Chapter 11 (A Baby)

"Kau tahu bagaimana rasanya khawatir, bukan?
Percayalah, mengkhawatirkan sesuatu itu bukan hal sepele."
(Nam Woo Hyun)

Happy Reading
❤❤❤


"Park Cho Rong! Keluar kau!"

Teriakan keras menggema di dalam rumah Woo Hyun. Suara cempreng itu memenuhi seisi rumah. Membuat tiga penghuni lainnya buru-buru keluar. Menghampiri Myung Soo dengan kening yang mengernyit bingung.

Jam baru menunjukkan pukul tujuh lewat seperempat, namun Myung Soo memaksakan diri untuk pulang cepat. Ia tak bisa tenang, jika belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Terlebih, gadis menyebalkan, menurutnya, tahu sesuatu namun enggan bercerita.

"Waegeurae, Myung Soo-ya?!" tanya Woo Hyun tenang. Berusaha mengontrol diri agar amarahnya tidak memuncak karena Myung Soo sudah berbuat tidak sopan.

Tas punggungnya ia lempar begitu saja ke atas sofa. Myung Soo menatap Cho Rong yang sudah berdiri di belakang tubuh Woo Hyun sinis.

"Katakan pada kami, apa yang kau tahu soal vampire lain?!" tanya Myung Soo ketus.

Kedua mata Cho Rong membola. Ia bungkam karena terlalu kaget. Bagaimana bisa Myung Soo tahu bahwa dirinya mengetahui sesuatu tentang vampire lain yang dulu sudah menjadikannya pemburu.

Woo Hyun menoleh ke belakang. Ikut menatap Cho Rong penuh tanya. Akhirnya, firasatnya berkata benar, kalau Cho Rong mengetahui sesuatu. Soal hilangnya dia dulu, yang kembali dengan pakaian compang-camping penuh darah.

"Woo Hyun-ah--"

"Gwaencanha. Katakanlah. Jangan takut," ujar Woo Hyun menenangkan. Mengelus punggung gadis itu yang mulai gemetar karena takut dengan kilatan mata Myung Soo yang penuh amarah.

Wajah Cho Rong tertunduk. "Dia Dong Hyun--" Kalimat Cho Rong tercekat, karena ingatannya kembali terputar pada masa lalu. Pada masa di mana ia akhirnya menjadi pembunuh. Rasanya begitu sakit dan menyesakkan jika kembali mengingat kejadian memuakkan itu.

Di ajaknya tubuh Cho Rong yang semakin bergetar untuk duduk di atas sofa. Woo Hyun berusaha untuk menenangkan gadisnya. Sebenarnya, ia tak ingin Cho Rong kembali mengingat kejadian itu. Namun jika terus bungkam, Myung Soo bisa saja mengamuk dan semakin membenci Cho Rong.

Na Eun ikut mengajak Myung Soo untuk duduk. Menenangkan laki-laki itu agar tidak mengamuk kesal. Myung Soo memang tidak mudah mengontrol emosinya. Ia adalah bom waktu yang tak terprediksikan kapan akan meledak di balik sikap tenangnya.

"Dia pengikut setia Sung Gyu. Sepertinya, mereka ingin balas dendam," ujar Cho Rong. Pada akhirnya, rahasianya terbongkar juga. Membuat mereka bertiga membolakan kedua matanya serempak.

Ini petaka.

"Bagaimana kau bisa bertemu dengannya?!" desak Myung Soo semakin penasaran.

"Kau ingat saat aku mengamuk hebat dan melukai Na Eun? Aku melarikan diri dan tiba-tiba mereka menculikku, lalu aku--

"Geumanhae, Cho Rong-ah. Tidak perlu kau lanjutkan lagi ceritanya," seru Woo Hyun menginterupsi. Ia sungguh tidak ingin Myung Soo tahu bagian itu. Ia pun tak ingin Cho Rong kembali merasa bersalah. "Setidaknya kita sudah tahu apa yang Dong Hyun benar-benar inginkan. Tetua Lee benar. Kita harus terus siaga."

"Aku bertemu dengan Eun Ji di rumah sakit," aku Myung Soo jujur. Ia sungguh tak bisa berlama-lama menyimpan rahasia ini. Khususnya pada Na Eun. "Dia kini menjadi budak mereka," lanjutannya, sambil menutup kedua matanya. Menahan sesak, saat menyebut kata budak.

Genggaman tangan Na Eun semakin erat pada lengan Myung Soo. Rasa sakit hati diam-diam menelusup masuk ke dalam tubuhnya. Merambati hatinya yang kian tersulut rasa dendam. Karena gadis sialan itu, mereka semua nyaris binasa.

