5. KESEPAKATAN
Hiiii!!!! Aku update guisss!
Enakan baca wp sambil rebahan atau sambil nungging?
Cowok brewokan atau mulus?
Happy reading!❤️
Nagara sudah menaruh air mineral di troli, ia kini sedang melihat buah dan sayuran segar yang katanya bisa berpengaruh ke psikis dan fisiknya berdasarkan pencariannya tadi di Mbah Google.
Saat ia ingin mengambil buah apel, tangannya tak sengaja bersentuhan dengan seorang wanita. "Mbak, maaf saya nggak senga...," kalimat Nagara seketika ia gantung saat melihat Valerie di sampingnya. "Valerie?"
Valerie terkejut melihat keberadaan Nagara, namun ia berusaha memasang wajah jutek sebagai pertahanan diri. Ia tak mau terlihat lemah di hadapan orang yang mencampakkannya begitu saja. Padahal, ia hanya iseng melihat buah-buahan.
Cewek itu merampas apel merah yang ada di tangan Nagara. "Gue mau ambil buah, makasih." Ia kemudian berjalan cepat ke rak minuman agar tak berbicara dengan Nagara.
Nagara menaruh buah apel di atas troli, mendorongnya sekencang mungkin sembari mengejar Valerie untuk memperjelas masalah kemarin. "Valerie, tunggu!"
Valerie akhirnya menghentikan langkahnya. Setelah dipikir-pikir, ia akan menjadi pusat perhatian apabila kabur terus dari Nagara. "Apa lagi?" tanyanya dengan wajah sinis.
"Gue mau ngomong," ujar Nagara. Wajahnya begitu serius saat mengucapkannya.
"Besok aja, soalnya ada Tante gue," tolak Valerie.
"Gapapa." Nagara kekeh.
Valerie berdecak malas. "Maksa banget, sih? Selain brengsek, ternyata lo juga pemaksa."
Nagara sebenarnya tak terima seolah hanya dirinya yang salah di sini, padahal Valerie juga mau waktu itu. Ia berusaha mengontrol emosi, mengatur napas supaya merasa tenang. "Oke, gue minta maaf," ungkapnya. "Kita ke tempat lain buat ngobrol, yuk?"
Valerie melipat kedua tangan di depan dada. "Apa lagi yang mau diobrolin? Lo nggak mau tanggung jawab, kan?"
Nagara menggeleng. "Bukan gitu. Makanya, kita cari tempat ngobrol dulu biar gue leluasa ngomongnya." Cowok itu masih berusaha keras membujuk Valerie.
Valerie kasihan melihat Nagara memelas. Ia rasa cowok itu memang menyesali perbuatannya. "Iya, iya."
Semoga ini adalah keputusan terbaik yang diambil Valerie. Ia tak mau berurusan dengan Nagara kalau bukan demi anak yang bahkan belum siap dicetak.
***
Keduanya kini berdiri di dekat Gramedia untuk mengobrol. Walaupun ramai, setidaknya tidak mengganggu orang yang ini berlalu lalang seperti di supermarket tadi. Btw, soal belanjaan tadi sudah mereka bayar di kasir terlebih dahulu, baru ke sini untuk menyelesaikan masalah.
"Mau ngomong apa?" tanya Valerie to the point.
Nagara meremat celana panjang jeans yang ia gunakan, melampiaskan ketegangan yang ia alami saat ini. Valerie sempat melirik ke tangan Nagara, namun pura-pura tidak peduli. "Gue minta maaf sebelumnya udah ninggalin lo gitu aja. Jujur, gue masih shock bisa gituin cewek, apalagi orang yang baru gue kenal secara langsung, biasanya gue lihat lo di Instagram." Ia menghela napas. "Gue mau tanggung jawab, tapi gue nggak mau nikahin lo."
