Chapter 10 (Bangsal 2A)
"Jika ambisiku sudah menggebu,
takdir sekali pun tak akan mampu mengusiknya."
(Tuan Jung Se Won aka Kepala Rumah Sakit)
Happy Reading
😊😊😊
***
"Maafkan aku, Tuan Park. Maafkan aku, karena lupa memberitahumu jika ada dokter baru yang pindah ke sini."
Raut wajah Tuan Jung sudah memerah. Urat-uratnya bermunculan dari kulitnya yang keriput. Menahan rasa sakit di lehernya karena sebuah tangan mencengkramnya dengan sangat erat. Bernapas pun ia kesulitan. Apalagi bicara panjang lebar.
Nyawanya berada di ujung tanduk.
Si tua bangka itu seperti tergantung di tembok dengan leher yang menjadi tumpuannya. Begitu sesak. Ia sudah sekarat. Namun tak henti-hentinya berdalih agar seseorang yang ia panggil Tuan Park itu mau memaafkannya dan melepaskan cengkraman erat di lehernya.
Laki-laki itu, Park Jae Seok. Ia tertawa sinis saat mendengar ucapan si tua bangka. "Lupa katamu? Kau sudah membuat kesalahan besar, Tuan Jung Yang Terhormat!"
"Jwoseonghamnida, Tuan Park. Aku tidak akan melakukannya lagi!"
Bruk
Dibiarkan begitu saja tubuh renta Tuan Jung jatuh membentur lantai. Mode wibawanya kembali beroperasi. Meletakkan kedua tangannya di belakang punggung. "Cepat jalankan misi Bangsal 2A itu, atau kau yang akan aku jadikan kudapan!" ancamnya, lalu pergi begitu saja dari dalam ruang pribadi Tuan Jung secepat angin.
Laki-laki tua itu tahu tentang keberadaan vampire. Ia dan Eun Ji memiliki nasib yang sama. Menjadi budak vampire. Demi kelangsungan hidupnya agar selamat, ia rela mengorbankan raganya untuk bekerja di bawah kendali Jae Seok. Membiarkan laki-laki itu mengeksploitasi rumah sakit miliknya sebagai lahan mencari mangsa.
Bangsal 2A adalah sebuah bangsal baru di mana Jae Seok membuatnya menjadi lahan berburu. Mengumpulkan beberapa orang yang tinggal di jalanan untuk diambil intisari kehidupannya, darah.
Mereka sengaja melakukan itu, karena tidak ingin identitas mereka terbongkar saat mereka sedang berburu di luar. Bangsal ini merupakan sebuah ide cemerlang, agar mereka tak kesulitan mencari daran segar.
Sambil menyelam, minum air. Ketika korbannya sudah kehabisan darah, sisa organ tubuh yang ada pada korban bisa dijual untuk dijadikan donor.
Bangsal ini pun merupakan ambisi dari Tuan Jung untuk meraup untung yang berlipat ganda dan seolah tutup mata atas apa yang terjadi sebenarnya.
"Sialan vampire itu. Kalau bukan karena aku masih mencintai hartaku, aku tidak akan sudi bekerja di bawah kungkungannya!" rutuk Tuan Jung kesal.
Manusia yang serakah memang selalu seperti itu. Menghalalkan berbagai cara agar ambisinya tercapai. Termasuk menjadi pembunuh secara tidak langaung.
Tubuh tua namun tetap kuat itu keluar dari dalam ruangannya. Langkah panjang membawanya masuk ke dalam Bangsal 2A yang memang sudah mulai beroperasi.
Diawasi banyak kamera CCTV, serta pintu khusus di mana hanya orang tertentu yang bisa mengaksesnya dengan pindaian retina.
Hal itu dilakukan demi amannya rahasia besar tersebut. Tidak ingin hal itu sampai bocor ke dunia luar, jika vampire itu ada dan perlahan mulai mengikis keberadaan manusia yang dijadikan kudapannya.