"Eun Ji-ya--" gumam Cho Rong pelan.

"Dia memperingatkanku untuk pergi dari sini--" potong Myung Soo.

"Akh!" pekik Cho Rong keras. Memegangi perutnya yang tiba-tiba saja terasa begitu sakit. Seolah ada ribuan badak yang berlarian di dalam sana.

Woo Hyun yang terkejut, langsung memegangi bahu gadisnya. "Waegeurae, Cho Rong-ah?!" tanyanya panik. Wajahnya mulai memucat.

Myung Soo ikut panik dibuatnya. Melongo seperti si bodoh, karena tiba-tiba Cho Rong merintih kesakitan pada perutnya. Vampire biasanya tidak seperti itu. Mustahil.

"Hyung, cepat bawa dia ke kamar. Biar aku yang tangani!" seru Myung Soo, sedetik kemudian, ia menatap Na Eun. "Bawakan peralatan medisku di dalam lemari, cepat!"

Woo Hyun segera menggendong Cho Rong yang semakin merintih kesakitan menuju kamar. Membaringkannya di atas kasur yang mulai kusut karena tubuhnya terus mengelijang. Merasakan sakit yang teramat pada area perutnya. Tulang punggungnya seolah rontok. Sakit yang teramat sakit.

"Cho Rong-ah, kau kenapa?!" Wajah Woo Hyun semakin khawatir. Tanpa tersadar, ia meneteskan air matanya. Sakit melihat Cho Rong begitu menderita. Memperlihatkan urat-uratnya menonjol keluar. Bukti, jika rasa sakit itu sungguh tak tertahankan.

Na Eun datang dengan satu tas sedang berisikan peralatan medis milik Myung Soo. "Hyung, kau keluarlah dulu. Percayakan Cho Rong padaku!" ujar Myung Soo. Menatap manik hitam hyung-nya lekat.

"Dengan wajah pasrah, Woo Hyun memilih mengalah. Membiarkan adiknya memeriksa keadaan Cho Rong. Ia hanya bisa menunggu dengan perasaan cemas bersama Na Eun di depan pintu.

"Oppa, kau tenang saja. Cho Rong Eonni pasti akan baik-baik saja," hibur Na Eun. Menepuk bahu Woo Hyun pelan.

Woo Hyun hanya menyunggingkan senyum samar, lalu mendekap tubuh Na Eun erat. Ia butuh sandaran dari kekalutan hatinya yang semakin tersiksa. Ia tidak pernah menyangka, akan sesulit ini melalui hidupnya yang baru.

Yang ia inginkan hanya sebuah kebahagiaan dan kedamaian kecil untuk keluarganya. Terutama untuk Cho Rong. Namun untuk mewujudkannya terasa begitu sulit.

Cho Rong sudah terlalu lama menderita. Hidup seorang diri dengan beban berat yang terus menggelayuti kedua bahunya. Hingga untuk sekadar tersenyum pun sulit.

Ia yang sudah nekat menjatuhkan hatinya pada Cho Rong. Perlahan menyeret masuk gadis itu dalam dunianya yang gelap. Berharap ada kebahagiaan, karena Cho Rong adalah alasannya untuk lebih mencintai hidup, nyatanya malah ikut menyeret gadis itu pada lubang gelap. Lubang kesengsaraan.

Sekilas terlihat jika gadis itu baik-baik saja. Namun jika ditelusuri lebih jauh. Cho Rong sudah hancur.

Semenjak dirinya mengikis jauh perbedaan itu, dunia Cho Rong semakin gelap. Seolah tak ada tujuan, meski sekuat apa pun Woo Hyun berusaha menjadi pembimbing dan pelindung untuknya, Cho Rong masih belum menemukan jati dirinya setelah ia kembali terlahir menjadi seorang vampire baru.

Ia belum memiliki alasan yang cukup logis untuk membuatnya bertahan dengan kehidupannya yang baru, meskipun berulang kali ia meyakini, jika ia hidup seperti Woo Hyun, ia akan selamanya hidup bahagia.

Itu hanya ilusi.

"Na Eun-ah! Ambilkan darah! Cepat!" Suara cempreng Myung Soo menggema di dalam ruangan. Membuat Na Eun di depan sana terkesiap.

Gadis itu buru-buru melepaskan dekapannya pada tubuh Woo Hyun yang sudah mulai tenang. Berlari dengan kecepatan penuh untuk mengambil kantung darah segar di dalam lemari pendingin.