Valerie memutar malas bola matanya. Apa maksudnya mau tanggung jawab, tap tidak menikah? Bukannya ia berharap, hanya saja tumben mendengar pernyataan konyol. Biasanya, kalau orang hamil di luar nikah, pasti cara cowoknya bertanggung jawab dengan cara menikah. "Gue juga nggak ngarep lo tanggung jawab, semoga aja gue nggak hamil. Rencananya gue mau beli pil kontrasepsi, tapi nggak bisa tanpa resep dokter, gue juga malu ke dokter kalo ditauin hamil di luar nikah. Memang sekarang gue belum hamil, tapi karena lo nggak pake pengaman waktu itu, gue jadi was-was."
"Jangan pernah beli pil kontrasepsi, bayi itu nggak bersalah," cegah Nagara. "Kita di sini sama-sama mau, jadi sama-sama salah. Kita perbaiki semuanya bareng-bareng." Cowok itu memberikan pengertian kepada Valerie.
"Terserah lo," ketus Valerie.
"Ya udah, kalo terserah gue, mending lo jadi pacar gue biar gampang awasin lo kalo ada apa-apa." Nagara tak minat menjadi pacar Valerie, ia anggap ini sebagai bentuk tanggung jawab atas yang ia perbuat.
"Gampang awasin gimana maksudnya? Tinggal kagak serumah, gimana mau awasin? Bukannya gue ngarep lo tinggal bareng gue, tapi aneh aja alasan lo mau jadi pacar gue supaya bisa ngawasin," jelas Valerie.
"Tenang aja, Valerie. Gue bakal sering ke rumah lo," balas Nagara.
Valerie mengerut bingung. "Memang lo tahu alamat gue?"
Lantas, Nagara menggeleng. "Enggak, sih," balasnya. "Gue minta nomor sama alamat lo, ya? Mau nggak mau kita harus sering komunikasi." Serius, ini bukan modus.
"Nanti gue DM." Valerie rasa ini jalan yang terbaik untuk sementara ini sebelum semua orang tahu mengenai hubungannya dengan Nagara, termasuk kehamilannya nanti.
Ia ingin mempersiapkan mental terlebih dahulu dengan cara berkomunikasi intens dengan Nagara, setidaknya ia harus tahu apa saja kebiasaan dan sifat Nagara di luar lapangan, kemudian mempersiapkan diri untuk menerima hujatan karena melanggar norma masyarakat ketimuran.
Nagara mengangguk. "Oke," jawabnya. "Kalo gitu gue pergi dulu."
"Hm."
Nagara berjalan ke arah eskalator menuju lantai bawah untuk pulang ke rumah. Ia tak mau lama-lama bersama Valerie, takutnya ada keributan. Seperti yang kita ketahui, cewek itu image-nya angkuh.
Di sisi lain, Lina melihat Valerie baru selesai berbincang dengan seorang pria dari kasir. Setelah menyelesaikan transaksi pembayaran, Lina membawa buku yang ia beli, lalu menghampiri Valerie. "Cie, itu pacar kamu, ya?" tanya Lina tersenyum penuh arti.
Valerie seketika gelagapan. Dibilang pacar bukan, dibilang suami apalagi. Makin ngaco. "Eng— eh, iya. Itu pacar aku." Akhirnya ia tidak membantah agar tidak semakin diinterogasi. Ia tahu betul tipikal seperti Lina, pasti akan mengulik sampai akar.
"Kok, nggak ngenalin ke Tante?"
"Valerie masih malu, Tante." Di dalam hati, Valerie bukannya malu, tapi dongkol kenapa harus berhubungan dalam jangka panjang dengan Nagara yang meninggalkannya setelah mengambil mahkotanya.
Lina mencolek dagu Valerie. "Ah, jangan pake malu segala, biasanya urat malu kamu udah putus."
"Tante!" tegur Valerie.
"Bercanda, Valerie." Lina terkekeh kecil.
Akhirnya Valerie bisa mengalihkan pembicaraan. Ia tak mau lagi ditanya-tanya perihal Nagara. Ia menyodorkan tote bag berisi jajan dan minuman. "Oh, iya, ini minumnya, aku tadi beliin snack juga buat oleh-oleh ke desa."