Lima orang gelandangan dengan pakaian compang-camping serta kotor, digiring masuk oleh Ji Yeon dan Eun Ji. Keduanya tampak serupa dengan seragam putih ala perawat serta papan yang di atasnya terdapat banyak kertas.
Alih-alih memberikan pemeriksaan gratis, para gelandangan itu tidak tahu, jika nyawanya terancam.
"Ada apa dengan orang itu?!" tanya salah satu gelandangan bertubuh gemuk dengan topi rajutan di kepalanya, saat melihat sebuah brankar melintas keluar dari dalam bangsal yang dibawa Dae Yeol. Di atasnya ada seseorang yang terbaring dengan sehelai kain putih menutupinya.
Eun Ji dan Ji Yeon sama-sama tutup mulut. Enggan untuk menjawab.
Itu adalah korban pertama yang darahnya sudah terhisap habis secara berkala. Mengisi tiap-tiap kantong darah yang disimpan secara steril di ruang penyimpanan untuk stok para vampire yang sering kehausan.
Tubuh tak bernyawa itu selanjutnya akan dibawa ke ruang operasi untuk diambil beberapa organ yang layak untuk didonorkan. Setelahnya, tubuh kosong tak berguna itu akan dikremasi demi menghilangkan jejak.
Tuan Jung tersenyum lebar, saat melihat uang melimpah sudah ada di depan matanya. Ambisi terkadang sering membutakan logika, pun mata hati.
Seolah nyawa seseorang tak ada artinya lagi, jika dibandingkan dengan kekayaan yang melimpah ruah.
***
Kantin Rumah Sakit
Pukul 14.12 KST
Myung Soo melangkah cepat melintasi beberapa meja untuk menghampiri dua orang gadis yang duduk tepat di sudut ruangan. Keduanya tengah sibuk berbincang. Salah satunya terus berceloteh sambil memasukkan beberapa makanan ke dalam mulutnya dengan sumpit, sedang yang lainnya tengah khidmat mendengarkan sambil menghisap sebotol minuman di dalam kaleng dengan sedotan.
Tawa tak pernah lepas dari bibir gadis yang tengah berceloteh tersebut.
"Ji Yeon-ssi!"
Suara ringan namun tegas milik Myung Soo, memecah kegaduhan dua gadis tadi. Membuat mereka bungkam, lalu memutar kepala. Menatap Myung Soo kaget.
"Ada yang ingin aku bicarakan. Apa kau ada waktu?!"
Ji Yeon hanya menatap Myung Soo sendu. Hatinya memang tak bisa dibohongi. Ia memang benar-benar sudah takluk pada pesona Myung Soo. Sekalipun ia tahu, laki-laki itu tidak sendiri. Ada gadis lain yang di sebut kekasih olehnya. Itu yang Eun Ji ceritakan tadi padanya.
Tiba-tiba tubuh Ji Yeon berdiri tegak. Menatap manik Myung Soo lekat. "Jangan tanyakan apa pun lagi soal bangsal itu. Kumohon!" ujarnya ketus,
"Aku juga dokter di sini. Apa aku tidak berhak bertanya?!" Nada Myung Soo mulai meninggi karena tidak sabaran.
Ji Yeon mengembuskan napasnya dalam. "Aku hanya tidak ingin kau terluka. Pergilah. Jangan libatkan dirimu dengan bangsal itu atau pun keberadaan vampire lain di daerah sini!" Lagi-lagi Ji Yeon berkata ketus, lalu, lalang begitu saja tanpa permisi, pun mengindahkan panggilan Myung Soo.
Eun Ji ikut berdiri. Malas melanjutkan makan siangnya karena insiden ini.
"Sebaiknya kau menjauh dari daerah ini. Aku hanya tidak ingin kau terluka, Min Ho-ya," ujar Eun Ji lembut.
