Chapter 12 (Duri Kecil)
"Bagai tertusuk duri kecil.
Rasanya sangat sakit,
namun sulit dihilangkan karena tak terlihat."
(Park Cho Rong)
Happy Reading
❤❤❤
Ini sudah kantong darah yang ke sembilan. Woo Hyun sungguh kewalahan mengurus Cho Rong yang terus saja kehausan. Jika tidak diberi, janin yang berada di dalam kandungannya akan menyakiti tubuh Cho Rong. Membuat gadis itu semakin kurus dan memucat.
Ada rasa bahagia dalam hidup Woo Hyun. Di kehidupannya yang abadi, ia akhirnya akan memiliki keturunan. Meski tak pernah terpikirkan sebelumnya, namun Woo Hyun tak bisa menutupi rasa bahagia itu. Tapi di sisi lain, ia khawatir. Bagaimana jika musuh mengetahuinya? Bagaimana jika Tetua Lee tahu? Memikirkannya saja sudah membuat Woo Hyun sakit kepala.
Darah segar mengalir masuk ke dalam gelas kaca dari dalam kantong darah. Desahan berat terus saja meluncur dari bibir tebalnya.
"Oppa, kau baik-baik saja? Cepatlah, Cho Rong Eonni sudah kesakitan!" Na Eun tiba-tiba muncul. Meminta Woo Hyun untuk bergegas.
Brak
Pintu kamar terbuka lebar.
Memperlihatkan Cho Rong yang kurus dan pucat tengah merintih kesakitan sambil memegangi perutnya yang terasa sakit. Air matanya terus mengalir. Sakit yang membuat kepalanya ikut berdenyut.
"Cho Rong-ah, minum ini," ujar Woo Hyun pelan. Raut wajahnya mengisyaratkan kekhawatiran yang mendalam. Pun dengan Na Eun di sana. Tak henti-hentinya ia menggigit bibir bawahnya.
Dengan tubuhnya yang melemah, Cho Rong segera menandaskan darah segar tersebut hingga gelasnya kosong. Woohyun membuang napasnya lega.
"Gwaencanha?!" Kening Woo Hyun mengernyit. Ditatapnya kedua netra yang sudah pucat itu.
Cho Rong bungkam. Ia menatap manik Woo Hyun lekat. Sedetik kemudian, ia menangis keras. Memeluk tubuh Woo Hyun yang bajunya sudah terlumuri darah, terkena sisa-sisa yang menempel di sudut bibir Cho Rong. Gadis itu menangis keras di sana.
Kening pucat itu tak luput dari kecupan hangat Woo Hyun. Sambil berbisik agar Cho Rong bisa tenang.
"Gomawo, karena kau sudah menjadi wanita yang kuat. Jinjja gomawo."
Sejurus kemudian, tangis Cho Rong semakin pecah. Rasanya membingungkan. Bagai tertusuk duri kecil. Rasanya sangat sakit, namun sulit dihilangkan karena tak terlihat.
***
Brak
"Hyung, kau lihat berita ini?" Myung Soo melemparkan tablet PC-nya ke atas sofa, di mana Woo Hyun tengah bersantai sambil menimang-nimang segelas darah segar di tangannya.
Setelah seharian mengurus Cho Rong yang semakin mengkhawatirkan, Woo Hyun akhirnya bisa beristirahat dengan perasaan lega, karena kondisi Cho Rong sudah cukup stabil.
"Ah, wae? Kau mengganggu khidmadku!" rutuk Woo Hyun kesal. Tak terima ketenangannya diganggu oleh suara cempreng Myung Soo.
"Lihatlah berita itu. Seperti ada yang janggal. Tidak biasanya ada penculikan masal di daerah ini!"
Merasa tertarik, Woo Hyun segera meletakkan gelasnya ke atas meja. Meraih tablet PC yang tadi dilempar Myung Soo, lalu membacanya dengan seksama.
Kening Woo Hyun mengernyit. "Gila! Ini memang aneh!"
Sebelumnya, daerah yang kini tengah mereka diami tidak pernah sekalipun terjadi kasus penculikan massal seperti ini. Jika pun ada, sangat jarang terjadi, mengingat tempat ini begitu tenang dan damai.
Kepala artikel mengatakan, jika kasus ini berawal dari hilangnya satu per satu gelandangan yang biasa berkumpul di kolong jembatan. Tak ada sama sekali jejak yang ditinggalkan penculik.
Lambat laun, kasus semakin besar. Selain para gelandangan, beberapa pemuda juga ikut hilang.
Ini sudah menjadi kasus serius yang membuat pihak kepolisian sakit kepala.
