21. MEREM MELEK
Halo guissss. Gimana kabarnya? Semoga sehat selalu yaaa❤️❤️
Baca ini jam berapa?
Serius, cerita ini kayaknya bakal lewat dari 30 part, soalnya konfliknya lebih kompleks daripada Neroncia. Masih mau ga baca ceritaku?
Lebih suka apel atau semangka?
Happy reading!❤️
Valerie berdecak sebal. "Gini, nih, ciri-ciri cowok yang nggak bisa menghargai ceweknya, dikatain mulu."
"Terserah lo. Kalo niatnya ngajak ribut, mending lo turun dari mobil gue." Nagara pasrah.
"Oke. Cepet berhenti."
Benar saja, Nagara menghentikan mobilnya di pinggir jalan, berharap bahwa Valerie tak turun sungguhan dari kendaraannya.
"Turun," perintah Nagara.
"Makasih atas pengusirannya, Cowok Setan!" seru Valerie, kemudian turun dari mobil dengan membanting pintu.
Nagara menginjak pedal gas, menjalankan mobil dan meninggalkan Valerie yang ia telantarkan di pinggir jalan.
"Bangsat, gue beneran ditinggal!" omel Valerie.
Ketika ia sedang mengomel, tiba-tiba ada seseorang yang datang menghampirinya. Dengan motor Ninja hitam, cowok itu menghentikan kendaraannya di pinggir jalan. Tadinya, ia hendak berangkat ke tempat gym, namun ia sempatkan sebentar berhenti untuk menyapa sang mantan.
Ia membuka helm full face berwarna hitam, meletakkannya di atas motor. Balutan jaket kulit hitam, baju kaos oblong warna putih, serta celana pendek selutut berwarna hitam membuat penampilannya semakin menawan. Lelaki keturunan Amerika-Indonesia berambut hitam legam tersebut memang pandai membius hati wanita dengan pesonanya.
"Ted!" pekik Valerie.
"Masih inget, kan, sama gue?"
Ted Ainsley, salah satu mantan kekasih Valerie yang pernah menggemparkan dunia entertaiment. Pada tahun 2019, mereka pernah terciduk bercumbu di kelab malam. Hal ini menimbulkan pro kontra di kalangan masyarakat, serta kandasnya hubungan mereka. Akan tetapi, mereka tetap berhubungan baik setelah sebulan kejadian itu.
Tak dipungkiri skandal ini membuat rejeki Valerie semakin melimpah, sedangkan Ted Ainsley langsung berhenti jadi selebgram sebulan kemudian karena tak mau berurusan dengan akun gosip laknat.
"Masih, dong. Dulu kita pernah skandal bareng gara-gara ciuman sampe di-upload ke mulut curah." Valerie mengucapkannya tanpa beban. Toh, kejadian itu sudah lama terjadi. Awalnya dia memang kesal, tapi lama-lama sudah move on.
"Anjir, nggak usah diperjelas," decak Ted. "Lo apa kabar?"
"Seperti yang lo lihat," jawab Valerie.
Ted menelisik penampilan Valerie dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ia melihat ada perubahan yang signifikan. "Lo makin tembem, ya? Jadi gemes."
"Lo juga makin ganteng, jiwa matre gue jadi bergejolak."
"Sialan lo." Ia tertawa kecil. "Btw, lo ngapain diem di pinggir jalan sendirian?" tanyanya terheran. Pasalnya, ia tak pernah melihat Valerie berdiam diri di pinggir jalan seperti orang kebingungan, mobilnya pun juga tak ada bersama cewek itu.
Rekaman kejadian Nagara meninggalkan Valerie di pinggir jalan membuatnya berdecak kesal. "Tadi gue ditinggal sama monyet."
"Cowok lo?" Ted penasaran.
"Bukan cowok gue, tapi setan," ketus Valerie.
Ted tak mau menanyakan lebih lanjut mengenai kronologi kenapa Valerie bisa ditinggal, rasanya tidak etis baru bertemu sudah ikut campur hubungan orang lain. Ia berdeham. "Ayo gue anterin ke rumah, kasian lo diem sendiri kayak orang aneh."
"Gapapa, nih?" Valerie tak enak harus merepotkan sang mantan. Di sisi lain, ia memerlukan bantuan Ted untuk mengantarkannya ke rumah.
"Gapapa, dong. Ayo kita cabs pake motor."
"Kuy! Udah lama gue nggak naik motor."