Ceklek

Pintu kamar terbuka. Na Eun menyembul masuk dari balik pintu. "Ini, Oppa," ujarnya pelan. Memberikan kantung darah itu pada Myung Soo. Ekor matanya menangkap keberadaan Cho Rong yang sudah mulai tenang. Gadis itu terlihat sangat berantakan. Membuat napas berat Na Eun mencelos.

"Kau keluarlah. Tunggu aku di sana, eoh?!" titah Myung Soo, menginterupsi keterdiaman Na Eun.

Pintu kamar kembali tertutup.

"Ada apa dengan Cho Rong?!" tanya Woo Hyun penasaran pada Na Eun.

Gadis itu masih syok. "Aku tidak tahu. Yang aku lihat, Eonni terlihat begitu berantakan. Aku takut, Oppa." Na Eun kembali jatuh dalam pelukan hangat Woo Hyun. Mencari sisa-sisa ketenangan di sana.

Raut wajah pucat itu terlihat mengerikan di mata Na Eun. Tidak pernah sekali pun ia melihat raut itu. Hatinya ikut sakit. Melihat bagaimana gadis yang sudah ia anggap sebagai kakanya harus seperti itu. Entah bagaimana perasaan Woo Hyun. Laki-laki itu terlihat begitu tenang sekarang. Namun Na Eun tahu. Batinnya ikut hancur. Lebih hancur dari pada apa yang ia rasakan.

Dielusnya lembut surai bergelombang milik Na Eun. "Gwaencanha, Na Eun-ah. Gwaencanha. Percayakan Cho Rong para Myung Soo," gumamnya datar. Tanpa intonasi yang membuat Na Eun sontak menghentikan tangisnya. Melepaskan dekapan eratnya, lalu menatap manik hitam Woo Hyun. Mencari-cari raut kesedihan di sana. Namun nihil. Hanya seutas senyum yang terguras. Meski pahit rasanya.

"Oppa, menangislah. Aku tahu kau terluka. Jangan bersikap sok kuat. Kau masih memiliki hati, kan?" Tiba-tiba Na Eun meninggikan intonasinya. Ia tahu, laki-laki itu butuh sandaran untuk menumpahkan kegelisahannya.

Senyum itu sirna. "Apakah dengan menetesnya air mata ini, Cho Rong akan terbebas dari rasa sakit?" Woo Hyun mengambil jeda sebentar. Menunggu reaksi Na Eun. Namun gadis itu hanya menggeleng. Ia tahu itu. "Tentu kau tahu jawabannya. Aku hancur. Sama sepertimu. Bahkan lebih. Namun aku percaya, Myung Soo pasti akan membuat Cho Rong lebih baik."

"Oppa, aku takut."

Woo Hyun hanya diam, saat Na Eun kembali menangis. Mengelus puncak kepalanya agar ketenangan kembali memeluknya.

Ceklek

Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok Myung Soo yang sungguh terlihat kacau. Pakaiannya berantakan, namun bibirnya menyunggingkan senyum.

"Myung Soo-ya, bagaimana keadaan Cho Rong?!" Woo Hyun langsung menyuarakan kekhawatirannya.

"Hyung, Cho Rong hamil."

"Mworago?!"

"Ne?!"

Na Eun dan Woo Hyun terkejut serempak. Berita itu, entah kabar baik atau buruk. Yang Woo Hyun tahu, ini akan menjadi kehebohan. Terlebih jika Tetua Lee tahu berita ini.

Malapetaka semakin mempersempit gerak Woo Hyun untuk memberikan kebahagiaan pada keluarga kecilnya.

Seperti tengah berjalan di atas kertas tipis. Ia tak akan pernah tahu, kapan kertas itu sobek dan menenggelamkannya dalam lubang penyesalaan, saat kembali menyaksikan maut masih setia mengintai mereka.

Takdir itu, sungguh menggelikan.

***

TBC

Yahoo...
Akhirnya aku bisa menuntaskan part ini.
Qaqa Cho akhirnya hamil.

Entah apa yang akan terjadi kedepannya.
Yang aku tahu, perjalanan itu tak akan mudah.

Masalah mereka dengan Dong Hyun saja sudah sangat pelik.
Ditambah dengan kehamilan Cho Rong yang menurut mereka sangat mengkhawatirkan.

Penasaran sama kelanjutannya?

Tungguin terus chapter selanjutnya.

Aku tunggu vomment-nya

Salam,
Aurelia
30 Juni 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top