17. SWIMMING POOL
Kalian pake kartu apa di hape kalian?
Ada yang udah PTM?
Doakan ya guis aku bisa rajin update, soalnya besok udh mulai kuliah tatap muka. Males bgt plz, soalnya ekspektasiku bakal skripsian online😩
Part kali ini mengandung sedikit kupu-kupu heheheh
Happy reading!❤️
"Valerie lagi ngapain, ya? Gue butuh saran serius dari cewek," ujar Steven. "Gue telpon aja, deh, kalo gitu."
Di sisi lain, Valerie dan Nagara kini hanya saling diam, fokus dengan kegiatan masing-masing. Cewek itu menatap akun Instagram-nya, ia rindu menerima endorse di akun tersebut, menghasilkan pundi-pundi rupiah sampai pagi hari untuk membuat video endorse.
Tiba-tiba, suara ponsel Valerie berbunyi, menampilkan nama Steven di layar benda pipih berlogo apel digigit. Oleh karena itu, ia menerima panggilan tersebut dengan menekan tombol hijau.
"Halo, Valerie."
"Kenapa, Steven?" tanya Valerie.
Mendengar nama Steven disebut, Nagara langsung mengalihkan atensinya ke Valerie. Ia menatap tak suka cewek itu, selalu saja genit dengan Steven!
"Lo lagi di mana? Suaranya kayak lagi di jalan." Steven berbasa-basi.
"Iya, gue lagi di jalan sama Nagara. Mau nitip salam nggak?" tanya Valerie sembari melirik Nagara, membuatnya menatap sinis cewek itu.
"Nggak usah, soalnya gue butuh lo."
"Ada ap—"
Belum sempat Valerie bicara, Nagara sudah merampas ponsel sang kekasih dari genggaman. Ia berbicara di depan benda pipih berlogo apel digigit, "Valerie lagi ngantuk, nantian aja teleponnya."
"Hal—"
Bip.
Nagara mematikan sambungan telepon, lalu memberi ponsel itu pada Valerie dengan wajah sebal.
Valerie kesal dengan perlakuan Nagara yang berubah-ubah seperti bunglon. "Lo apa-apaan, sih?"
"Anjing lo selingkuh di depan gue!" sungut Nagara.
Valerie mengerut bingung. Ia tak merasa bahwa dirinya selingkuh dengan Steven. "Selingkuh gimana? Gue cuma ngobrol biasa sama Steven."
Valerie memang tidak peka terhadap perasaan Nagara. Cowok itu tak mungkin bilang secara tersurat dirinya cemburu. Gengsinya lebih besar dari tembok China. "Udah, pokoknya jangan telponan lagi sama Steven," peringat Nagara.
"Kok, ngatur?"
"Kalo Mama tau lo telponan sama cowok lain, beliau bisa ngira lo selingkuh," kilah Nagara.
Nagara selalu saja beralibi menggunakan orang lain, padahal hatinya sedang panas tak tertolong, pemadam kebakaran pun tak sanggup memadamkan api cemburu. Hanya Valerie yang bisa memadamkannya.
"Halah! Palingan lo yang nggak rela gue telponan sama Steven." Valerie bukan orang yang pertama kali pacaran atau jatuh cinta, dia jauh lebih peka dan paham persoalan asmara ketimbang Nagara. Ia tahu betul cowok itu tengah cemburu.
Nagara berdecih. "Lama-lama lo kepedean mentang-mentang gue baikin terus dari kemarin."
Valerie tertawa sinis. "Baikin? Lo aja ngatain gue anjing."
Bagus, perdebatan ini semakin sengit. Bertengkar di kala terjebak macet tidak membuat keduanya ngantuk dan suntuk, lumayan menstimulasi energi.
"Tapi, tindakan gue baik ke lo," balas Nagara.
"Halah, gue males debat sama lo, ngantuk mau tidur." Valerie sebenarnya tidak mengantuk, ia hanya berkilah supaya Nagara menyelesaikan debat kusir.
"Kasih dulu username akun second Instagram lo."
"Nggak mau," tolak Valerie.
