Panik langsung melingkupi perasaan Na Eun. Sekaligus rasa takut, ketika manik merah itu menatapnya geram. Habislah sudah kini.

Na Eun segera melompat untuk mendekap tubuh Cho Rong yang sedang menghancurkan seisi ruang tamu. Televisi besar itu jatuh, bersamaan dengan sofa yang sudah porak poranda.

Dengan kekuatan yang tak sebesar Cho Rong, Na Eun mencoba untuk menahan amarah gadis itu. Terus berteriak, agar kesadarannya kembali berkuasa di atas nafsu.

Cho Rong butuh pelepasan untuk menghilangkan dahaganya yang seolah tak pernah hilang.

Darah.

Dia sangat membutuhkannya.

"Eonni, sadarlah. Jebal."

Brak

Cho Rong melempar tubuh Na Eun hingga menghantam dinding. Membuat dinding itu retak. Tenaga Cho Rong memang tidak main-main. Pantas saja, Myung Soo melarangnya untuk ikut campur.

Cho Rong menatap Na Eun sinis. Memamerkan dua taringnya yang mencuat, lalu kabur begitu saja setelah berhasil menjebol pintu utama.

"Eonni, kajima, jebal!" Na Eun sudah terkapar tak berdaya di atas lantai. Tubuhnya lunglai. Ia sudah kehabisan tenaga untuk menenangkan Cho Rong yang tengah mengamuk.

Cho Rong melarikan diri. Meninggalkan Na Eun yang bahkan sudah tak sanggup lagi untuk berdiri. Tenaganya sudah habis. Ia kelelahan.

***

Pukul 17.21 KST

Perasaan Myung Soo entah kenapa terasa aneh. Seperti ada sesuatu yang mengganjal, namun ia tidak tahu bagaimana cara untuk menjelaskannya.

Pasien begitu banyak berdatangan hari ini. Membuatnya kelelahan. Terlalu lama mangkir dari pekerjaan, malah membuat tugasnya semakin menumpuk.

Ia melepaskan jubah putih kebanggaannya itu. Menyampirkannya pada kepala kursi yang tengah ia duduki. Tenaganya benar-benar terkuras habis.

Lemari kecil yang berbentuk seperti brankas itu ia buka. Mengambil sebuah botol kaca berisi cairan berwarna hijau, lalu menenggaknya habis. Mengisi kembali energinya.

"Akhhh," ringisnya pelan. Kedua matanya memerah sesaat, lalu kembali normal. Isi ulang tenaga, komplit.

Drrt

Ponselnya bergetar. Ada nama Na Eun di sana. Myung Soo mengerutkan dahinya bingung. Tidak biasanya Na Eun menghubunginya saat sedang bekerja. Perasaannya mulai tidak enak. Ia takut terjadi sesuatu yang buruk.

"Eoh, Na Eun-ah?!"

"Oppa! Cho Rong Eonni melarikan diri!"

"Mworago?!"

***

Sementara itu, Cho Rong tengah terbaring di atas tanah tak sadarkan diri. Tiga orang laki-laki dan seorang gadis mengelilinginya. Menatapnya penasaran.

Samar, Cho Rong berusaha untuk sadar dan menajamkan indra penglihatannya. Ia masih merasakan sakit di tenggorokannya.

"Rupanya kau anak baru," ujar salah satu laki-laki yang berpostur tubuh paling pendek. Ia tersenyum mengejek.

"Sakit!!! Sakit!!!" teriak Cho Rong. Masih memegangi tenggorokannya yang terasa panas.

Senyumnya mengembang. "Kau mau ini?" Laki-laki itu mengangkat seorang laki-laki lainnya. Menyayat lengan laki-laki itu dengan kukunya yang tajam. Membiarkan darah bercucuran mewarnai tanah berumput.

Kedua mata Cho Rong semakin memerah. Itu yang selama ini ia cari. Darah segar.

"Kejarlah buruanmu. Jangan sampai lepas." Laki-laki pendek itu melepaskan seseorang yang tengah terluka tersebut. Membiarkannya berlari agar terbebas dari maut.

Cho Rong tersenyum melihat buruannya berlari sambil tertatih-tatih. Masuk menerobos ke dalam hutan yang sudah mulai gelap.