Ted berjalan ke depan motor, disusul oleh Valerie di belakangnya. Ia naik ke atas motor, menggunakan helm full face, memasang kunci di lubang kunci, menghidupkan kendaraan beroda dua tersebut.
"Buruan naik." Ted menepuk motornya.
Valerie sedang berusaha untuk naik, namun kesusahan karena jok motor bagian belakang lebih tinggi dari motor lainnya. "Sabar, anjir. Motor lo bikin pantat gue naik."
Ted tertawa mendengar celotehan Valerie. Sikap ceplas-ceplos cewek itu membuat sang lelaki dulu jatuh cinta. Awalnya, ia juga tak rela hubungannya harus kandas karena skandal, apalagi Valerie sangat sefrekuensi dengannya, namun lambat laun, ia sudah bisa menerima. "Udah siap?"
"Udah," sahut Valerie.
"Gaskeun!" seru Ted.
Cowok itu menjalankan motor dengan kecepatan sedang, membelah jalanan yang padat nan ramai, membuat Valerie berpegangan pada paha agar tak terjatuh mengingat joknya tinggi. Ia tak mau memeluk perut Ted karena menghargai wanita yang menjalin hubungan dengan cowok itu, itu pun jika ada. Tak mungkin cowok setampan Ted tidak mempunyai kekasih.
"Lo ke mana aja selama ini? Gue udah jarang lihat lo di Instagram, di Whatsapp juga nggak pernah aktif." Valerie membuka pembicaraan.
"Gue kuliah ke luar negeri, Valerie. Gue males jadi selebgram, nggak enak hidup kayak nggak punya privasi. Kalo kita protes, kita yang dianggap anti kritik, belum lagi secara tidak langsung kita nafkahin akun gosip lewat duit haram." Ted teringat akan kejadian yang membuatnya kena mental.
"Bener, sih. Gue herannya, kok, mereka nggak tau malu dapet duit dari orang yang mereka jelekkin? Lagaknya sok suci tapi memprovokasi orang-orang biar ikut benci kita. Padahal, mereka mah juga busuk nyebar aib orang." Valerie menggebu-gebu.
"Udah resiko jadi selebgram. Makanya, gue sekarang lebih hati-hati kalo mau ngapa-ngapain. I'm pretty sure bentar lagi kita jadi trending topic karena boncengan," tutur Ted.
Valerie berdecak malas. "Halah, kayak nggak pernah ngelihat cewek boncengan sama cowok aja, nolep banget jadi orang."
"Jelas nolep, lah! Mereka aja cuma ngandelin gosip sama main hape mulu biar dapet cuan," jawab Ted.
"Bener banget." Valerie mengangguk setuju.
"Jangan terlalu dipikirin, sesekali kita harus cuek sama orang gitu," nasihat Ted.
Walaupun suara angin turut dalam pembicaraan mereka, kedua sejoli itu tak terganggu sama sekali, mereka terus bicara seolah tak ada yang menganggu.
"Setuju, mental kudu kuat hadapi manusia jahanam sok suci."
Ted mengangguk. Ia tak mau membicarakan itu lagi, sudah cukup membuat mentalnya diuji sebagai selebgram saat itu. "Btw, pacar lo pemain bola itu, ya?"
"Lo tau dari mana?" tanya Valerie sedikit berteriak.
"Banyak yang ngelapor ke gue lewat DM. Taulah kita dulu pernah pacaran, jadi ada yang nggak terima kalo lo pacaran sama orang lain," terang Ted.
"Orang lain yang nggak terima atau lo yang nggak terima?" Valerie menggoda Ted.
"Orang lain, anjir. Gue udah mau nikah."
Pernyataan Ted membuat Valerie terkejut. "Hah, serius lo?"
"Sumpah demi sempak bolong Buto Ijo!" Ted berkata sungguh-sungguh. "Lo kenal sama Letisya Kemuning? Youtuber tentang konten pendidikan itu, loh."
"Kenal, anjir. Dia mantannya pacar gue."
"Dia pacar gue," kata Ted.
"Kok, bisa lo kenal sama dia? Mainan lo aja ke club malam." Valerie kepo.
"Gue kenal sama dia pas kuliah di luar negeri. Jadi, kita ada grup khusus mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri, ya udah kita kenalan, habis itu jadian."
"Segampang itu, ya?" Valerie iri melihat kisah orang bisa semulus itu.