"Gue janji nggak pegang akunnya." Nagara meminta dengan tatapan memohon.
"Nggak boleh, titik!" tegas Valerie.
"Ya udah kalo lo nggak mau ngasih." Nagara ngambek, memalingkan wajah dari Valerie. Ia kembali fokus ke kemudi. Lagi-lagi ia disuguhkan pemandangan kumpulan kendaraan tengah saling klakson karena terjebak macet.
"Ya udah," jawab Valerie, lalu mengambil ponsel untuk ia mainkan. Percuma bicara dengan Nagara, yang ada bikin emosi.
Setelah itu, keduanya mulai diam.
Ekor netra kiri Nagara melirik Valerie, ingin tahu reaksi cewek itu seusai ia ngambek.
Sedetik.
Dua detik.
Belum ada respon jua dari Valerie. Percuma ia cari perhatian dengan cara ngambek, tidak akan digubris oleh Valerie. Kurang ajar! Ia sudah menurunkan martabat sebagai lelaki, tapi tak dihargai sama cewek itu.
"Bujuk gue, anjing. Cowoknya ngambek bukannya dibujuk, malah dibiarin." Masa bodoh harga diri Nagara lebih murah dari harga kerupuk kaleng, yang penting amarahnya tersalurkan.
Valerie tertawa puas melihat Nagara marah. "Lo cowok gue? Kita pacaran cuma formalitas."
"Lanjutin aja sana menggenit ria sama Steven," ujar Nagara berharap kalau Valerie tak akan berkomunikasi dengan Steven.
"Oke, siap." Valerie tersenyum senang. Ia mencari kontak Steven di ponsel, menekan tombol hijau di layar untuk menghubungi cowok itu.
Sial, respon Valerie di luar ekspektasinya! Seharusnya ia tahu kalau cewek itu senang mencari perkara dengannya. Semakin Nagara marah, semakin senang Valerie melihatnya.
"Halo, Steven," ucap Valerie setelah telepon tersambung.
"Anjing, beneran ditelpon!" umpat Nagara.
Valerie mendengar ucapan Nagara, ia makin bersemangat untuk menelepon Steven. Selain itu, dia juga kepo kenapa cowok itu meneleponnya.
"Sorry kalo lo terganggu."
"Gapapa, Steven. Jugaan gue lagi terjebak macet, bingung juga mau ngobrol sama siapa."
Nagara memukul setir kemudi. "Ada gue, Anjing!"
Valerie rasanya ingin tertawa, namun ia tahan agar ajang memanas-manasi Nagara bisa berjalan lebih lama. Selama gengsi Nagara masih tinggi, Valerie tak akan menyerah untuk membuat cowok itu mengaku dan berbuat baik layaknya sepasang kekasih.
"Pawang lo marah, tuh."
Valerie melirik Nagara sekilas. "Gue nggak punya pawang kelakuan kayak setan."
"Gue turunin lo di sini," ancam Nagara pada Valerie.
"Bertengkar mulu lo pada." Terdengar decakan heran dari Steven.
"Dia memang gitu, suka mancing keributan. Kalo mancing duit mah bagus."
"Babi, gue dikacangin mulu dari tadi!" sungut Nagara.
"Ya udah, lanjut Steven, lo mau ngomong apa?" tanya Valerie penasaran.
Nagara makin kesal, bibirnya otomatis maju karena manyun.
"Gue lagi deketin cewek, dia tuh penulis Wattpad. Awalnya, gue kenal dia karena dia nanya-nanya tentang sepak bola buat riset cerita dia. Sebagai publik figur yang ramah, gue jawab semampunya. Pas gue lihat akunnya, lumayan banyak followers-nya, kayaknya dia memang penulis terkenal di Wattpad. Gue lihat highlight story-nya tentang perjuangan dia jadi penulis kayak sekarang, gue kagum dia pekerja keras, pantang menyerah, dan punya semangat tinggi buat dapetin apa yang dia mau. Jujur, gue tumben jatuh cinta secepat ini, padahal nggak pernah ketemu di RL."