Laki-laki pendek itu mempersilahkan Cho Rong untuk berburu. Membiarkan gadis itu melepas rasa dahaga yang sudah membuat tenggorokannya kering sejak saat pertama kali menjadi vampire.

Dengan senyum mengerikannya, Cho Rong berhenti tepat dihadapan laki-laki tersebut. Membuat laki-laki itu terkejut, lalu jatuh ke atas tanah. "Jangan bunuh aku, jebal!" teriaknya ketakutan. Berusaha menjauh dengan sisa-sisa kekuatannya.

Cho Rong tak bisa menahan rasa bahagianya. Ia lalu menerkam buruannya. Menancapkan kedua taring tajamnya pada leher sang mangsa. Menghisap habis darah segar itu hingga membuat korbannya memucat, lalu ambruk seketika menghantam tanah.

"Kerja bagus, anak baru."

Keempat vampire itu tiba-tiba muncul di hadapan Cho Rong yang sudah berhasil menuntaskan dahaganya. Menyisakan darah segar yang berceceran di pipinya.

Manik Cho Rong kembali menghitam. Ia jatuh terduduk di atas tanah. "Apa yang sudah aku lakukan?" gumam Cho Rong bingung. Menatap kedua tangannya yang dipenuhi bercak darah.

Atensi Cho Rong terangkat. Menangkap kehadiran empat sosok asing di hadapannya. "Siapa kalian?" Tubuhnya tersentak ke belakang. Ia terkejut melihat keempatnya. "Mau apa kalian?"

Si pendek yang paling dominan lebih mendekatkan dirinya. Berjongkok, lalu meraih wajah Cho Rong yang sudah berantakan karena terkena darah dan air mata agar lebih mendekat ke wajahnya. "Aku Dong Hyun. Kami dulu pengikut Sung Gyu, kau kenal dia, bukan?"

Mendengar nama itu, Cho Rong membolakan kedua matanya. "Ye?!"

Laki-laki itu, Kim Dong Hyun, menarik kasar rambut Cho Rong, membuat gadis itu memekik kesakitan karena kepalanya di paksa menengadah.

"Kuperingatkan padamu, berhati-hatilah pada kami."

Bugh

Cho Rong meninju wajah Dong Hyun keras. Membuat laki-laki itu terpelanting ke belakang bersama beberapa helai rambut Cho Rong yang ikut terbawa dalam genggamannya.

Cho Rong dan kekuatannya memang tidak bisa diragukan lagi.

Ketiga kawanan lainnya hanya bisa ternganga. Mereka terkejut karena pimpinannya sampai terlempar jauh seperti itu karena ulah seorang anak baru.

Memanfaatkan momen itu, Cho Rong segera mengambil langkah seribu. Menuruni gunung dengan kecepatan di atas normal, sedang kawanan vampire jahat itu mengejar di belakang.

Lagi, rekam jejak masa lalunya kembali terulang. Meski keabadian sudah berada dalam genggamannya, Cho Rong tetap saja dikejar rasa takut yang termat. Kematian kedua tengah mengintainya. Tak pernah sedetikpun berniat membiarkannya hidup tenang.

Langkah cepat terus membawanya masuk lebih jauh menembus hutan antah berantah. Ia bahkan tidak tahu di mana posisinya saat ini. Yang ia tahu hanya, ia sudah benar-benar menjadi bagian dari mereka. Monster penghisap darah.

Bangkitnya iblis dalam diri Cho Rong, akhirnya resmi menampakkan diri.

"Woo Hyun-ah, jebal, dowajwo!" batinnya.

***

TBC

Yeoreobun, annyeong....

Uhhuhhh, udah dua bulan lebih aku mengabaikan FF ini.
Maafkan aku, yang suka PHP.
And, here it is.
Chapter 2 akhirnya nongol.

Pendek?
Memang aku sengaja tidak membuat cerita terlalu panjang.
😂😂😂

Semoga kalian tidak kecewa, atas penantian panjang ini.

Terima kasih atas kesetiaannya.
Jangan lupa tinggalkan jejak.

Love and respect

Salam,
Aurelia
30 Maret 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top