19. AIB SECOND IG

Sorry malam2 updatenya, baru kelar soalnya wkwkwk. Aku tadi kuliah sampe siang, habis itu ada kegiatan sorenya, jadi malam baru sempat ngedit dan ngetik

Apa kabar guis?

Udah ada yang dapet pacar hari ini?

Happy reading❤️

"Nagara."

"Hm?" sahut Nagara.

"Lo janji, ya, jangan kaget pas buka second ig gue." Valerie mewanti-wanti Nagara.

Nagara menekan tombol off pada pengering rambut tersebut, menaruhnya di atas meja rias. Mengusap-usap kepala Valerie agar rambutnya lebih cepat kering. "Memangnya kenapa?"

"Lihat aja nanti," jawab Valerie.

Nagara berdecak malas, penasaran apa yang sebenarnya disembunyikan oleh Valerie. Ia menepuk bahu Valerie. "Udah selesai."

Valerie mengangguk, lalu bangkit dari kursi itu. Ia mengalihkan atensi ke depan wajah Nagara. "Makasih, ya."

"Sama-sama," balas Nagara. "Apa nama second ig lo?"

"Please, janji jangan ketawain gue." Valerie menatap gugup cowok itu, gentar apabila ditertawakan Nagara. Sebenarnya sesuatu yang disembunyikan bukanlah hal yang krusial dan mencekam, tapi tetap saja membuat Valerie malu.

"Iya." Nagara sudah terlanjur penasaran. "Cepet, apa nama ig lo?" tanya Nagara.

"Namanya buntelankentutnya_valerie."

Sontak, Nagara terbahak-bahak. "Anjing, ngakak banget namanya gitu."

"Jangan banyak komentar," peringat Valerie dengan tatapan sinis.

Nagara mengambil ponsel di dalam saku celana, membuka sandi dengan sidik jari. Jemarinya bergerak mencari aplikasi Instagram, mengetik nama akun Valerie di search bar. Setelah itu, ia menekan tombol 'follow' pada akun Valerie. "Udah gue follow, cepet acc."

"Iya, bentar." Valerie berjalan ke tepi ranjang, disusul oleh Nagara. Ia mengambil ponsel di atas meja dekat ranjang, membuka akun Instagram-nya. "Udah."

Nagara segera mengecek akun Instagram Valerie. Sontak, kedua retinanya terbelalak melihat feeds akun tersebut. "Valerie, ini beneran lo?"

"Iyalah!" seru Valerie. "Udah lihat, kan? Gue block, ya?" Cewek itu malu.

Nagara berdecak malas. "Apaan lo? Jangan, anjing. Biarin gue ngelihat kebucinan lo sama gue."

"Anjing, jangan dibahas, Setan!" seru Valerie.

Nagara membaca caption dan foto yang Valerie unggah ke akun keduanya. "Valerie love Nagara, forev—"

Valerie langsung meremas mulut Nagara. "DIAM LO! JANGAN BACA DI DEPAN GUE!"


Nagara mengusap bibir bekas remasan Valerie. Ia menatap Valerie sembari tertawa puas. "Buset, sekagum itu lo sama gue?"

"Itu dulu, pas belum tau sifat lo jelek," jelas Valerie.

"Kalo sekarang?" tanya Nagara menaikkan kedua alis.

"Udah enggak," sahut Valerie.

"Bener?" tanya Nagara tersenyum penuh arti.

Valerie mengangguk. "Bener."

"Bener apa bener?" Nagara masih ingin menggoda Valerie. Ia tahu Valerie bisa semakin malu kalau dia terus membahas tentang itu.

Valerie menatap malas cowok itu. "Bener."

"Ah, gue nggak percaya," ungkap Nagara.

"Terserah lo, yang penting gue bilang enggak," ketus Valerie.

"Coba kayang di depan gue," titah Nagara sambil tersenyum.

"Gue hamil, anjir. Gila lo!" protes Valerie.