Valerie tahu betul bagaimana tipe idaman Steven, yaitu mempunyai badan seksi dan berkulit kuning langsat atau sawo matang, tapi ia rasa penulis yang Steven maksud jauh dari tipe idamannya. "Waduh, gue belum pernah jatuh cinta secepat itu, paling cepet dua minggu lah, itu pun sama lo."
"Apaan lo jatuh cinta sama Steven?" protes Nagara.
"Coba deketin pelan-pelan, bilang aja, 'Boleh nggak gue baca cerita lo buat bantu riset? Siapa tahu ada yang salah, biar nggak banyak revisi cerita. Kasian lo kalo kebanyakan revisi, yang ada pusing. Kalo mau nanya-nanya lebih lanjut, bisa move ke Whatsapp, takut DM lo tenggelam' gituin aja."
"Anjir, gue nggak pernah deketin cewek sampe segitunya."
"Makanya, dicoba dulu," saran Valerie.
"Ya udah, gue coba dulu, nanti gue kabarin lagi."
Valerie mengangguk paham. "Oke, kalo ada apa-apa kasih kabar."
"Siap, gue tutup dulu teleponnya, takut Gara marah."
"Bye, Mantan Gebetan Tersayang!" seru Valerie sembari menatap Nagara yang sudah emosi.
Steven tertawa kecil. "Anjir, lo bisa aja manasinnya."
Bip.
Sambungan telepon mereka terputus. Valerie menaruh ponselnya di dalam sling bag, lalu melihat Nagara guna mengetahui bagaimana reaksinya setelah dirinya berbincang dengan Steven.
Tatapan Nagara penuh amarah yang tertahan. "Ngapain tadi pake sayang-sayangan segala sama Steven? Udah gitu minta dikabarin."
Valerie berdecak malas. "Kenapa lo yang sewot? Suka-suka gue, mulut-mulut gue!"
"Gue nanya beneran, jangan dijawab kayak gitu!" protes Nagara.
"Gue juga jawab beneran," jawab Valerie, santai.
"Argh! Ngeselin banget, anjing!" Nagara mengacak frustrasi rambutnya. Kelakuan Valerie dalam menerobos pertahanan hatinya sudah lebih dari cukup untuk memporak poranda rasa cemburu yang ia tahan dari tadi.
"Gue dipanggil anjing mulu," balas Valerie.
"Makanya, ngomong yang bener sama gue, gue juga bakal manggil lo dengan cara yang bener," tutur Nagara.
"Nggak usah, makasih!" sinis Valerie.
Mobil di depan mereka perlahan mulai berjalan, membuat Nagara kembali fokus mengemudi. "Huft, syukur udah jalan dikit-dikit, lama-lama stress pertanyaan gue dijawab ketus mulu sama lo."
"Semoga stress terus, ya, biar gila," ujar Valerie.
"Anak dajjal!" umpat Nagara.
Valerie tak menggubris ocehan tak berguna yang Nagara lontarkan. Ia meregangkan sekujur tubuh, menguap hingga bibir terbuka lebar. "Gue ngantuk," keluhnya.
"Sana tidur," titah Nagara. Ia kasihan melihat Valerie harus ikut terjebak macet tatkala mengandung anaknya. Seharusnya cewek itu wajib banyak istirahat, tapi ia malah tidak sengaja mengajaknya terjebak macet.
"Nggak disuruh tidur selamanya?" tanya Valerie.
"Enggak, gue takut kalo lo beneran tidur selamanya, nggak ada bahan bully-an."
Valerie tersenyum tipis. "Gue anggap lo takut kehilangan gue."
"Terserah."
***
Sore ini, Nagara memutuskan untuk menginap di rumah Valerie. Ia takut memboyong wanita itu ke kontrakannya, soalnya di sana banyak teman satu tim yang menjadi tetangganya, nanti ada gosip kalau dirinya dan Valerie mempunyai hubungan spesial.
"Gara, lo mau makan?" tawar Valerie sembari menonton iklan televisi. Jujur, ia tak tahu ingin menonton acara apa, tak satu pun ada yang cocok dengannya.