"Hyung, kita harus mencari tahu!" usul Myung Soo gusar. Ia malah menjadi kesal, karena daerah tempatnya mengasingkan diri, berubah menjadi neraka.
Dengan santai, Woo Hyun membuang tablet-nya kembali ke atas sofa. "Biarkan pihak kepolisian yang menyelesaikan. Kita bukan super hero!"
"Ah, hyung! Kau menyebalkan. Bagaimana kalau itu ada sangkut pautnya dengan vampire lain yang juga mendiami tempat ini?!"
"Seperti gadis vampire yang kau temui itu? Kau tanyai saja dia. Mungkin dia tahu siapa saja yang mendiami daerah ini. Aku malas mencari masalah!" ujar Woo Hyun ketus. Membuat Myung Soo semakin naik darah.
"Ya! Lindingi saja gadismu itu! Tutup matamu pada keadaan sekitar! Lama-lama kau semakin menyebalkan, Hyung!"
Myung Soo yang kesal, segera pergi menuju lantai dua. Ia menatap Cho Rong ketus, saat keduanya berpapasan di anak tangga paling atas.
Cho Rong bungkam. Ia mendengar semuanya. Percakapan antara Woo Hyun dan Myung Soo.
Dipeganginya perut itu. Mengelusnya lembut, agar si penghuni tidak berontak saat sang ibu merasa tertekan.
Kepalanya berdentut hebat. Ia takut membuat Woo Hyun kembali khawatir. Jika laki-laki itu sudah khawatir, ia bisa nekat melakukan apa pun.
"Cho Rong-ah, sedang apa kau di sana?" tanya Woo Hyun, begitu merasakan kehadiran gadisnya. Ia tahu itu sejak awal. Ia sengaja bersikap acuh pada Myung Soo, agar tak membuat gadisnya ikut merasakan khawatir.
Sedetik kemudian, Woo Hyun sudah berdiri tepat di hadapan Cho Rong. "Jangan kau ambil hati perkataan Myung Soo. Dia hanya sedang kesal."
Woo Hyun menyentuh wajah Cho Rong dengan lembut. Mengelus pipinya. Memberikan ketenangan yang sejak tadi membuatnya was-was.
"Apa pun yang terjadi, aku akan selalu melindungimu. Melindungi keluarga kita. Aku tidak ingin kehilangan kalian bertiga." Mata Woo Hyun terpejam. Merapatkan keningnya pada kening Cho Rong. Ia sendiri ragu, apakah kali ini mereka bisa lolos dari perang besar yang sepertinya tak lama lagi akan pecah.
***
Myung Soo masih sibuk berkeliling di daerah dekat hutan. Berharap ia bisa bertemu dengan Ji Yeon. Si gadis vampire cantik itu.
Ia bisa saja menemui Ji Yeon di rumah sakit, mengingat keduanya sama-sama bekerja di sana. Namun entah kenpa, gadis itu seolah menghindarinya. Perlahan menyembunyikan diri saat keberadaan Myung Soo terdeteksi.
Itu membuat Myung Soo frustasi.
Bukannya tanpa alasan Myung Soo seperti ini. Ia tahu, jika gadis itu sudah lama berada di sini dibandingkan dirinya. Ia pasti tahu betul seluk-beluk kehidupan kawanan vampire lain yang diam-diam mendiami desa ini.
Dan, instingnya kuat mengatakan, bahwa kejadian penculikan itu bersumber dari kawanan vampire lain.
Srek
Terdengar sebuah suara yang berasal dari dalam hutan. Begitu cepat dan tak tetlihat dengan mata manusia biasa. Untung saja ia bukan manusia. Ia pun bisa merasakan energi yang sama dengannya.
Langkahnya gesit menyusuri hutan. Mengejar buruannya.
Cabang-cabang pohon dengan mudah ia lewati. Berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya. Memudahkan aksi kejar-kejarannya dengan sang buruan.
Greb
Bruk
Myung Soo menarik lengannya. Membuatnya jatuh tersungkur ke atas tanah. Membiarkan manik merahnya menatap sengit manik hitam Myung Soo.
"Ji Yeon-ssi, maaf jika aku mengganggumu," ujar Myung Soo pelan.
"Pergilah dari tempat ini, Myung Soo-ssi. Jauhi daerah ini. Di sini sangat berbahaya!" seru Ji Yeon memberi peringatan. Tentu ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada Myung Soo. Ia tahu, Jae Seok selalu mengawasinya sejak ia menceritakan tentang kedekatannya dengan si dokter baru.
Kening Myung Soo mengernyit bingung. "Apa maksudmu, Ji Yeon-ssi?!"