"Nggak usah, Valerie. Tante cuma mau minum. Lagipula, pasti ini snack mahal, kan?" Lina tak mau hidupnya dibiayai oleh Valerie, takutnya dikira memanfaatkan kekayaan cewek itu. Padahal, ia tak bermaksud begitu.
"Nggak mahal, kok." Valerie ingin Tantenya menerima pemberiannya dengan cara apa pun. "Udah, diterima aja, ya? Valerie udah beliin, loh, masa ditolak?"
"Baiklah, Valerie. Makasih banyak, ya," jawab Lina, lalu mengambil tote bag itu.
"Sama-sama, Tante."
***
Sembari menunggu jam berangkat menuju latihan, Nagara terus memantau ponselnya guna menunggu kabar dari Valerie. Ia hanya mau semuanya jelas, bukannya modus agar bisa dekat dengan cewek itu.
Suara ponsel bergetar terdengar dari atas nakas. Nagara segera mengambil, menatap layar ponsel. "Akhirnya dia DM juga. Gue iseng follow, ah."
Tak selang lama, ada notifikasi bahwa Valerie telah mengikutinya balik di Instagram.
valerieadaire mulai mengikuti Anda.
"Buset, langsung di-follback." Ia terheran. Seperti biasa, kilasan memori bagaikan rekaman video kejadian malam itu kembali muncul di otaknya. Seulas senyum muncul dari bibir Nagara. "Gue udah merasa lebih lega setelah ngobrol sama Valerie. Semoga skill gue makin membaik setelah ini."
Saat ia memegang ponsel, suara panggilan dari Neron terlihat di layar. Ia menekan tombol hijau pada layar guna mengangkatnya.
"Kenapa, Ron?"
"Gue dijodohin sama Cia."
Pernyataan itu membuat Nagara terkejut. "Cia tetangga lo yang lo sering ceritain itu, kan?"
Neron seringkali cerita tentang Cia. Mulai dari kakak tingkatnya yang ditaksir oleh Cia, hingga apa saja yang ia bicarakan dengan gadis itu. Isinya memang selalu bertengkar dan adu mulut, namun itu momen yang Neron tunggu, yang penting ada momen bersama tambatan hati, walaupun hanya adu mulut.
"Iya."
"HAH? LO APAIN ANAK ORANG SAMPE BISA DIJODOHIN?" Nagara seketika heboh. Apa-apaan ini? Bisa-bisanya alur cerita Wattpad perjodohan terjadi di kehidupan nyata?
Suara decakan malas terdengar dari bibir Neron. "Heboh bener, dah. Nanti gue jelasin habis latihan."
"Iya," balas Nagara. "Lo udah otw ke stadion?"
"Bentar lagi gue berangkat, kontrakan gue deket dari stadion."
"Oke, gue otw dulu kalo gitu."
"Siap."
Nagara bergegas berangkat ke stadion. Ia bangkit dari kursi, membawa tas berisi kebutuhan untuk latihan, lalu pergi dari sana.
***
Tak terasa telah tiga jam Nagara jalani latihan bersama club bolanya. Hari ini skill-nya tak mendapatkan kritikan, hal itu membuatnya senang. Semoga kemampuannya bisa lebih meningkat dari sebelumnya.
"Latihan hari ini kita cukupkan sampai di sini. Besok jam sepuluh pagi akan ada latihan kebugaran di tempat fitness untuk recovery selama satu jam di dekat stadion, jangan sampai ada yang terlambat," tegas sang pelatih Nabiru FC.
"Baik, Coach!" seru mereka serempak.
"Kalau begitu, kalian boleh balik ke tempat masing-masing. Selamat sore."
"Sore, Coach!"
Nagara mencari Neron yang sudah menunggunya di pinggir lapangan. Kedua cowok itu memang dekat, semua pemain tahu seberapa dekat mereka. Hal itu dianggap bagus karena di sepak bola selain butuh kemampuan yang bagus, juga butuh kerja sama dan chemistry supaya tim bisa lebih maksimal.