"Iya, tapi bukan masakan lo," jawab Nagara.
Valerie sudah biasa tidak dihargai oleh Nagara, ia berusaha menghadapi cowok itu dengan kepala dingin. "Ya udah, gue masak buat diri sendiri."
Nagara menatap malas cewek itu. "Nggak usah sok-sokan mau masak, lo pantesnya tidur dan makan doang. Syukur banget gue harus nikahin lo," sinisnya.
"Iya, terserah apa kata lo, gue pokoknya pengin masak," kekeh Valerie.
Nagara menghela napas, lalu ia embuskan. "Gue nggak mau sampe repot kalo lo kenapa-napa, mending lo tidur sana."
"Oh, jadi lo tadi maki gue karena khawatir?"
Nagara hanya diam, tak mau mengaku kalau ucapan Valerie benar adanya.
"Kenapa, sih, nggak mau jujur sama diri sendiri? Lo harusnya lebih tau gimana perasaan lo sebenernya, gue juga nggak bakal ngetawain lo, kok, kalo lo udah sayang sama gue," terang Valerie.
"Kepedean banget," decak Nagara. "Terserah lo mau ngapain, gue nggak peduli."
"Ya udah, gue masak dulu." Valerie berdiri, bergegas untuk memasak di dapur.
Baru saja Valerie hendak ke dapur, Nagara langsung menarik tangan cewek itu hingga terduduk kembali. "Goblok, nggak bisa dibilangin!" seru Nagara.
"Katanya terserah?"
"Lo boleh ngelakuin apa aja, asal jangan masak," balas Nagara.
"Oke, gue pesen makanan dulu, nanti biar Pak Satpam yang bawain ke sini. Gue mau berendam dulu di kolam."
Nagara tersenyum puas. "Bagus, sesekali nurut sama gue."
Valerie tak mempedulikan ucapan Nagara, ia malah mengalihkan topik. "Lo mau makan apa?"
"Tumben nawarin."
"Sorry, Bro. Waktu itu gue juga traktir lo makan pas lo diem di rumah gue."
"Ya udah, sih, nggak usah nyolot." Nagara makin sensi kalau Valerie bisa mengalahkan argumennya.
"Cepetan jawab mau makan apa," titah Valerie.
"Gue aja yang pesen, lo berendam aja." Nagara tak mau ada utang budi kepada Valerie.
Valerie tersenyum kecil. "Syukur malaikat baik lagi masuk ke tubuh lo hari ini."
"Bacot," ketus Nagara menatap malas cewek itu. Ia mengambil ponsel di saku celana, mencari aplikasi Bagong untuk memesan makanan.
Jadi, Bagong ini ada beberapa pelayanan, yaitu Bagong Car, Go-Bagong, dan Bagong Food. Pelayanan lengkap dengan harga terjangkau membuat aplikasi ini digandrungi oleh masyarakat.
"Gue cap cay nggak pake micin sama nasi putih, minumnya air putih," pesan Valerie.
"Minum aja air kolam, kan, putih."
Valerie berdecak malas. "Garing."
"Iya, deh, yang humornya si paling tinggi!"
***
Selagi menunggu makanan datang, Valerie berendam di kolam renang menggunakan bikin berwarna merah. Walaupun perutnya sudah mulai membesar, tapi aura seksinya tak pernah padam, malah semakin hot seperti hot mommy kaya raya.
Di sisi lain, Nagara sudah selesai memesan makanan, tinggal menunggu makanannya sampai, ia juga sudah membayarnya dengan uang elektronik di aplikasi itu. Ia kini berjalan menujuk kolam renang, menyusul Valerie yang tengah berendam di sana.
Kedua retina seketika terbelalak melihat Valerie menggunakan bikini serba merah. Niatnya tak ingin melihat, namun insting-nya ingin memandang body elok seperti gitar Spanyol benjol.
"Astaga, Valerie!" pekik Nagara.
