33. BLOOD

Coba sebut lagu kesukaan kalian di sini

Happy reading😍

Suara bel terdengar dari luar rumah, membuat Nagara bergegas turun dari lantai atas untuk menyambut sang tamu. Ia berharap bahwa Valerie yang datang ke sini.

Perlahan, tuas pintu ia tarik. Kedua netra terbelalak melihat sosok yang ia rindukan, rasa senang melingkupi perasaan Nagara. "Valerie?!"

Ketika Nagara ingin merengkuh tubuhnya, Valerie langsung mendorong Nagara. "Dilarang peluk!"

"Gue kangen...." Tatapan Nagara begitu memohon.

"Peduli amat!" ketus Valerie. "Kalo lo nyentuh gue, gue bakal kabur lagi."

"Iya, gue nggak nyentuh lo lagi." Nagara tak yakin bisa menepati janji, yang penting bisa meyakinkan Valerie agar tak pergi lagi.

Valerie melangkah ke dalam rumah sembari membawa koper, lalu duduk di depan kursi meja makan. "Gue laper, cepet masakin!"

Nagara menutup pintu terlebih dahulu, kemudian menyusul Valerie dari belakang. "Gue baru aja masak sup say—"

"Gue mau yang baru," potong Valerie.

Sepertinya ini babak awal dari permainan Valerie. Nagara kini harus menyiapkan mental agar kuat menghadapi sang istri. "O-oke, gue buatin." Ia mempercepat langkah menuju depan kompor, memotong sayuran sisa tadi yang belum ia masukkan ke kulkas.

"Cepetan!" seru Valerie.

"Sabar, anjing!" Nagara tak bisa menahan emosi.

"Tobatnya cuma bentar, gue mending kabur lagi," cibir Valerie.

Sadar akan kesalahannya, Nagara menghela napas, mengatur emosi agar tidak mengecewakan Valerie. "Maaf, tadi gue kelepasan." Kegiatan memasak ia lanjutkan kembali dengan memasukkan bawang putih yang sudah ia cincang, kemudian memasukkan sayuran. Ia tumis hingga layu.

"Pake nyaut segala! Lelet banget masaknya. Jago gituan doang tapi disuruh masak lelet. Mau gue potong burung lo?"

Ia membelalak, lalu menggeleng cepat. "Enggak."

"Cepet!"

Bagai ikut kompetisi memasak, Nagara mempercepat gerakan. Kini ia menuang air ke sayuran tersebut, menunggu air itu sedikit menyusut. Tak lupa memberi garam dan saus tiram agar rasanya enak.

Setelah matang, Nagara menuangkan sup sayur ke dalam mangkok. Ia menaruhnya di atas meja makan. "Udah mateng."

"Awas aja kalo nggak enak."

"Semoga enak."

Valerie menatap sinis Nagara. "Yang masak aja nggak yakin sama rasanya, apalagi gue yang makan nanti. Lo nggak totalitas buatnya mentang-mentang lo benci gue."

"Gue nggak pernah benci lo, malahan sayang banget sama lo. Please, jangan musuhin gue. Apa pun bakal gue lakuin supaya lo nggak minta pisah."

"Turutin semua perintah gue, gue mungkin bisa luluh."

"Oke," jawab Nagara. "Cobain dulu supnya."

Tangan Valerie bergerak menyendok sup sayur, mencicipi masakan buatan sang suami. Sial! Rasanya asin sekali, menyebabkan wanita itu langsung menyemburkan kuah sup ke mangkok. "Babi! Sup apaan kayak gini? Lo mau buat gue mati, hah?"

Kepanikan kini dirasakan Nagara. "Rasanya jelek, ya?"

"Lo pikir aja pake otak murahan lo itu!" marah Valerie.

"Sorry...."

"Nggak usah minta maaf, otak lo mana ngerti gimana rasanya jadi gue! Palingan minta maaf cuma biar masalahnya selesai, bukan karena sadar udah ngelakuin kesalahan."

"Valerie, gue beneran minta—"

"Udah, nggak usah tunjukkin ketololan lo. Biar apa lo sok merasa bersalah? Biar gue mau maafin lo gitu?" Valerie makin tidak respect dengan Nagara. Dikasih kesempatan bukannya dimanfaatkan, tapi malah disia-siakan.

Nagara tersenyum getir. "Ternyata gini rasanya jadi lo selama ini. Gue sakit hati ngelihat lo berubah."

"Bagus. Teruslah sakit hati, semoga cepet mati."

Senyuman getir itu berubah menjadi senyuman penuh arti. Nagara kembali ke dapur untuk mengambil pisau. "Lo mau gue mati, 'kan?"

Sang puan tak berkata, ingin melihat apa yang Nagara akan lakukan.

"Gue sekarang mau mati di depan lo."

"Cepetan kalo gitu." Di dalam hati, Valerie tak ingin

Pisau itu Nagara torehkan di telunjuk, membuat darah mulai menetes sedikit demi sedikit. Ia tersenyum penuh arti. "Gue nggak pernah main-main sama omongan gue. Kalo lo nyuruh gue mati, gue bakal tunjukin di depan lo."

"Ngelunjak, anjing!"

"Kenapa, hm? Takut ngelihat gue mati?"

"Gila!" jerit Valerie.