"Pergilah! Aku sudah memperingatkanmu!"
Srek
Ji Yeon memanfaatkan Myung Soo yang tengah mematung untuk melarikan diri. Menghilangkan jejaknya dari radar Myung Soo.
Karena merasa ada yang aneh dengan sikap Ji Yeon, Myung Soo memutuskan untuk pergi dari tempat tersebut. Berniat untuk menemui gadis itu saat di rumah sakit nanti.
***
Bruk
Sebuah pohon besar tumbang, saat tubuh Ji Yeon berhasil menghantamnya keras. Darah keluar dari mulutnya.
Hitam, kental dan amis.
Seorang laki-laki bertubuh pendek, tiba-tiba menyerangnya. Melemparnya dengan keras hingga membentur pohon besar. Tenaganya luar biasa kuat. Membuat gadis itu kesulitan untuk menyeimbanginya.
"Bukankah Jae Seok sudah memperingatkanmu agar tidak ikut campur, Ji Yeon-ah?!" ujarnya ketus. Mencengkram leher Ji Yeon kuat-kuat dengan tangan pasi yang berurat hitam.
"Dong Hyun Oppa, maafkan aku. Aku sudah berusaha untuk menghindarinya. Kumohon, maafkan aku," dalih Ji Yeon memelas. Sungguh, ia tidak ingin merasakan mati untuk yang kedua kalinya. Dong Hyun memang tak main-main jika sedang kesal. Bocah itu mengerikan. Sama mengerikannya dengan Sung Gyu, vampire panutannya.
Dong Hyun tersenyum sinis. "Kau pikir aku percaya? Aku tahu kau menyukainya. Kau mungkin bisa saja menyembunyikan perasaanmu dari Jae Seok. Tapi tidak denganku!" Amarahnya semakin berkobar. "Dia adalah musuh. Kau pilih dia, atau klan kita?!"
Bruk
Lagi-lagi Dong Hyun menghempaskan tubuh Ji Yeon yang sudah tak berdaya itu ke arah batu besar yang ada di dekat sungai. Membuat batu itu hancur sebagian. Ji Yeon sudah benar-benar sekarat.
"Gadis tidak berguna!"
Diinjaknya kuat-kuat wajah gadis itu. Memberikan efek sakit yang teramat pada kepalanya saat kerikil batu tajam melukai wajah cantiknya.
Ji Yeon sudah tak bisa melawan. Sekalipun ia berdalih, Dong Hyun tidak akan mau mendengarnya. Ia pasrah.
"Dong Hyun-ah! Apa yang kau lakukan?!"
Itu suara Jae Seok. Laki-laki tinggi itu turun dari atas pohon dengan tergesa-gesa. Insting menuntunya pada keadaan sadis tersebut. Sudah ia kira sebelumnya, kalau Dong Hyun pasti akan tahu soal kedekatan Ji Yeon dan Myung Soo.
Ditariknya kasar lengan Dong Hyun agar menjauh dari tubuh Ji Yeon. Membuat Dong Hyun semakin murka. Manik merahnya memancarkan kilatan kebencian. Ia lebih memilih pergi, dari pada harus bertempur melawan klan-nya sendiri.
"Ji Yeon-ah, gwaencanha?!" Jae Seok membawa tubuh sekarat Ji Yeon ke atas pangkuannya. Menepuk-nepuk pelan kedua pipinya agar gadis itu mau membuka matanya.
Meski luka-luka itu sudah sepenuhnya menghilang, namun bercak darahnya sudah mengotori pakaiannya. Rambutnya sudah tak lagi beraturan. Wajahnya kotor dengan darah hitam yang melumuri area mulutnya.
Mengenaskan.
"Ji Yeon-ah, mianhae. Jinjja mianhae. Aku tak bisa melindungimu!" Tangis Jae Seok pecah. Ia tak tahu harus bagaimana. Gadis itu masih belum mau membuka kedua matanya.
Dan, keputusan akhir ia ambil. Membiarkan telapak tangannya tergores, agar darah hitamnya bisa mengembalikan kesadaran Ji Yeon, meskipun ia tahu, itu sebenarnya perbuatan yang dilarang oleh hukum vampire, jika ada yang tahu dan mengadukannya pada Tetua Lee Jung Yeop.
Ia rela mengorbankan apa pun demi Ji Yeon. Sekalipun nyawanya sendiri.
***
TBC
Sebentar lagi, perang besar akan pecah.
Apakah kalian siap?
🤣🤣🤣
Ikutin terus kelanjutannya, yeoreobun...
Aku tunggu vomment-nya.
Annyeong
Salam,
Aurelia
08 Juli 2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top