"Katanya naksir gue, kok, nggak mau kayang?" Nagara berusaha memancing Valerie supaya mengungkapkan lebih lanjut perihal perasaannya terhadap cowok itu.

"Udah gue bilang, itu dulu," jelas Valerie.

"Memangnya gue yang sekarang kenapa? Gue marah sama lo juga karena ulah lo," tukas Nagara.

"Anjing, capek gue! Gue tau penyebabnya karena lo cemburu sama Steven."

"Eng—"

"Diem, gue males ngomong sama lo," potong Valerie.

"Baru tadi kita transaksi bibir, masa udah marah aja?" tanya Nagara.

"Gue bisa ciuman tanpa ada perasaan," terang Valerie.

"Bohong." Nagara tak percaya pada Valerie.

Valerie tertawa sinis. "Tumben nggak bilang gue murahan?"

"Lo nggak suka dibilang murahan, kan? Gue lagi berusaha nggak salah paham setelah ngelihat komen Steven di postingan lo," lontar Nagara.

Valerie menghela napas lega. "Syukur lo waras untuk hari ini doang."

"Besok juga bisa waras kalo lo juga waras," ungkap Nagara.

"Iya, deh, iya." Valerie memilih untuk menyudahi pembicaraan ini.

"Valerie, besok kita bilang ke Tante lo. Lo udah siap?" Nagara mulai membahas topik lain.

"Udah."

"Besok sore gue ijin latihan demi nemuin Tante lo," ujar Nagara.

"Makasih udah berjuang." Valerie tersenyum tulus.

"Hah? Nggak salah lo bilang gini." Nagara terheran.

Valerie menggeleng. "Enggak."

"Gue nggak mau lo dimarahin Tante lo di desa, makanya kita ajak ke sini dulu. Besok pake hoodie biar tetangga lo nggak julid, atau nggak lo diem aja di mobil, gue yang turun buat jemput Tante lo."

"Boleh. Kayaknya lo berusaha melindungi gue, ya." Valerie berusaha memancing Nagara agar confess langsung kepadanya.

"Jangan kepedean, ini semua gue lakuin demi hubungan kita. Gue juga nggak mau dihajar di desa orang, malu." Nagara selalu saja beralibi. Sampai kapan mau membual terus, Nagara?

"Iya, makasih kalo gitu," ujar Valerie.

"Udah, stop bilang makasih, gue eneg dengernya."

Valerie mengangguk. "Oke."

"Ijin mau ngunjungin anak."

"Sok atuh."

Nagara berjongkok di depan Valerie, menyibak baju tidur yang cewek itu kenakan hingga terlihat perutnya. Tangan kanannya mengelus perut Valerie. Ia tersenyum menatapnya. "Halo, Nak. Gimana kabarnya?"

"Sehat, Pa." Valerie menyahut menggunakan suara ala anak bayi.

Nagara tertawa tipis. "Sehat-sehat terus, ya, Nak. Tujuh bulan lagi Papa tunggu kehadirannya di dunia." Wajah cowok itu berubah menjadi gusar. "Nanti pas hadir ke dunia, jangan sampe buat Mama kesakitan, ya? Takutnya Mama kamu nggak kuat nahan sakit, terus malah nggak bangun-bangun."

"Amit-amit, anjir," celetuk Valerie.

Nagara mendongak, menatap Valerie. "Gue takut kalo sampe hal itu terjadi, Valerie."

"Doain yang baik aja, Nagara. Selama lo jaga mental gue, gue yakin semuanya baik-baik aja," ucap Valerie.

"Iya, Valerie."

***

Di gelapnya malam, Nagara memutuskan untuk tidur bersama Valerie, khawatir apabila ada kejadian tidak enak menimpa cewek itu. Benar saja, ketika ia terlelap, samar-samar ia mendengar suara wanita tengah muntah di kamar mandi. Kedua mata sontak terbuka, berlari menghampiri Valerie ke dalam sana.