"Kenapa, anjir? Lebay banget." Valerie tahu Nagara kaget karena melihat dirinya memakai bikin. Akan tetapi, banyak wanita di luar sana berenang pakai bikini, kenapa Nagara mesti terkejut? Apa karena body-nya bagus?
Nagara menatap Valerie dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Ganti baju lo, anjing."
"Udah terlanjur basah," jawab Valerie dengan tenang.
"Mentang-mentang body lo bagus, pamer mulu. Biar apa kayak gitu? Biar disukai banyak orang?" omel Nagara berkacak pinggang.
"Apa, sih? Gue pake bikini di dalam rumah, siapa juga yang mau gue pamerin?" Valerie menatap heran cowok itu.
"Pak Satpam!" jawab Nagara.
"Hadeh, beliau udah biasa ngelihat gue berenang pake bikini. Dulu anaknya juga pernah, kok, gue ajak berenang di sini pake bikini," jelas Valerie.
"Sialan lo bikin anak orang sesat," decak Nagara.
"Sesat gimana? Berenang pake bikini itu lebih enak tau. Lo mau coba?" tawar Valerie.
"Nggak dulu, makasih," tolak Nagara. Ia membuka baju dan celana, hanya menyisakan celana dalam. Cowok itu tak mau kalah seksi dengan Valerie.
Memangnya Valerie saja yang bisa menunjukkan body bagus? Dirinya juga bisa!
"Eh, lo mau ngapain buka baju di sini?" Valerie panik, takut Nagara mau macam-macam terhadapnya.
"Mau ikutan berenang," jawab Nagara.
"Ya, tapi jangan pake celana dalam doang."
Nagar tersenyum kemenangan. "Kenapa? Jugaan lo udah pernah lihat versi full-nya."
"Bangsat, lo nggak tau malu!" seru Valerie.
"Memang. Jugaan cuma lo yang lihat gue versi full, yang lain belum pernah, loh."
"Terus, gue harus bilang wow gitu?" sewot Valerie.
"Nggak ada yang nyuruh lo bilang wow. Lo aja boleh nunjukkin keseksian lo, masa gue nggak boleh?" tanya Nagara.
"Ya udah, sini berenang bareng." Valerie tak mau memperpanjang perdebatan.
Cowok itu perlahan turun ke kolam renang, menyusul Valerie yang sudah di sana terlebih dahulu. "Lo nggak nafsu ngelihat body gue?" Nagara mulutnya memang tidak di-filter. Muka saja pakai filter, masa mulut tidak?
"Banyak yang lebih bagus tanpa harus pake celana dalam doang."
"Gue naik dulu buat pake celana pendek." Nagara sebenarnya merasa aneh berenang hanya memakai celana dalam.
"Aneh."
Nagara naik ke tepi kolam, mengambil celana yang ia taruh di atas sun bed. Ia memakai kain itu untuk membalut kedua paha, kemudian menjatuhkan diri ke kolam renang hingga air kolam terciprat ke penjuru area.
"Anjir, muka gue kena ciprat!" protes Valerie membasuh mukanya.
"Biarin, wle!" ledek Nagara menjulurkan lidah.
Valerie menatap malas cowok itu. "Ngeselin banget!"
"Vale Anjing." Nagara menepis air ke muka Valerie.
"Gara Asu." Valerie membalas cipratan air itu dengan mendorong keras air agar terkena muka Nagara.
"Awas aja lo!" balas Nagara kembali menciptakan cipratan air ke wajah Valerie.
"Dih, ngapain lo pake cipratin air segala?" tanya Valerie.
Mereka kini saling melempar air, bermain seperti anak kecil yang riang bermain air. Ajang saling balas terjadi di sini, membuat keduanya tak ada yang menyerah.
"Sok dih, dih, tapi ikut cipratin air," protes Nagara.
"Soalnya lo duluan yang nyerang gue, ya udah gue balas," balas Valerie.
Di sisi lain, Pak Satpam melihat mereka asyik bermain air. Oleh karena itu, ia mengetuk sun bed di dekat kolam agar mereka mendengar. "Permisi, Neng. Ini makanannya." Ia menaruh makanan pesanan kedua sejoli itu di atas meja dekat sun bed.