"Lo gimana sama Cia?" tanya Nagara.
Neron mendekatkan bibirnya pada telinga Nagara. "Nanti gue ceritain, cari tempat aman aja."
Nagara mengangguk paham. "Oke."
Mereka menyusuri lorong stadion untuk keluar dari sini. Sesampainya di depan stadion, Nagara menatap Neron, ia penasaran ada apa dengan Neron. "Kita mau ke mana?"
"Di mobil aja," jawab Neron.
"Anjir, nanti kita dikira ngapa-ngapain." Nagara bergidik geli.
Neron berdecak malas. "Kagaklah! Santai, dong!"
"Iye." Nagara menurut saja.
Mereka menapaki langkah demi langkah menuju parkiran mobil. Neron mengeluarkan kunci mobil dari saku celana, menekan tombol pembuka kunci. Setelah terbuka, ia mengajak Nagara agar duduk di sana.
"Jadi gini, Gar—"
"To the point." Nagara takut kalau Neron bernasib sama, makanya dia kepo setengah mati.
Neron menatap heran cowok itu. "Buset, nggak sabaran banget."
Nagara hanya cengengesan.
"Jadi gini, gue waktu hari Minggu pulang dari jogging di lapangan rumah gue, gue denger Mamanya Cia sama Mama gue lagi ngomongin perjodohan. Gue kaget, dong, ternyata mau beneran dijodohin," tutur Neron.
"Terus?" tanya Nagara menunggu kelanjutan cerita Neron.
"Pas malamnya, keluarga gue ngadain makan malam sekaligus mau ngomongin ini ke Cia. Cia kelihatan kayak terpaksa mau nikah sama gue. Jujur, gue jadi agak putus asa, takut dia malah makin nggak suka sama gue. Selama ini gue ngejek dia mulu supaya di-notice."
"Kapan lo mau nikah sama dia?" Nagara bertanya.
"Bulan depan," jawab Neron.
"Buset, cepet amat!" pekik Nagara. Pasalnya, ia saja belum siap menikah dengan Valerie, sedangkan Neron yang tak terlibat insiden apa-apa dengan Cia—tambatan hati Neron malah sudah siap.
"Orang tua gue sama Cia udah ngebet, tapi gue kasian sama Cia."
"Iya, sih. Gue juga kasian Cia dapet modelan kayak lo."
"Bajingan lo!" umpat Neron.
"Memang," jawab Nagara. Ia memang bajingan karena bermain dengan cewek di luar nikah.
Neron menggeleng heran. "Aneh."
Tatapan Nagara kini berubah menjadi serius. "Gue ngomong serius, lo buat dia nyaman, perlakuin kayak ratu. Kemungkinan besar dia bakal jatuh cinta sama lo."
"Caranya klise, sih, tapi gue coba aja, deh."
"Semoga berhasil, ye, gue juga nggak pro bikin cewek luluh. Kata gue mah lo kudu nanya sama Steven, dia, kan, top player soal cewek."
"Iya juga, ya, tapi dia kagak sempet mulu, seringan tandang ke luar kota dia," kata Neron.
"Bisa lewat telepon, anjir. Manfaatin teknologi." Nagara tak habis pikir dengan Neron.
"Nanti gue telepon," jawab Neron mengangguk paham. "Btw, kalo lo udah siap cerita tentang masalah lo, bilang sama gue."
"Iya, anjir. Bawel banget."
"Nyenyenye."
***
Setelah pulang latihan, Nagara memutuskan untuk memberi pesan via Whatsapp kepada Valerie agar bisa bicara lebih intens.
Nagara: Save kontak gue, ini Nagara
Valerie: Kenapa?
Nagara: Tante lo udah pulang, kan?
Valerie: Udah. Knp?
Nagara: Gue mau ketemu lo sekarang, mumpung nggak ada latihan sore.
Valerie: Y.
Nagara: Makasih.