Myung Soo masih bungkam. Ia tidak salah dengar, kan? Eun Ji memanggilnya Min Ho. Bukan Myung Soo.
"Aku tahu sikapku selama ini sudah terlalu buruk padamu dan keluarga kecilmu. Aku tak ingin mengemis maaf darimu. Aku hanya ingin mengingatkan, kalau kau tidak seharusnya ada di sini." Eun Ji lebih mendekatkan dirinya pada Myung Soo yang saat itu masih diam tak bergeming.
"Mereka tengah menyusun rencana. Cho Rong tahu sesuatu. Kau tanya saja dia," bisiknya pelan di telinga kanan Myung Soo. Membuat laki-laki bersurai hitam itu membolakan kedua matanya. Rahangnya jatuh. Ia terkejut dengan berita baru tersebut.
Eun Ji memosisikan tubuhnya kembali tegap. Menyunggingkan senyum canggungnya pada Myung Soo, lalu ikut mengekor di belakang Ji Yeon.
Perasaan Myung Soo mencelos. Gadis itu, masih memanggilnya Min Ho. Itu berarti, dia serius dengan ucapannya. Tapi untuk apa? Myung Soo sama sekali tak bisa mengintepretasikan maksud dari omongan Ji Yeon dan Eun Ji.
Menjauh?
Terluka??
Karena apa???
Kata-kata itu terus menghantui pikiran Myung Soo. Membuat keningnya mengernyit bingung.
***
Jarum-jarum tajam menancap di nadi masing-masing gelandangan yang kini sudah berpakaian khas pasien rumah sakit. Mereka semua sudah disterilkan agar darahnya tidak terkontaminasi.
Ji Yeon mengatakan kalau tujuan pengambilan darah itu dilakukan untuk melakukan riset kesehatan.
Biasanya, hanya dua tabung kecil yang digunakan untuk pemeriksaan darah. Namun Ji Yeon menggunakan blood sheet kosong untuk diisi penuh dengan darah segar tersebut. Hingga membuat beberapa orang menjadi pucat dan lemas.
"Suster, mengapa banyak sekali darah kami yang diambil?" tanya salah satu gelandangan yang sudah terlihat sangat pucat dan lemas.
Ji Yeon tersenyum sambil menarik keluar jarum tersebut setelah mengisi lima kantong darah secara penuh dari laki-laki tadi. "Aku hanya tidak ingin membuat kesalahan dalam melakukan tes kesehatan. Tidak apa-apa, kan?"
Laki-laki itu tersenyum samar, lalu mengangguk. Membiarkan Ji Yeon melakukan tugasnya dengan baik. Tanpa ia sadari, jika malaikat maut sudah mengambil ancang-ancang untuk menarik paksa ruhnya dari dalam jasadnya. Membawanya pergi menuju alam baka.
Iblis kejam penghisap darah, tumbuh dengan baik dalam diri Ji Yeon. Sekali pun gadis itu terlihat baik, namun siapa sangka, jika iblis yang memengaruhi sifat bengisnya muncul, Tetua Lee pun akan kesulitan melawannya.
Klan yang dipimpin Dong Hyun adalah klan terkuat, setelah klan yang di pimpin Sung Gyu. Mereka tergolong dalam klan vampire origin, di mana semuanya merupakan keturunan asli vampire. Tidak seperti Woo Hyun dan keluarga kecilnya.
Jika mereka merasa terusik, dunia bahkan bisa mereka porak porandakan.
***
TBC
Yeoreobun, annyeong!!!
Sebulan ngilang, akhirnya aku bisa nongol lagi.
Gimana part ini?
Semoga kalian suka.
Aku tunggu vomment-nya.
Salam,
Aurelia
23 Juni 2018
P.S.
Mohon maaf lahir batin, yeoreobun...
Maafkan aku kalau ada salah kata dan perbuatan.
Baik sengaja atau pun tidak.
🙏🙏🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top