Sontak, mereka menghentikan gerakannya.
"Baik, Pak," ujar Valerie.
"Pak, tadi saya beli nasi goreng ayam, ambil aja satu buat Bapak." Kini Nagara berucap.
"Beneran, Den?" tanya Pak Satpam dengan wajah sumringah.
"Beneran, Pak. Ambil aja, saya memang beliin buat Bapak," tutur Nagara tersenyum ramah.
"Terima kasih banyak, Den."
Nagara mengangguk. "Sama-sama, Pak."
"Kalau begitu saya ke pos satpam dulu," pamit Pak Satpam pada Nagara.
"Iya, Pak," jawab Nagara.
Satpam lelaki itu melangkah ke luar area ini, meninggalkan kedua sejoli yang tengah berendam di kolam renang sembari membawa nasi goreng pemberian Nagara.
Valerie menatap punggung satpam yang kian menjauh. "Anjir, baik juga lo."
"Iyalah." Nagara menepuk dada. "Udah gue bilang gue baik sama orang lain, kalo sama lo enggak, soalnya ngeselin."
"Gara, jawab jujur. Lo cemburu nggak pas gue deket sama Steven?" tanya Valerie bersungguh-sungguh.
"Ge-er." Jawaban itu selalu dilontarkan Nagara agar tak ketahuan perasaan yang ia alami sebenarnya kepada Valerie.
"Ya udah, sih, gue cuma nanya," ujar Valerie. Ia sudah duga jawaban itu yang akan diberikan Nagara.
"Hm," jawab Nagara.
Cowok itu tiba-tiba menghela napas, lalu ia embuskan. Ia tampak gusar, wajahnya terlihat lelah menghadapi problematika yang berawal dari cinta satu malam. Benar-benar satu malam yang menginvasi kehidupan.
"Lo sebenarnya kenapa, Gara?" Valerie terlihat khawatir dengan Nagara.
"Gue khawatir."
"Khawatir kenapa?" tanya Valerie.
"Takut nggak bisa jadi Papa yang baik buat anak kita nanti," balas Nagara.
"Iyalah, lo jadi suami yang baik aja kagak bisa, apa lagi jadi Papa yang baik."
Nagara tak marah karena menurutnya ucapan Valerie ada benarnya. Selama ini, ia tak jarang berbuat baik pada cewek itu, tak mungkin ia bisa menjadi suami yang baik di masa depan. "Valerie."
"Kenapa?" sahut Valerie.
"Gue butuh ketenangan."
"Lo merasa risih gue di sini? Ya udah, gue naik dulu kalo gitu, selamat menik—"
Valerie tak dapat menuntaskan kalimatnya karena cowok itu langsung mendekapnya, menaruh dagu di ceruk leher Valerie.
"Diem di sini."
Valerie seketika terdiam, membeku dikarenakan perlakuan Nagara yang mendadak berubah. Ia membiarkan cowok itu mendekapnya—tak ingin menciptakan keributan dengan Nagara untuk kali ini saja.
Nagara tak bisa menolak perasaan yang mulai tumbuh. Ia mengaku kalau dirinya sudah jatuh cinta dengan Valerie.
Nagara melepas pelukannya. Ia menelusupkan anak rambut Valerie ke daun telinga, mendekatkan wajahnya hingga hidungnya menyentuh hidung Valerie. "Can I kiss you, Vale?"
—-
Readers to Nagara:
Jariku gempor guis ngetik segini panjangnya. Kepanjangan yaa? Wkwkkw
Yukkk lakukan tradisi readers cinderianaxx dengan cara:
Spam "Nagara" for next chapter
Spam "Valerie" for next chapter
Spam "Nana Cantik" for next chapter
2k komen + 350 vote aku up yaaa
Kali ini penuhin ya gess hehehe. Aku sering update, walaupun ga nyampe target karena kangen ngehalu🤣
Kuy follow ig-ku
@ay.riana
@cinderianaxx (ig khusus wp)
Tbc❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top