"Valerie!" seru Nagara, lalu mengusap tengkuk dan punggung Valerie.

Valerie menuntaskan kegiatannya. Ia perlahan menegakkan badan, menekan tombol kloset duduk untuk menyiram, lalu menghadap pada Nagara. "Sorry, buat lo terbangun."

"Nggak perlu minta maaf," ujar Nagara mengelus surai Valerie. "Besok yakin ke rumah Tante lo dengan kondisi lo yang kayak gini?"

"Yakin." Valerie mengangguk mantap. "Lagian, sejak hamil gue udah biasa, kok, muntah gini."

"Maaf buat lo hamil di saat lo belum siap." Nagara tertunduk sesal.

"Bukan lo doang yang salah, gue juga salah. Jadi, kita tanggung masalah ini sama-sama, jangan saling nyalahin atau nyalahin diri sendiri," jelas Valerie tersenyum tipis.

"Kalo lo lagi mode serius, sebenernya lo bijak juga," kata Nagara.

"Iya, dong. Lo aja yang selama ini nyebelin, makanya gue nggak pernah keluarin sisi bijak gue," cemooh Valerie.

"Iye, Si Paling Bijak." Nagara mencibir.

"Bacot, tadi padahal lo yang bilang gue bijak," kesal Valerie.

"Makanya gue bilang si paling bijak," seloroh Nagara tak mau kalah.

"Terserah lo, deh. Gue mau minum air." Valerie keluar dari kamar mandi, mengambil air mineral botol di atas nakas dekat ranahng.

Nagara turut mengikuti Valerie dari belakang. Ia kembali rebahan di tempat tidur, menutupi sebagian badan dengan selimut. "Kalo ada apa-apa, bangunin gue, jangan muntah sendiri kayak tadi."

Valerie ikut rebahan di samping Nagara, menutupi sebagian tubuh dengan kain tebal untuk menghangatkan diri. "Iya."

"Deketin badan lo biar hangat," suruh Nagara.

"Gue habis muntah, nanti bau."

Nagara berdecak malas. "Ganti baju dulu, anjir."

"Anjing, berubah lagi jadi nyebelin," protes Valerie.

"Cepetan ganti baju biar bisa tidur," titah Nagara.

Valerie perlahan duduk, merentangkan kedua tangan. Ia memajukan mulut. "Pakein."

"Sini gue pakein." Nagara berujar serius.

"Anjir, gue cuma bercanda." Valerie terkekeh kecil. Ia bangkit dari tempat tidur. "Gue ganti dulu."

"Hm."

Valerie mengambil satu set baju tidur berwarna merah maroon di lemari, lalu menutup kembali pintu itu. Kedua kaki berjalan ke dalam kamar mandi guna mengganti baju. Tak sampai dua menit, ia sudah keluar dari kamar mandi dengan baju itu. "Udah selesai."

"Ayo tidur," ajak Nagara pada Valerie.

Valerie mengangguk, mengambil posisi nyaman di ranjang untuk rebahan. "Iya."

Nagara menarik badan Valerie agar mendekat ke arahnya, memeluk cewek itu. Ia mengecup kening Valerie. "Tidur yang nyenyak, Valerie."

***

Mentari sudah menampakkan sinar, pertanda hari sudah pagi. Nagara baru saja bangun dari tidurnya, meregangkan sekujur tubuh, menatap Valerie yang baru bangun.

"Good morning, Valerie." Nagara mengecup bibir Valerie.

"Good morning...." Suara serak Valerie menjadi pengiring di jawabannya. Ia mengusap bibirnya saat setengah sadar. "Ini Nagara Mahaputra, kan?"

"Kenapa memangnya? Aneh, ya, gue cium lo? Padahal, itu morning kiss buat lo," ungkap Nagara bertubi-tubi.

"Jujur, agak aneh, sih. Apa jangan-jangan lo baper, ya, gue cium di kolam renang?" tanya Valerie.