"Nggak juga, sih. Setelah kenal, pas kita pulang ke Indonesia, ternyata Papa gue kenal sama Papanya Letisya, mereka rekan bisnis. Lo tau sendiri kalo pengusaha kelas atas pengin jaga hubungan itu dengan jodohin anaknya sendiri."
"Anjir, kayak cerita Wattpad."
"Memang gitu. Nggak semua, sih, tapi yang gue alami kayak gitu," lontar Ted.
Kini Ted dan Valerie terkena lampu merah. Mau tak mau, mereka harus berhenti di sana. Hal itu tak membuat perbincangan mereka terputus, suasana ini malah mendukung untuk bicara lebih lanjut.
"Terus, kapan kalian nikah?" tanya Valerie.
"Mungkin enam atau tujuh bulan lagi, tergantung sikon. Kita bulan depan mau tunangan, sih," papar Ted. "Lo dateng, ya, ke pertunangan gue? Nanti gue kasih undangannya lewat WA."
"Gue usahain, ya." Valerie tak yakin bisa datang, soalnya perutnya sudah makin membesar, khawatir Nagara tak siap menerima gunjingan dari masyarakat mengenai dirinya yang hamil di luar nikah.
Valerie memang sebal dengan Nagara, tetapi rasa cintanya begitu kuat, menyebabkan cewek itu tak bisa bermusuhan lama-lama dengan cowok itu.
"Siap, Valerie."
***
Nagara dari tadi mondar-mandir di ruang tamu, dirinya tak henti-hentinya memikirkan keadaan Valerie setelah ia tinggalkan di pinggir jalan.
"Gimana, ya, keadaan Valerie setelah gue turunin di jalan?" gumamnya. "Bukan salah gue kalo dia terlantar, soalnya dia yang minta diturunin di jalan."
Beginilah ego kalau lebih besar dari rasa kemanusiaan, tak akan pernah mau mengaku kalau dirinya sebenarnya bersalah.
"Tapi... gue khawatir kalo dia kenapa-napa. Apa gue harus nelpon dia?"
"Ah, goblok memang tuh cewek pake minta turun dari mobil segala, mau nggak mau gue harus turutin lah!"
"Gue susulin aja kalo gitu."
Kalimat itu terus terlontar dari pria plin-plan dan tak punya pendirian. Ceritanya kesal, tapi tak mau mengambil tindakan.
Tiba-tiba, suara motor terdengar dari depan pintu rumah Valerie, membuat Nagara segera mendekat ke pintu. Ia mengintip kedatangan orang itu dari jendela sebelah kanan pintu.
"Anjing, dia malah seneng-seneng sama cowok! Pantes aja dia rela gue turunin di jalan." Nagara tak terima. Ia mengamati pergerakan kedua sejoli itu dengan saksama, kedua tangan Nagara semakin mengepal erat. "Eh, wait. Itu mantannya yang pernah terciduk cipokan sama Valerie di mulut curah."
Di sisi lain, Valerie tersenyum tulus pada Ted. "Ted, makasih udah nganterin gue."
"Sama-sama, Valerie," jawabnya. "Kapan-kapan kita ketemu lagi, ya."
"Oke, siap!" seru Valerie.
"Kalo gitu gue pamit dulu."
"Hati-hati, Ted!"
"Yoi, Vale," jawab Ted, lalu meninggalkan pekarangan rumah besar Valerie menggunakan motor Ninja itu.
Valerie menatap punggung Ted yang kian menjauh. Setelah itu, ia berjalan ke depan pintu, menarik gagang tersebut hingga terbuka. Kedua netranya menangkap keberadaan Nagara tengah melipat kedua tangan di depan dada, tatapannya begitu tajam.
"Astaga!" Valerie mengelus dada karena terkejut.
"Ngapain lo dateng berdua sama cowok?"
"Suka-suka gue," jawab Valerie. "
Nagara mengacak kasar rambutnya. Ia tak tahu harus bagaimana lagi supaya Valerie tak berdekatan dengan cowok lain. "Sadar diri, woi! Lo harusnya jangan gatel pas hamil. Gue nggak masalah kalo lo gatel pas nggak hamil atau nggak ada hubungan sama gue, tapi ini malah gatel."
"Dia dateng nyamperin gue pas gue diturunin sama setan di pinggir jalan." Valerie berkata jujur.
"Nggak mungkin. Lo pasti sengaja mau buat gue kesannya jahat biar lo bisa balikan sama mantan lo itu." Nagara tak percaya. Menurutnya, tak mungkin Valerie bisa kebetulan bertemu dengan sang mantan.