"Gue cuma nurutin perintah lo, Valerie. Bukannya gue harus nurutin kemauan lo supaya kita nggak pisah?"

"Salah besar keputusan gue untuk balik ke sini," ujar Valerie.

"Gue cuma nurutin ucapan lo."

"Tolol!" umpat Valerie.

Sembari menahan pedih di tangan, Nagara berkata, "Gue sayang lo, Valerie. Gue sekarang berjuang buat dapetin hati lo. Jadi, apa pun yang lo mau, pasti gue turutin."

"Kalo gue minta pisah, lo masih mau nurut?"

"Enggak."

"Anjing!"

Nagara bersimpuh di hadapan Valerie, mencium kedua kaki sang istri. "I promise to always treat you like a queen, Valerie. Kasih gue kesempatan buat lo jatuh cinta lagi sama gue."

"Nggak usah pake cium kaki gue," peringatnya.  "Bangun!"

"Nggak mau."

"Brengsek!"

"Ternyata lo udah benci banget sama gue. Ini karma gue karena udah nyakitin lo."

***

Valerie
Cia, maaf ganggu. Gue minta maaf kemarin udah marah sama lo :(

Cia
Lo udah balik ke kontrakan?

Valerie
Udah, Cia

Cia
Bagus kalo gitu. Lo ada mau curhat apa gitu?

Valerie
Kok, tau?

Cia
Tau dong. Gue kan cenayang🤣

Valerie
Bisa aja lo🤣

Cia
Sok atuh curhat

Valerie
Tadi gue bilang ke Nagara semoga dia cepet mati, tapi dia beneran gores telunjuknya sampe berdarah

Cia
Udah gila suami lo

Valerie
Makanya, gue bingung anjir harus gimana. Dia bakal ngelakuin apa pun supaya gue nggak minta pisah. Padahal, niat gue balik supaya bikin dia makin nangis.

Cia
Kalo niat lo kayak gitu, harusnya lo lebih gampang dong buat dia menderita?

Valerie
Gue nggak tega ngelihat dia kacau. Mulut gue bilang seneng, tapi hati gue sedih lihat dia hancur

Cia
Wajar banget lo marah, soalnya dia brengsek banget. Kalo lo mau kasih pelajaran ke dia, jangan pake hati. Kerasin hati lo, anggap dia haters.

Valerie
Gue bakal coba. Makasih sarannya

Cia
Good luck

Setelah saling mengirim pesan dengan Cia, kini suara deringan telepon terdengar dari benda pipih tersebut. Di layar terpampang nama Asri—sang mertua Valerie.

"Buset, tumben banget Mama nelpon gue." Ia langsung mengangkat telepon itu.

"Halo, Valerie."

"Halo, Ma. Mama apa kabar?"

"Baik, Nak. Kamu baik-baik aja, 'kan? Soalnya Mama tiba-tiba kepikiran sama kamu."

"Puji Tuhan baik, Ma. Nanti kalau Valerie ada waktu senggang, Valerie ke sana, ya? Akhir-akhir ini lagi banyak endorse." Valerie tak mau Asri tahu kalau ia dan Nagara tengah bertikai.

"Santai aja, Sayang. Kamu harusnya banyakin istirahat. Bisa, kan, jangan diambil endorse-nya?" Asri memang tipe mertua yang perhatian, ia sudah menganggap Valerie sebagai anak sendiri.

"Bisa, sih. Cuma ya aku udah terbiasa kerja, kayak aneh aja kalo nggak ada aktivitas, Nagara juga sibuk latihan bola."

"Mama tau, kamu pasti tipe wanita yang tidak mau bergantung pada pria, makanya kamu cari duit sendiri sebanyak-banyaknya supaya nggak diinjak oleh pria, right?"

"Betul sekali, Ma. Valerie nggak mau bebanin ke cowok. Memang tugas suami menafkahi istri, tapi Valerie nggak mau kalo ada kejadian suami bangkrut, terus nggak ada uang cadangan buat nutup kerugian."

"Amit-amit, ya, ada kejadian gitu."

"Iya, Ma."

"Ya udah, titip salam buat Gara, Mama mau ke SSB dulu sama Papa."

"Siap, Ma. Jaga kesehatan, ya. Titip salam sama Papa."

"Oke, Nak."

Sambungan telepon telah terputus, membuat Valerie menaruh kembali ponsel di atas nakas. Kini terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar.

"Valerie," panggil Nagara dari luar pintu kamar Valerie.

"Masuk," ujar Valerie.

"Ini susu hamil buat lo." Nagara menaruh segelas susu khusus ibu hamil di atas meja.

"Nggak perlu," tolak Valerie.

"Lo boleh marah sama gue, tapi jangan sampai abaikan kesehatan."

"Najis banget sok perhatian."

"Gue ke kamar dulu."

"Tunggu!"

"Kenapa, Valerie?"

——-

Apakah kalian masih yakin dengan happy ending?

Wkwkwk maap ya nanya terus, mau lihat aja seberapa orang yg konsisten sama pilihannya xixixi

Yukkk lakukan tradisi readers cinderianaxx dengan cara:

Spam "Nagara" for next chapter

Spam "Valerie" for next chapter

Spam "Nana Cantik" for next chapter

2.5k komen + 500 vote aku up yaaa (HARUS TEMBUS YAAA GUISSS!!❤️)

Tbc luv❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top