34. PIZZA

Hola guissss, bagaimana keadaan hari ini?

Kalian suka nonton apa?

Happy reading😍

"Tunggu!"

Sontak, Nagara menghentikan langkah. Sang pria memberi atensi kepada Valerie. "Kenapa, Valerie?"

Decakan malas meluncur dari bibir Valerie. "Kalo udah tolol, jangan makin tolol."

"Udah gue bilang, gue bakal lakuin apa pun demi—"

"Sttt, basi," potong Valerie.

"Tapi—"

"Diem."

"Oke, maaf udah bikin lo risih." Mengalah adalah pilihan Nagara saat ini agar Valerie tidak kecewa lagi.

"Pijetin bahu gue," titah Valerie sembari memegang bahu.

Dengan senang hati, Nagara berjalan ke ranjang, duduk di belakang Valerie. Kedua tangan memijat bahu sang istri, sesekali ia usap. Lumayan dapat mengelus bahu Valerie mengingat ia tidak boleh memeluk wanitanya.

Efek pijatan Nagara begitu mantap, Valerie bersendawa berkali-kali, lalu mengeluarkan bom molotov beraroma sedap. "Gila, gue sampe kentut."

Tawaan meluncur dari bibir Nagara. Ia sudah lama tidak tertawa sejak bertikai dengan Valerie. Meskipun aroma ledakan dahsyat Valerie mematikan, ia tak merasa bau tersebut menyiksanya, bahkan ia tidak menutup hidung untuk menangkal bau bangkai itu dan melanjutkan pijatan yang ia berikan.

"Ada yang lucu?"

Seketika bibir Nagara terkatup. "Enggak."

"Terus, kenapa ketawa?"

Nagara menggeleng. "Gapapa."

"Sialan! Lo ditanya apa, jawabnya gapapa." Valerie terlanjur kesal terhadap Nagara. Jadi, apa pun yang dilakukan oleh pria itu akan selalu salah di matanya.

"Gue cuma jawab pertanyaan lo," sahut Nagara.

"Lanjut pijetin gue." Valerie tak mau memperpanjang perdebatan, kasihan anak di dalam perut tersenyum miris melihat keretakan hubungan orang tuanya dari sebelum ia lahir.

"Iya." Nagara kembali memijat bahu Valerie.

"Selama gue tinggal, lo makan apa aja?" Ia membuka topik pembicaraan.

"Nggak makan, cuma minum sama merokok."

"Tolol part sekian, anjing," kesal Valerie.

Nagara tertunduk sesal. "Maaf...."

"Untung cuma sehari gue tinggal, coba kalo lama, bisa mati lo."

"Gapapa."

Valerie berdecak malas. "Pake nyaut segala!"

"Udah enakan?"

"Enggak."

Effort Nagara sejak tadi terasa sia-sia, membuatnya menghela napas.

Wanita itu menengok ke arah sang pria, menatap sinis Nagara. "Kenapa menghela napas? Nggak suka gue belum PUAS sama servis lo?"

Seketika Nagara menggeleng panik. "Valerie, gue minta maaf. Gue nggak pernah nganggap lo sebagai pemuas, waktu itu gue beneran sayang sama lo."

"Udah telat."

"Kasih gue kesempatan, ya?" Nagara menatap Valerie penuh harap.

"Gak," tolak Valerie. "Masih syukur gue nggak minta cerai. Jangan banyak tingkah jadi orang."

"Sorry."

"Minta maaf mulu. Nggak guna kalo diulangi lagi."

"Oke." Nagara lebih baik mengalah, daripada dimarahi lagi oleh Valerie.

"Nggak usah pijet gue lagi, rugi nggak ada efeknya," cibir Valerie.

Gerakan memijat ia hentikan. "Iya."

"Balik sana."

Nagara bangun dari tempat tidur Valerie. "Gue mau ke kamar dulu."

"Tumben nggak latihan?" tanya Valerie.