Nagara kini mulai tahu sedikit demi sedikit karakter Valerie. Ia simpulkan bahwa Valerie sebenarnya baik, entah ia berusaha membangun citra buruk agar endorse-nya semakin laris mengingat kebanyakan orang Indonesia lebih suka orang yang sensasional ketimbang orang yang berprestasi.
***
Keesokkan harinya, tepatnya sore hari, Nagara sudah berada di depan rumah Valerie. Ia mengambil benda pipih di saku celana, mencari kontak Valerie guna menghubungi cewek itu.
"Valerie, tolong bukain pintu, ini Nagara."
"Ya, bentar."
Valerie langsung mematikan sambungan ponsel. Nagara untuk saat ini masih bisa sabar dengan sikap Valerie yang sesuka hati, tidak tahu ke depannya akan bagaimana.
Sang empu rumah datang menemuinya dengan celana pendek rumahan dan baju kaos warna hitam.
"Val—"
"Cepetan masuk," ajak Valerie pada Nagara.
Nagara tersenyum tipis. "Makasih."
Valerie langsung masuk ke dalam, disusul oleh Nagara di belakangnya. Cowok itu menutup pintu rumah Valerie. Cewek itu sekarang duduk di sofa panjang, lalu mempersilakan Nagara untuk duduk.
"Cepetan, lo mau jelasin apa." Valerie tak mau basa-basi.
"Gue minta maaf udah ninggalin seperti apa yang gue bilang di mall waktu itu. Gue masih nawarin lo, lo mau nggak jadi pacar gue? Gue belum siap buat nikahin lo."
Valerie berdecak malas. "Aduh, bertele-tele. Kalo niat lo mau tanggung jawab, lo buktiin."
"Makanya gue nyuruh lo jadi pacar gue, Valerie. Lama-lama gue slepet muka lo!" Nagara sudah malas menjaga sikap.
"Anjing lo, ya!" seru Valerie tak terima.
"Lo ngeselin. Gue udah mau ngomong baik-baik, tapi respon lo malah gini," keluh Nagara.
"Lo coba posisiin diri jadi gue, apa lo bisa nggak marah setelah ditinggalin gitu aja? Gue bukan wanita malam yang bisa disewa habis itu ditinggal, mana kagak dikasih duit."
"Oh, lo mau gue kasih duit?"
Rasanya Valerie ingin memukul kepala Nagara agar bisa berpikir jernih. "Bukan itu intinya. Pokoknya lo kudu bantu ngurus gue pas hamil, itupun kalo lo memang ikhlas."
"Iya, gue mau tanggung jawab. Lo pilih tinggal bareng atau pisah kayak sekarang?" tawar Nagara.
"Pisah dulu, nanti ada isu nggak enak," jawab Valerie.
Nagara menghela napas. "Udah ada, Vale."
"Oh, ya?" Valerie terkejut.
"Loh, lo nggak diancam sama admin mulut curah disuruh bayar sepuluh juta?"
"Hah, serius?" Valerie seketika kayak orang bego, kaget mulu dari tadi.
"Ngapain gue bohong."
"Anjing, sumpah gue nggak ada dimintain duit." Valerie tak mau Nagara berprasangka buruk kepadanya.
"Lo kenal sama adminnya?" tanya Nagara.
"Enggak. Gue di dunia entertainment cuma punya temen sekedar temen, nggak sampe yang deket gitu," jelas Valerie.
"Awas kalo lo bohong," ancam Nagara.
Valerie menjilat jari kelingking, lalu menyodorkannya pada Nagara. "Gue berani sumpah."
Nagara menatap geli tingkah Valerie. "Untuk sementara ini gue percaya."
***
—-
BISA YUKKKK SEMANGAT SPAM HEHEHEHHEH
SPAM APA AJA DI SINI
SPAM "NANA CANTIK" DI SINI
SPAM "NAGARA" DI SINI
SPAM "VALERIE" DI SINI
2k komen aku update!
Jangan lupa share cerita ini ke seluruh sosmed yaaa biar banyak yg tau dan bisa cepet update whwhwj
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top