"Iyalah, anjir. Pake nanya segala. Kayang dulu, gih." Nagara mengejek Valerie.

"Anjing lo random banget pagi-pagi nyuruh gue kayang."

"Katanya lo mau kay—"

"Shut up! Itu mulu yang diinget." Valerie mendelik kesal.

"Habisnya bikin ngakak. Segitunya lo demen sama gue." Sampai saat ini, Nagara masih terkejut ternyata Valerie bisa lebay juga ketika jatuh cinta. Terlihat barbar, tapi hati soft kayak Hello Kitty.

"Syukurnya lo udah demen sama gue, ya."

"Dih? Tau dari mana? Kepedean tingkat kabupaten lo!" seru Nagara.

"Lo bukan tipe orang yang bisa ciuman tanpa perasaan, pasti lo ciuman sama gue karena lo sayang gue," spekulasi Valerie.

"Kalo lo nganggap kayak gitu, ya udah, gue nggak bisa cegah," ujar Nagara.

"Nggak bisa cegah perasaan cinta lo ke gue maksudnya?" tanya Valerie tersenyum penuh arti.

"Apaan, sih? Nggak jelas." Nagara berdecak.

"Yuk, sudahi perdebatan pagi ini. Lo mau makan apa?" tawar Valerie.

"Roti tawar pake selai kacang aja," balas Nagara.

"Tuh, ambil di kulkas kecil deket televisi." Valerie menunjuk ke arah sana.

"Makasih."

"Iya."

Nagara bangun dari ranjang, berjalan ke arah kulkas untuk mencari roti tawar dan selai kacang. Ia mengambil selai kacang dengan pisau khusus roti yang ada di kulkas, mengoleskannya pada roti yang diambil Nagara dari sana. "Lo mau nggak?" tawarnya.

"Mau, dong," jawab Valerie.

"Pantesan lo nyuruh ambil aja, ternyata lo pengin diambilin."

"Gue nggak bermaksud gitu, kok. Kalo lo mau ambil tanpa ngambilin gue juga gapapa."

"Bercanda doang, Valerie. Gue juga tau, kok, lo nggak pelit, apalagi sama orang yang bikin lo pengin kayang," sindir Nagara.

"Anjing, lo mulai lagi, ya!" marah Valerie.

Nagara hanya tertawa menanggapinya. Ia mengambil piring kecil berwarna putih di atas kulkas. Kedua kaki berjalan ke arah Valerie, menyodorkan roti itu kepadanya. "Ini rotinya."

"Thanks." Valerie mengambil roti yang diberikan Nagara, memakannya satu gigitan.

"Kalo nggak kuat, jangan dipaksain buat habisin," peringat Nagara.

"Iya."

"Inget, habis ini kita ke desa Tante lo." Nagara mengingatkan.

"Iya, Gara."

Tiba-tiba, suara telepon masuk terdengar dari ponsel Valerie. Ia melihat nama sang Tante di layar benda pipih tersebut. Oleh karena itu, Valerie mengambil ponselnya, mengangkat telepon dari sang Tante.

"Halo, Neng Valerie." Suara tersebut seperti suara pria.

"Maaf, ini siapa, ya? Kok, nelpon pake hape Tante saya?"

"Tante kamu sedang di rumah sakit, tadi beliau diserempet mobil pas mau berangkat ke sekolah."

—-

Kenapa tuh yaaa?

Yukkk lakukan tradisi readers cinderianaxx dengan cara:

Spam "Nagara" for next chapter

Spam "Valerie" for next chapter

Spam "Nana Cantik" for next chapter

4k komen + 420 vote aku up yaaa

Terima kasih buat yang udah berusaha spam komen. Yuk yg lain bisa tunjukkan antusias dan eksistensinya bestieee

Kuy follow ig-ku
@ay.riana
@cinderianaxx (ig khusus wp)

Tbc❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top