"Gue bilang sakit," jawab Nagara.

"Nyatanya lo nggak sakit, 'kan?"

"Kemarin gue pingsan karena mabuk, terus sekarang masih agak lesu."

Valerie mengangguk paham. "Oh, berarti gue salah, ya, nyuruh lo pijetin gue pas lo lagi sakit?" Ia sengaja ingin membuat Nagara panik biar tahu rasa.

Gelagapan seketika dirasakan Nagara, ia tak mau membuat Valerie kecewa untuk ke sekian kali. "E-enggak, kok. Tenang aja."

"Ngapain lo nyuruh gue tenang? Gue nggak panik."

Kini Nagara tertunduk sesal. "Gue yang salah."

"Memang."

"Gue nggak jadi balik ke kamar dari tadi." Nagara berusaha bicara seperti biasa, seolah tak ada masalah sebelumnya.

Valerie melipat tangan di depan dada, menatap sebal cowok itu. "Yang nyuruh lo diem di sini lama-lama siapa?"

"Enggak ada."

"Goblok."

***

Cacing di perut Valerie mulai memberontak. Oleh karena itu, ia berjalan ke dapur untuk memasak makan malam. Ketika ia menghidupkan kompor, api tak kunjung muncul.

Sial, tabung gas sudah habis. Mau tak mau, ia harus meminta tolong Nagara untuk membeli gas.

Sepasang kaki Valerie melangkah ke dalam kamar Nagara, membuka pintu ruangan itu. "Gara, gas udah hab—" Ucapannya terhenti karena melihat empat botol bir berserakan di lantai. Wajah Nagara terlihat kacau, rambut acak-acakan. Cowok itu kini terlentang di lantai seperti penguin di atas salju. "Anjing, lo ngapain mabuk-mabukkan, hah?"

"Gue nggak tau harus gimana lagi supaya lo maafin gue...." Nagara frustrasi. Ia sebenarnya hanya akting mabuk, padahal botol-botol itu bekas dia mabuk waktu itu.

"Semakin lo bertingkah aneh, gue nggak bakal maafin lo."

"Tolong maafin gue...."

Valerie menggeleng. "Nggak mau."

"Gue udah gagal main ML pake Layla, masa gue nggak dimaafin sama lo?"

Orang mabuk terkadang bikin dongkol akan tingkahnya. "Hubungannya apa, anjrit?"

"Body lo sama kayak Layla, seksi banget." Pandangan Nagara terfokus ke lekukan tubuh Valerie. Walaupun perut sudah membesar, tapi Valerie tetap terlihat seksi di mata Nagara.

Pelototan tajam terpatri di kedua netra Valerie. "Jangan kurang ajar lo!"

"Itu sebabnya gue main ML gue pake Layla terus, pasti keinget sama lo. Gue nggak peduli mau dikatain noob karena pake Layla, yang penting rasa kangen gue bisa terlampiaskan."

"Seriusan, lo gaje banget."

"Maafin gue...."

"Gue laporin lo ke Papa Mama kalo tingkah lo gini terus," ancam Valerie.

Nagara menggenggam kedua tangan Valerie. "Jangan, Valerie. Gue sayang lo."

"Nggak nyambung," ketus Valerie.

"Gara sayang Valerie."

"Gue benci lo."

"Valerie, jangan gitu...." Nagara tak sanggup melihat Valerie terus memusuhinya.

"Najis."

"Gue janji nggak bakal kasar lagi."

"Bacot!"

"Beneran...."

"Gini, deh. Gue kasih lo kesempatan selama sebulan buat bahagiain gue. Kalo lo nggak sanggup, kita cerai. Lo harus janji nggak bakal ngekang gue mau deket sama siapa pun." Tentu saja kebijakan Valerie tak sungguh-sungguh. Sang wanita akan mengambil kesempatan untuk membuat Nagara semakin menderita.

"Mau, mau!" Nagara kegirangan seperti anak kecil yang baru mendapat permen.