"Gimana mau balikan? Dia udah mau nikah sama mantan lo," tutur Valerie.
"Oh, ya?" Nagara seketika terkejut.
"Iya, Anjing." Valerie menatap malas cowok itu karena terkejut sang mantan mau menikah, kayaknya setelah ini dia mau diajak cepat nikah supaya nggak kalah saing sama Letisya. "Minggir lo, gue mau istirahat."
"Oke, kita lanjut di ranjang." Nagara langsung menggendong Valerie bak mengangkat karung. Ia tak peduli teriakan maupun makian yang dilontarkan Valerie, yang penting dirinya bisa menggendong cewek itu sampai ke kamar.
"Lepasin, Gara!" protes Valerie memukul punggung Nagara.
"Shut up!" Nagara menampar bokong Valerie. Ia semakin cepat berjalan ke lantai atas. Sesampainya di depan kamar, ia membuka tuas pintu dengan tangan kiri, lalu melanjutkan perjalanan ke dalam sana. Ia melempar Valerie ke atas ranjang.
"Perut gue nanti gepeng, Asu!" peringat Valerie sembari memegang perutnya.
"Jangan banyak alasan," jawab Nagara.
"Gila lo!" marah Valerie menatap Nagara penuh kebencian.
"Memang!" balas Nagara.
Valerie menghela napas. Ia tak berminat untuk memperpanjang durasi debat dengan Nagara. "Udah, ya? Gue mau istirahat, capek habis jadi gelandangan."
"Gelandangan mana yang pinter cipokan di club malam sampe terciduk akun mulut curah?" Nagara sengaja menyinggung kejadian yang ia lihat tiga tahun lalu. Waktu itu ia hanya sekadar mengetahui Valerie, bahkan sering merapalkan, "Amit-amit gue dapet cewek liar kayak dia."
"Oh, jadi lo mantengin gue dari dulu, ya?" Valerie tersenyum penuh arti.
"Dih, kepedean!" Nagara tak terima. Kedua mata memicing, mencondongkan sedikit badannya ke hadapan wajah Valerie. "Tadi lo cipokan sama dia?"
"Kalo pun gue cipokan, gue nggak bakal mau cerita ke lo," jawab Valerie.
Nagara mengelus bibir Valerie. "Let me check your lips." Ia melumat sebentar bibir cewek itu, kemudian menatap dalam kedua netra Valerie.
"Modus lo boleh juga." Valerie tertawa tipis.
"Siapa juga yang modus? Syukur bibir lo masih aman," ujar Nagara.
"Emangnya bisa ngecek bibir habis dicium atau enggak lewat ciuman?"
"Bisa, anjir. Makanya gue tau lo nggak cipokan sama Tod Ngentod."
"Ted namanya, Njing. Sembarangan lo ngubah nama orang," tegur Valerie.
"Bodo amat, gue mau manggil dia Tod Ngentod."
"Iya, terserah. Gue ngantuk." Valerie rebahan, mengambil selimut di dekat kaki. Ia membalut badannya dengan kain tebal itu.
Nagara turut rebahan di samping Valerie. "Hari ini lo masih selamat, nggak tau nanti malam," bisiknya.
"Lo mau berubah jadi siluman?" tanya Valerie.
"Ya," ketus Nagara.
"Lucu."
"Garing lo," sinis Nagara. "Tidur, Nyet! Katanya mau tidur?"
"Sabar, Anjing!" marah Valerie.
"Pas ngantuk aja masih bisa ngegas. Nanti malam lo, kan, begadang, gue buat lo merem melek sambil teriak."
——-
Kenapa mesti malam2 yaaa dibuat merem melek?
Andai kata ada cowok yang cerita dengan bangganya udah bikin cewek nggak perawan (dalam arti udh gituan). Apa respon kalian?
Keknya suatu saat nanti aku bakal buat cerita gitu wkwkkw, soalnya di perkuliahan ada aja orang gt. Mending 1 atau 2 orang, ini mah buanyakkkk. Nanti aku sampaikan lewat cerita dari sudut pandangku wkwkkw
Yukkk lakukan tradisi readers cinderianaxx dengan cara:
Spam "Nagara" for next chapter
Spam "Valerie" for next chapter
Spam "Nana Cantik" for next chapter
4,5k komen + 450 vote aku up yaaa
Tbc luv❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top