"Awas mabuk-mabukkan lagi."

"Iya, Sayang."

"Jijik," ketus Valerie.

"Baru sehari nggak ketemu lo, gue udah kangen banget." Wajah Nagara sudah tidak seperti orang mabuk. Ia memeluk erat tubuh Valerie, menghirup aroma melon yang melekat pada tubuh wanita itu. Sejak hamil, Valerie suka menggunakan parfum melon, harganya pun relatif terjangkau.

Valerie peka kalau Nagara hanya pura-pura mabuk. Ia dulu mantan peminum pro, tak bisa dibohongi oleh peminum amatiran seperti Nagara. Namun, ia memilih pura-pura tidak tahu. "Inget, gas habis."

"Oh, iya. Kita beli gas dulu," ujar Nagara.

"Hm."

"Kamu ikut, ya?" Nagara mengajak Valerie.

"Geli pake aku-kamu."

"Enggak geli, kok."

"Menurut gue geli, jangan maksa gue biar setuju sama opini lo," seloroh Valerie.

"Sorry udah bikin kamu marah."

"Cepetan." Valerie mengulurkan tangan pada Nagara agar ia bangun.

"Oke," jawab Nagara sembari memegang tangan Valerie.

Nagara mengambil kunci mobil di atas nakas, lalu menarik pelan tangan Valerie menuju garasi. Tak lupa ia mengunci pintu rumah sebelum ke sana.

"Valerie, mau nggak kita makan dulu? Aku laper," ujar Nagara.

"Kalo lo nggak mau mati muda, kita makan," jawab Valerie.

"Oke, Valerie." Nagara membukakan pintu mobil untuk Valerie, lalu menutup kembali benda itu. Kini ia mengulang gerakan yang sama untuk diri sendiri, kemudian memakai seat belt.

"Kita mau makan ke mana?" tanya Valerie.

"Ke restoran Italia aja, gue pengin makan pizza." Nagara tahu kalau Valerie suka masakan Italia, makanya dia memilih restoran Italia.

"Memangnya boleh?" Valerie mengerut kening.

"Boleh kalo sesekali. Btw, kok perhatian banget?"

"Cepetan, gue laper."

***

Satu loyang pizza margherita dan dua porsi spaghetti carbonara tersaji di atas meja makan, tak lupa dua es teh sebagai pendamping untuk penghilang dahaga.

"Gara, lihat ke sana!" Valerie menunjuk ke arah pintu restoran.

"Kamu mau nipu aku?" Nagara menatap sebal wanita itu. Tadinya ia hendak menyuapi Valerie, namun atensinya teralihkan.

"Habisnya lo nyuapin gue mulu," cibir Valerie.

"Malu, ya, punya suami kayak aku?" Rasa insecure seketika merasuk ke relung Nagara.

"Iyalah!"

"Oke, gapapa. Aku bakal berusaha berubah jadi lebih baik biar kamu nggak malu."

"As you should."

"Kita nggak bisa bicara pake aku-kamu gitu?"

"Enggak." Valerie tak mau dibantah.

Nagara mencebik kesal. "Kenapa?"

"Geli. Padahal, gue udah pernah bilang sebelumnya."

Nagara tertunduk sesal. "Maaf."

"Bacot! Gitu mulu tapi diulangi terus."

"Iya, iya. Aku nggak bakal berbuat kesalahan lagi."

"Gara."

"Hm?"

——

Kalian lebih suka Nagara mode penurut atau enggak?

Kalo Valerie sebel sama Nagara, kayaknya dia males deh buat bertahan sama Nagara :(

Yukkk lakukan tradisi readers cinderianaxx dengan cara:

Spam "Nagara" for next chapter

Spam "Valerie" for next chapter

Spam "Nana Cantik" for next chapter

2.7k komen + 500 vote aku up yaaa (HARUS TEMBUS YAAA GUISSS!!❤️)

Tbc luv❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top